Serat Campuran
Serat
Campuran
Penggunaan bahan-bahan alami dan sintetis
dapat dicampurkan untuk memperbaiki kualitas bahan. Contoh tekstil dari bahan
serat campuran adalah :
- TC (Tetoron Cotton) campuran dari polyester dan katun.
- TR (Tetoron Rayon) campuran dari polyester dan rayon.
Pemanfaatan tekstil dari berbagai macam
serat didasarkan pada ciri-ciri seratnya antara lain kehalusan, kekuatan, daya
serap, dan kemuluran atau elastisitas. Salah satu cara untuk menentukan ciri
dari bahan serat dapat dilakukan dengan analisis pembakaran.
Karakteristik bahan serat :
1.
Serat kapas dari selulosa (kapas) memiliki
karakteristik bahan terasa dingin dan sedikit kaku, mudah kusut, mudah menyerap
keringat, rentan terhadap jamur dan mudah terbakar. Kalau terbakar nyalanya
berjalan terus, berbau seperti kertas, dan meninggalkan abu berwarna kelabu.
2.
Serat linen dibandingkan dengan katun
mempunyai ciri lebih halus, lebih kuat, berkilau lembut, kurang elastis, mudah
kusut, tidak tahan seterika panas. Serat linen mudah terbakar, bila terbakar
nyalanya berjalan terus, berbau seperti kertas terbakar, dan meninggalkan abu
berwarna kelabu.
3.
Serat sutera mempunyai ciri-ciri berkilau,
sangat bagus dan lembut, tidak mudah kusut, sangat halus, kekuatannya tinggi,
dan kurang tahan terhadap sinar matahari. Mempunyai daya serap cukup tinggi,
tidak mudah berjamur, sukar terbakar, cepat padam, berbau seperti rambut
terbakar, bekas pembakaran berbentuk abu hitam, bulat, dan mudah dihancurkan.
4.
Serat wool, mempunyai ciri agak kuat,
tidak berkilau, keriting, kekenyalan tinggi, elastisitas tinggi, dan merupakan
penahan panas yang baik, tahan terhadap jamur dan bakteri. Pada pembakaran
terbentuk gumpalan hitam dan berbau rambut terbakar.
5.
Serat asbes umumnya mempunyai kekuatan
tarik yang tinggi, daya mulurnya sangat rendah, hanya sedikit menyerap air,
sangat tahan panas dan api, dan tahan cuaca. Serat asbes merupakan penghantar
listrik dan panas yang jelek, sehingga mineral asbes banyak dimanfaatkan untuk
pelapis kabel listrik, sarung tangan, dan tirai.
6.
Serat nilon mempunyai ciri sangat kuat,
ringan dan berkilau, elastisitas sangat kuat, tidak mudah kusut, tahan terhadap
serangan jamur dan bakteri. Nilon tidak tahan panas, mudah terbakar, meleleh
bila dibakar, berbau khas, serta meninggalkan bentuk pinggiran keras yang
berwarna cokelat.
7.
Serat polyester mempunyai ciri
elastisitasnya tinggi sehingga tidak mudah kusut, tahan terhadap sinar
matahari, tahan suhu tinggi, daya serap air yang rendah, tahan terhadap jamur,
bakteri, dan serangga. Apabila dibakar polyester mudah terbakar, tetapi apinya
cepat padam, meninggalkan tepi yang keras dan berwarna cokelat muda.
8.
TC (Tetoron Cotton) dan TR (Tetoron Rayon)
mempunyai ciri kurang dapat menyerap keringat dan agak panas di badan, tidak
susut dan mengembang, apabila dibakar akan menghasilkan abu dan arang.
B. Bahan Karet
Karet dihasilkan oleh pohon karet (Hevea
brasiliensis) berupa getah seperti susu yang disebut lateks.
Lateks diperoleh dengan cara menyadap,
yaitu dengan menyayat kulit pohon atau pada bagian kortek tumbuhan tersebut.
