makalah metode penyusutan aktiva tetap
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas
segala karunia Tuhan YME, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode
Penyusutan Aktiva Tetap” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terkait yang telah
memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun
menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam
penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf kepada pembaca atas
kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran, tanggapan,
dan kritik dari pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan
datang. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk dan membimbing kita.
Tanjung Ampalu 18
Agustus 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................
Kata Pengantar.....................................................................
Daftar Isi...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah.....................................................
I.II Rumusan masalah............................................................
I.3 Tujuan Penulisan..............................................................
1.4 Metode Penulisan
..........................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Depresiasi....................................................
2.2 Klasifikasi Aktiva Tetap...................................................
2.3 Penentuan Harga Perolehan
Aktiva Tetap........................
2.4 Konsep Depresiasi..........................................................
2.5 Pengeluaran Selama Masa Pemakaian Aktiva
Tetap........
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................
3.2 Saran..............................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan tertentu pada
dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan didirikannya perusahaan
tersebut. Untuk menunjang agar
tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset)
tertentu guna memperlancar kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.
Aktiva tetap merupakan komponen
yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap
tersebut merupakan salah satu komponen dalam neraca, sehingga ketelitian dalam pengolahan aktiva
tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaiannya dalam laporan
keuangan.
Kewajaran penilaian aktiva tetap
suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap biasanya memiliki masa
pemakaian lebih dari satu tahun, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang
diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya secara
terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Seiring dengan berlalunya waktu,
aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali tanah). Faktor yang
mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan
jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan
karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang
tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi). Sehingga penurunan
kemampuan aktiva tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.
Masalah pengalokasian biaya
penyusutan merupakan masalah penting, karena mempengaruhi laba yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang
dilaporkan setiap periode akuntansi.
Selain itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini
penulis akan merumuskan tentang:
1. Apa yang dimaksud dengan
depresiasi?
2. Bagaimana klasifikasi aktiva
tetap?
3. Bagaimana cara penentuan harga
perolehan aktiva tetap?
4. Bagaimana konsep depresiasi ?
5. Apa saja pengeluaran selama
masa pemakaian aktiva ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk:
1. Menjelaskan pengertian depresiasi,
2. Mengetahui klasifikasi aktiva tetap,
3. Menjelaskan cara penentuan harga peroleh
aktiva tetap,
4. Menjelaskan konsep depresiasi,
5. Mengetahui pengeluaran selama masa
pemakaian aktiva tetap.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis
menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Depresiasi
Definisi depresiasi menurut Smith
& Skousen (1997 : 491) adalah sebagai berikut :
“ Pengalokasian harga perolehan
aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva
bersangkutan.”
Adapun definisi lain depresiasi
yang dikemukakan Cashin & Feldman (1997 : 201) adalah sebagai berikut :
“ Suatu proses alokasi biaya,
bukan penilaian atas aktiva. Dengan
sasaran aktiva yang berwujud seperti pabrik dan alat-alat, biaya penyusutan
merupakan suatu penurunan dalam potensi pelayanan dari aktiva yang bersangkutan
sepanjang umur kegunaannya.”
Menurut definisi di atas jumlah
total yang dibebankan terhadap pendapatan ditetapkan dengan nilai perolehan
terlebih dahulu dikurangi estimasi nilai sisa yang dimanfaatkan atau nilai
residu.
2.2 Klasifikasi Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan salah satu
komponen aktiva yang berperan penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aktiva
tetap biasanya menyangkut jumlah dana
yang sangat besar dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aktiva tetap
adalah yang terbesar dibandingkan jenis aktiva lainnya.
Menurut Abdul Halim dan Bambang
Supomo (2001: 154) aktiva tetap adalah :
“Aktiva tetap adalah kekayaan
yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki masa manfaat di masa
yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk
dijual.”
Adapun definisi lain yang
dikemukakan Horngren & Harison (1997: 502) adalah :
“Aktiva yang dapat digunakan
dalam jangka yang lama dan bentuk fisiknya memberikan kegunaan dari aktiva
tersebut.”
Dari definisi aktiva tetap di
atas dinyatakan bahwa aktiva tetap tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari
satu periode akuntansi, digunakan dalam bentuk operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap
mempunyai usia yang terbatas kecuali tanah, dan aktiva tetap bersifat non
moneter dalam artian masa manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan
jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.
