Akuntansi Biaya dan Perusahaan Manufaktur
PENGERTIAN AKUNTANSI
BIAYA
Schaum mengemukakan bahwa Akuntansi biaya adalah “suatu
prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan
barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya
untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan”.
Sedangkan menurut Carter dan Usry Akuntansi biaya adalah
“penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian,
perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat
rutin maupun strategis.” Pendekatan yang digunakan dalam akuntansi biaya
meliputi biaya standar (standard costing), biaya berdasarkan kegiatan
(activity-based costing), dan biaya berdasarkan hasil (akuntansi throughput).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
tertentu serta penafsiran terhadapnya.
AKUNTANSI UNTUK
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Karakteristik Perusahaan
Manufaktur
Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan
yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual
barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses
produksi. Kegiatan produksi,
Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut
akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi
barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan,
yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan
pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan
manufaktur.
Masalah Khusus
Perusahaan Manufaktur
Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam
akuntansi perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya pabrikasi
(manufacturing costs), biaya produksi dan beban pokok produksi.
Persediaan
(Inventory)
Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur
biasanya terdiri dari tiga macam, yakni:
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process
inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang
ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam
proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang
belum selesai. Untuk menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya.
Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang
telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur
dengan demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
Biaya Manufaktur
(Manufacturing Cost)
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama
suatu periode disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih dikenal
dengan biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih
sebagian selesai di awal periode, barang-barang yang dimasukkan dalam proses
produksi periode itu dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di
akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk
bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan
barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau
bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah
biaya untuk tenga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau
yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung
adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan
rokok (Sigaret Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya
pabrik selain bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Contoh biaya overhead
pabrik adalah:
(1) bahan pembantu (kadangkadang disebut: bahan tidak
langsung (indirect materials) misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan
pelitur dalam perusahaan mebel);
(2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga
kerja yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan
barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor;
(3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair);
(4) listrik, air telepon dan lainlain.
Biaya Produksi
(Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang
dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari
persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing
cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya
pabrikasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga
komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua
biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat
tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam
proses pada akhir periode. Biaya overhead ini
seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit
produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati
bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula
disebut sebagai biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost),
yaitu biaya yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat
dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau
dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula disebut
sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atau
terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode
(period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama
periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban
administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat
mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata
lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban
masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam
pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer,
misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut
berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin
juga merupakan beban pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan
oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut
merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian
kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat
mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena
berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur.
Beban pokok produksi
(Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode
disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau
disingkat dengan beban pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya
pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam
proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan
dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan
ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan
Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap
pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik
Bab ini tidak akan
membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada
menguraikan tahap-tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan
pada proses akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan perusahaan
manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian, sepanjang
pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya merupakan istilah
yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap
diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman minimal
yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada sebuah perusahaan
manufaktur.
Bahan Baku (Raw
Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang,
dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas
(untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku
pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku dicatat dalam rekening
pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan
pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku
dari gudang untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan
bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir
periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan
akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan
penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir)
dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Tenaga Kerja Langsung
(Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam
buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk
biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk
upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung
dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok
produksi.
Biaya Overhead Pabrik
(Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan
pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan
pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik,
penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan
peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan
rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam
buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik
sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam
tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead
pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian.
Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead
pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening
yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Persediaan dalam
Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus
menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara
berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat
kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun
demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan.
Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban
pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai
persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan
dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode
diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan
diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang
perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh
langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan.
Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi
nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian
untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses
produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan
dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam
jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi
tentang alur pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan beban
pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di antara buku
besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses produksi dalam sebuah
perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan yang
terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan
kapan masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu
saja, ilustrasi tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika
perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.
Comments
Post a Comment