Secara kimiawi karet alam adalah senyawa
hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil penggumpalan lateks alam dan
merupakan makromolekul poliisoprena (C5H8)n.
Karet sintetis terbuat dari bahan baku
yang berasal dari minyak bumi, batu bara, minyak, gas alam, dan acetylene. Banyak dari karet sintetis adalah kopolimer, yaitu polimer yang terdiri dari lebih dari satu
jenis monomer. Karet sintetis dapat diubah susunannya sehingga diperoleh sifat
yang sesuai dengan kegunaannya.
Berikut beberapa jenis karet sintetis
dengan sifat dan kegunaannya.
1.
NBR (Nytrile Butadiene Rubber). NBR
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap minyak, digunakan dalam pembuatan pipa
karet untuk bensin dan minyak, membran, seal, gaskot, serta peralatan lain yang
banyak dipakai dalam kendaraan bermotor.
2.
CR (Chloroprene Rubber), CR dengan
ciri tahan terhadap nyala api, digunakan sebagai bahan pipa karet, pembungkus
kabel, seal, gaskot, dan sabuk pengangkut.
3.
IIR (Isobutene Isoprene Rubber),
IRR mempunyai sifat kedap air, digunakan untuk bahan ban bermotor, pembalut
kawat listrik, pelapis bagian dalam tangki, tempat penyimpan lemak dan minyak.
C. Bahan Tanah Liat dan Keramik
Tanah liat merupakan bahan dasar yang
dipakai dalam pembuatan keramik.
Secara kimiawi tanah liat termasuk hidrosilikat
alumina.
Sifat fisik tanah liat yaitu plastis bila
keadaan basah, keras bila kering, dan bila dibakar menjadi padat dan kuat.
Secara umum barang-barang yang dibuat dari
tanah liat dinamakan keramik.
Namun, saat ini tidak semua keramik
berasal dari tanah liat.
Keramik dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu :
1) Keramik tradisional
Keramik tradisional bahan bakunya dari tanah liat.
Keramik tradisional bahan bakunya dari tanah liat.
Berdasarkan komposisi tanah liat dan suhu
pembakarannya, keramik tradisional dibedakan menjadi tembikar (terakota),
gerabah (earthenware), keramik batu (stoneware), dan porselen (porcelain).
- Terakota atau tembikar adalah produk yang bahan
bakunya dari tanah liat dengan pembakaran sekitar 1000oC.
- Gerabah adalah produk yang bahan bakunya dari
tanah liat dengan pembakaran 1200oC.
- Keramik batu adalah tanah liat dengan campuran
bahan lain diantaranya kuarsa dan air, dibakar sampai suhu 1200oC-2000oC.
- Porselin dibuat dari bahan yang mirip dengan
keramik tetapi baru mulai matang pada pembakaran 15000oC.
2) Keramik halus
Keramik halus atau keramik teknik yang bahan bakunya dari oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO, dan lainnya).
Keramik halus atau keramik teknik yang bahan bakunya dari oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO, dan lainnya).
Keramik halus ini penggunaanya sebagai
elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis.
Peralatan yang diperlukan untuk membuat
keramik, antara lain :
- Mixer (untuk mengaduk bahan keramik)
- Glasir (berfungsi mengkilapkan)
- Cetakan gypsum
- Penggiling glasir
- Rak pengering
- Pencelup glasir
- Oven atau tungku pemanas
Teknik Pembuatan Keramik
Pembuatan keramik umumnya dilakukan dengan
tiga teknik pembentukan keramik, yaitu:
- Pembentukan tangan langsung (hand building).
- Teknik putar (throwing), dan
- Teknik cetak (casting).
Langkah-langkah pembuatan keramik sebagai
berikut :
Tahap pembentukan, yaitu tahap pengubahan
tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki.
1.
Pengeringan, bertujuan untuk menghilangkan
air yang terikat pada badan keramik.
2.