Aktiva yang digunakan dalam
operasi perusahaan digolongkan kedalam dua kategori yaitu aktiva berwujud dan
aktiva tidak bewujud. Penggolongan semacam ini dikemukakan oleh Smith &
Skousen (1997 : 387), adalah sebagai berikut :
1. Aktiva tetap yang berwujud
(tangible fixed assets)
Merupakan harta berwujud yang
bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi perusahaan, di dalamnya meliputi; tanah, bangunan,
perabot, mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau
memudahkan penjualan barang dan jasa.
2. Aktiva tetap tidak berwujud
(intangible fixed assets)
Tidak dapat dibservasi atau
dilihat secara langsung, di dalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau paten,
tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti
hak cipta, paten, goodwill, dan
perjanjian monopoli.
Jenis aktiva tetap di setiap
perusahaan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan jenis kegiatan
operasional yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Secara umum, menurut
Kieso, dkk (2004) penggolongan aktiva tetap didasarkan pada beberapa sudut
pandang, yaitu:
1. Dari sudut pandang substansinya, terdiri
dari:
a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets),
merupakan harta berwujud yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi
perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang
dan jasa. Misalnya: lahan, gedung, mesin, dan lain- lain.
b. Aktiva Tak Berwujud (Intangible Assets)
merupakan aktiva tetap yang secara fisik sulit untuk diidentifikasi. Tidak
dapat dilihat secara langsung, di
dalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau paten, tetapi harta itu sendiri
tidak memiliki eksistensi fisik . Misalnya: Hak Cipta (Copy Right), Hak Merek
(Trade Mark), Paten (Patent).
2. Dari sudut pandang
penyusutannya, terdiri dari:
a. Aktiva Tetap yang Disusutkan (Depreciated
Plant Asset)
Misalnya: gedung, mesin,
kendaraan, dan lain-lain.
b. Aktiva Tetap yang Tidak Disusutkan
(Undepreciated Plant Asset).
Misalnya: Tanah
3. Dari sudut pandang umurnya,
terdiri dari:
a. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa
kegunaannya tidak terbatas. Misalnya: tanah, bangunan pabrik, gudang, dan
kantor.
b. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa
kegunaannya terbatas dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa
kegunaannya telah berakhir. Misalnya:
mesin, perlengkapan pabrik, kendaraan, dan lain-lain.
c. Aktiva berwujud yang umur atau masa
kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila
masa kegunaannya sudah habis, seperti hasil tambang atau biasa disebut aktiva
sumber alam.
Sedangkan jenis-jenis aktiva
tetap menurut Suharli (2006; 265), terdiri dari:
a. Lahan, yaitu bidang tanah terhampar baik yang
merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi, apabila
ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya,
maka pencatatan antara bangunan dan lahan harus dipisahkan. Khusus untuk bangunan yang dianggap sebagai
bagian dari lahan atau konstruksi yang dapat meningkatkan nilai lahan itu
sendiri, Maka pencatatannya dapat digabungkan dengan nilai lahan.
b. Gedung, adalah bangunan yang
berdiri di atas lahan baik yang berdiri di atas tanah maupun di atas air. Tidak
seperti tanah yang tidak pernah disusutkan, maka gedung mengalami penyusutan
dari tahun ke tahun sehingga nilainya akan berkurang tiap periodenya.
c. Mesin, yaitu alat mekanis yang
dikuasai perusahaan dalam kegiatannya baik untuk dagang maupun jasa.
Pencatatannya dilakukan dengan menambahkan nilai dari peralatan-peralatan yang
menjadi bagian dari mesin itu.
d. Kendaraan, merupakan sarana
angkutan yang dimiliki perusahaan untuk mendukung kegiatan operasionalnya.
Misalnya, truk, mobil dinas, kendaraan roda dua, serta jenis kendaraan lain
yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi.
e. Inventaris,
perlengkapan yang melengkapi isi kantor misalnya. Termasuk perlengkapan
pabrik, kantor, ataupun alat-alat besar yang digunakan dalam
perusahaan. Contoh: inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris
laboratorium, serta inventaris gudang.
2.3 Penentuan Harga Perolehan
Aktiva Tetap
Harga perolehan meliputi semua
pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva dan pengeluaran –
pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan.
Contoh.
Harga beli mesin, biaya
pengangkutan mesin yang dibayar pembeli dan biaya pemasangan mesin adalah
bagian dari harga perolehan mesin yang dibeli.
1. TANAH.
Harga perolehan tanah meliputi :
Harga beli tunai tanah
Biaya balik nama
Komisi perantara
Pajak atau pungutan lain yang
harus dibayar oleh pembeli
Contoh.
Harga tunai tanah adalah Rp.
5.000.000.
Pembeli setuju membayar Pajak
Bumi dan bangunan Rp. 100.000 yang belum dibayar oleh pemilik lama.