Pembakaran, yaitu proses mengubah bahan
yang rapuh menjadi bahan yang padat, keras, dan kuat.
3.
Glasir, untuk melapisi permukaan keramik
melalui proses pengeringan. Glasir merupakan material yang terdiri atas
beberapa bahan tanah atau batuan silikat yang akan membuat permukaan keramik
seperti gelas yang mengkilap.
4.
Tahap pelukisan untuk memberikan hiasan
dengan motif-motif yang menarik.
5.
Pembakaran kembali dalam oven dengan suhu
lebih kurang 800o C.
6.
Pengemasan sesuai permintaan.
D. Bahan Gelas
Bahan gelas dan kaca yang digunakan oleh
masyarakat prasejarah berasal dari kaca alami yang disebut obsidian.
Obsidian adalah produk sampingan alami
dari letusan gunung berapi berupa benda yang tajam, mengkilap dengan warna
hitam, orange, abu-abu, atau hijau.
Menurut catatan sejarah, kaca sudah
diproduksi sejak tahun 4 SM (Sebelum Masehi) yaitu dengan bahan pasir kuarsit
yang dipanaskan sampai meleleh kemudian dibiarkan dingin, dan terbentuklah
benda keras yang tembus pandang.
Bahan baku pembuatan kaca ada dua kelompok
yaitu :
1.
Bahan yang dibutuhkan dalam jumlah besar
meliputi pasir silika, soda abu, batu kapur,feldspar dan
pecahan gelas (cullet).
2.
Bahan yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
meliputi natrium sulfat, natrium
bikromat,selenium dan
arang. Pasir silika, batu kapur dan feldspar sangat melimpah di Indonesia.
Gelas aman digunakan sebagai kemasan
karena beberapa sifat unggul berikut :
- Kedap terhadap air, gas, bau-bauan dan mikroorganisme.
- Tidak dapat bereaksi dengan barang yang dikemas (bahan kimia).
- Dapat didaur ulang.
- Dapat ditutup kembali setelah dibuka.
- Tembus pandang sehingga isinya dapat dilihat.
- Memberikan nilai tambah bagi produk (nilai estetika).
- Kaku dan kuat sehingga dapat ditumpuk tanpa mengalami kerusakan.
- Gelas dapat disimpan dalam jangka waktu panjang tanpa mengalami
kerusakan.
Jenis kaca berbeda memiliki karakteristik
fisik yang berbeda. Salah satu sifat fisik kaca adalah densitas atau kepadatan.
Kepadatan adalah massa persatuan volume.
Keterangan :
ρ = Massa Jenis (kg/m3 atau
g/cm3)
m = Massa benda (kg atau gram)
v = Volume benda (m3 atau
cm3)
E. Bahan Kayu
Tumbuhan di sekitar kita terdiri atas
kelompok tumbuhan batang basah yang disebutherbaceus dan
tumbuhan batang berkayu yang disebut lignosus. Selanjutnya, kelompok tumbuhan batang berkayu
dibedakan antara perdu dan pohon. Pada umumnya kayu yang digunakan sebagai bahan
untuk berbagai keperluan diperoleh dari kelompok tumbuhan berkayu berupa pohon.
Kayu digunakan untuk berbagai keperluan,
mulai dari peralatan masak seperti sendok kayu, perabot (meja, kursi), bahan
bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, alat transportasi
(perahu), dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan
rumah tangga, aksesoris, dan cindera mata.
Kayu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
karena mengandung komponen penting yaitu selulosa, lignin, dan senyawa
ekstraktif (senyawa tertentu yang dapat diambil dari kayu).
- Selulosa merupakan senyawa polimer turunan dari
glukosa, dapat mencapai 70% dari berat kayu. Selulosa merupakan bahan
utama pembuatan kertas dan tekstil.
- Lignin merupakan komponen pembentuk kayu,
meliputi 18-28% berat kayu. Secara kimiawi, kayu keras dan kayu lunak
dibedakan pada jumlah dan jenis lignin yang terkandung di dalamnya.