Jadi harga perolehan tanah adalah
Rp.5.000.000 + Rp. 100.000 = Rp 5.100.000.
Semua pegeluaran lain yang
diperlukan agar tanah siap digunakan yang sifatnya permanen didebet ke rekening
Tanah.
Seandainya tanah yang dibeli
tidak rata, berbatu – batu atau penuh tanaman liar, maka harga perolehan tanah
akan meliputi juga pengeluaran – pengeluaran untuk pembersihan dan perataan
tanah.
Kadang – kadang di atas tanah
yang dibeli terdapat bangunan yang tidak diperlukan pembeli sehingga harus
dibongkar, agar tanah dapat digunakan sesuai dengan maksud pembeli. Dalam hal
ini, pengeluaran untuk membongkar bangunan dikurangi dengan hasil penjualan
sisa bongkaran, harus juga dibebankan pada rekening tanah.
Contoh :
Sebuah perusahaan membeli
sebidang tanah dengan harga tunai
Rp. 100.000.000,-. Di atas tanah tersebut ada sebuah gedung tua yang
membutuhkan pengeluaran bersih untuk membongkarnya Rp. 7.500.000,-.
Sisa – sisa pembongkaran dapat
dijual Rp. 1.500.000,-
Biaya balik nama Rp. 1.000.000.
Komisi perantara Rp. 8.000.000.
Jadi harga perolehan tanah :
Harga Tunai Tanah
Rp. 100.000.000,-
Pembongkaran Gedung tua ( bersih ) Rp. 6.000.000,-
Biaya Balik Nama Rp.
1.000.000,-
Komisi perantara
Rp. 8.000.000,-+
Harga Perolehan Tanah Rp. 115.000.000
2.4 Konsep Depresiasi
Depresiasi adalah proses
pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya
dengan cara yang rasional dan sistematik.
Metode – metode Depresiasi :
1. Garis Lurus
2. Saldo Menurun
3. Jumlah angka – angka tahun
4. Satuan Kegiatan
Depresiasi periodik didasarkan
pada :
Harga perolehan
Nilai residu / nilai sisa adalah
taksiran nilai tunai aktiva pada akhir masa manfaat aktiva tersebut.
Masa manfaat / umur aktiva adalah
jangka waktu pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan.
Contoh :
Sebuah truk yang dibeli PT ABC
pada tanggal 1 Januari 1990.
Harga perolehan Rp. 13.000.000,-
Taksiran nilai residu Rp. 1.000.000,-
Taksiran masa manfaat 5 Tahun
Taksiran satuan hasil 100.000 km
1. METODE GARIS LURUS
Dalam metode ini, beban
depresiasi periodik sepanjang masa pemakaian aktiva sama besarnya.
Rumusnya :
Harga Perolehan didepresiasi : Masa
Manfaat = Biaya
depresiasi
|
Harga perolehan yang didepresiasi adalah
harga perolehan dikurangi dengan nilai residu.
Rp 12.000.000,- : 5 = Rp 2.400.000,-
Depresiasi bisa juga dinyatakan dalam bentuk
tarif deprsesiasi pertahun. Dalam contoh di atas, tarif depresiasi per tahun
adalah 20 % ( 100 % : 5 ).
Perhitungan
Akhir Tahun
|
|||||
Tahun
|
Harga Perolehan X
Tarif
= Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai
Didepresiai
Depresiasi
Pertahun
Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
|
20 %
20%
20%
20%
20%
|
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
|
2.400.000
4.800.000
7.200.000
9.600.000
12.000.000
|
10.600.000 *)
8.200.000
5.800.000
3.400.000
1.000.000
|
*) 13.000.000 – 2.400.000 =
10.600.000.
2. METODE SALDO MENURUN
Pada metode ini, biaya depresiasi
dari tahun ketahun semakin menurun, karena perhitungan biaya depresiasi
periodik didasarkan pada nilai buku ( harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi depresiasi ) aktiva yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Biaya depresiasi pertahun
dihitung dengan cara mengalikan nilai buku aktiva pada awal tahun dengan tarif
depresiasi.
Tarif depresiasinya adalah tarif
metode garis lurus dikalikan dua.
Perhitungan
Akhir Tahun
|
|||||
Tahun
|
Harga Perolehan X
Tarif
= Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai
Didepresiai
Depresiasi
Pertahun
Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
13.000.000
7.800.000
4.680.000
2.808.000
1.685.000
|
40 %
40%
40%
40%
40%
|
5.200.000
3.120.000
1.872.000
1.123.000
685.000 *)
|
5.200.000
8.832.000
10.192.000
11.315.000
12.000.000
|
7.800.000
4.680.000
2.808.000
1.685.000
1.000.000
|
*) 1.685.000 X 40 % = 674.000
dibulatkan menjadi 685.000.