- Senyawa ekstraktif dapat berupa zat warna, getah,
resin, lilin, dan lainnya, yang jumlah dan jenisnya tergantung spesies
pohonnya. Senyawa ekstraktif ini memiliki manfaat seperti melindungi kayu
dari hama. Senyawa ekstraktif merupakan salah satu dari hasil hutan
nonkayu.
Pemanfaatan kayu disesuaikan dengan
sifat-sifatnya. Kayu dari jenis pohon yang berbeda mempunyai sifat yang
berbeda. Pengenalan atas sifat-sifat akan sangat membantu dalam menentukan
jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu.
Berikut beberapa sifat kayu :
1) Bobot dan Berat Jenis
Bobot suatu jenis kayu bergantung pada
kandungan zat kayu, jumlah poripori, zat ekstraktif, dan kadar air. Bobot kayu
ditunjukkan dengan berat jenis (BJ) kayu, dan dipakai sebagai patokan kualitas
kayu. Berdasarkan berat jenisnya, kayu digolongkan menjadi empat, yaitu: sangat
berat dengan BJ > 90; berat dengan BJ 0,75-0,90; sedang dengan BJ 0,60-0,75;
dan ringan dengan BJ <60. Berat jenis berhubungan dengan kekuatan kayu. Pada
umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu tersebut semakin kuat pula.
2) Keawetan
Keawetan adalah daya tahan kayu terhadap
serangan hama dan penyakit perusak kayu, misalnya serangga dan jamur. Keawetan
kayu disebabkan kandungan senyawa ekstraktif di dalam kayu. Kayu jati memiliki
senyawa ekstraktif tectoquinon, kayu ulin mengandung silika. Kedua jenis kayu
tersebut memiliki tingkat keawetan yang tinggi.
3) Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya
disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna kayu juga
dipengaruhi oleh posisinya dalam batang, umur pohon dan lingkungan. Kayu dari
pohon yang tua warnanya lebih gelap dari kayu yang masih muda meskipun jenisnya
sama. Kayu kering warnanya berbeda dengan kayu basah.
4) Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif serat kayu,
yang teksturnya kasar, sedang, dan halus. Arah serat adalah alur-alur yang
terdapat pada permukaan kayu terhadap sumbu batang. Arah serat dapat dibedakan
menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat
diagonal (serat miring).
5) Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh
pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak, dan
lainnya). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu,
kadar air, dan kadar zat ekstraktif dalam kayu.
6) Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu
lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang
merangsang. Untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu
benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kayu kulim) dan bau zat penyamak
(kayu jati).
7) Nilai Dekoratif
Nilai dekoratif berhubungan dengan keindahan.
Nilai dekoratif kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat,
tekstur, dan pemunculan pola-pola tertentu.
8) Kekerasan atau Densitas
Kekerasan kayu berhubungan langsung dengan
bobot kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu yang berat. Kayu-kayu yang
ringan termasuk kayu yang lunak.
Berdasarkan kekerasannya kayu digolongkan
menjadi dua, yaitu kayu lunak (soft wood) dan kayu keras (hard wood).
- Kayu lunak yaitu kayu yang yang berasal dari
tumbuhan yang berdaun seperti jarum misalnya pinus. Ciri fisik kayu lunak
memiliki lubang pori-pori besar.
- Kayu keras berasal dari tumbuhan yang daunnya
lebar misalnya jati dan mahoni. Ciri fisik kayu keras adalah serat kayunya
berbentuk bulat telur atau spiral, dan ikatan antarpori-porinya lebih
kuat.
Densitas diukur dalam satuan kg/m3.
Rata-rata densitas kayu yang ada adalah
sekitar 320 - 720 kg/m3.
Ada beberapa jenis kayu yang sangat lunak
hingga 160 kg/m3 dan paling tinggi kekerasan kayu pada level 1.000 kg/m3.
Comments
Post a Comment