3. METODE JUMLAH ANGKA – ANGKA TAHUN
Dalam metode ini tarif depresiasi
didasarkan pada suatu pecahan yang :
a. Pembilangnya adalah tahun – tahun
pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun
b. Penyebutnya adalah jumlah tahun –
tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian terakhir
Untuk aktiva yang ditaksir
berumur ekonomis 5 tahun, maka jumlah angka tahunnya adalah 15 ( 1 + 2 + 3 + 4
+ 5 ).
Perhitungan
Akhir Tahun
|
|||||
Tahun
|
Harga Perolehan X
Tarif
= Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai
Didepresiai
Depresiasi
Pertahun
Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
|
5/15
4/15
3/15
2/15
1/15
|
4.000.000
3.200.000
2.400.000
1.600.000
800.000
|
4.000.000
7.200.000
9.600.000
11.200.000
12.000.000
|
9.000.000 *)
5.800.000
3.400.000
1.800.000
1.000.000
|
*) 13.000.000 – 4.000.000 =
9.000.000
4. METODE SATUAN HASIL
Dalam metode ini, masa pemakaian
aktiva tidak dinyatakan dengan jangka waktu, melainkan dengan jumlah satuan (
unit ) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan.
Contoh.
Truk yang dibeli PT ABC
diperkirakan akan dapat digunakan sejauh 100.000 km. Pada tahun pertama truk
digunakan 15.000 km, tahun kedua 30.000 km, tahun ketiga 20.000 km, tahun ke
empat 25.000, tahun ke lima 10.000 km.
Rumus :
Harga perolehan didpresiasi :
Jumlah Satuan Kegiatan = Biaya Depresiasi persatuan
12.000.000 : 100 = 120
Perhitungan
Akhir
Tahun
|
|||||
Tahun
|
Satuan
X Tarif = Biaya Depresiasi
Akumulasi Nilai
Hasil
Depresiasi
Pertahun
Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
15.000
30.000
20.000
25.000
10.000
|
120
120
120
120
120
|
1.800.000
3.600.000
2.400.000
3.000.000
1.200.000
|
1.800.000
5.400.000
7.800.000
10.800.000
12.000.000
|
11.200.000 *)
7.600.000
5.200.000
2.200.000
1.000.000
|
*) 13.000.000 – 1.800.000 =
11.200.000
2.5 Pengeluaran Selama Masa Pemakaian Aktiva
Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki dan
digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang
tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran
tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
1. Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan
biaya yang jumiahnya kecil jika reparasinya biasa, dan jumlahnya cukup besar
jika reparasinya besar. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi yang baik, biaya seperti ini
adalah biaya pembersihan, pengecatan dan biaya lain yang serupa.
2. Penggantian
Yang dimaksudkan dengan
penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu
bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama. Penggantian biasanya
terjadi karena aktiva lama sudah tidak layak pakai lagi.
3. Perbaikan
Yang dimaksud dengan perbaikan
adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva yang baru untuk memperoleh
kegunaan yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya kecil dapat diperlakukan
seperti reparasi biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya yang besar dicatat
sebagai aktiva baru. Aktiva lama yang diganti dan akumulasi depresiasinya
dihapuskan dari rekening-rekeningnya.
4. Penambahan
Yang dimaksud dengan penambahan
adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva. Apabila alat
tambahan itu dipasang menjadi satu dengan mesin maka biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh dan memasang alat itu merupakan suatu penambahan. Biaya-biaya
yang timbul dalam penambahan dikapitalisasi menambah harga perolehan aktiva dan
didepresiasi selama umur ekonomisnya.
5. Penyusunan Kembali Aktiva
Tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan rute produksi, atau untuk
mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan
kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus
dikapitalisasi. Biaya-biaya semacam itu dikapitalisasi sebagai biaya dibayar
dimuka atau beban ditangguhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aktiva tetap merupakan salah satu komponen
aktiva yang berperan penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aktiva tetap
biasanya menyangkut jumlah dana yang
sangat besar dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aktiva tetap adalah
yang terbesar dibandingkan jenis aktiva lainnya.
Jenis aktiva tetap di setiap
perusahaan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan jenis kegiatan
operasional yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Secara umum, menurut
Kieso, dkk (2004) penggolongan aktiva tetap didasarkan pada beberapa sudut
pandang, yaitu:
1. Dari sudut pandang
substansinya, terdiri dari: Aktiva Berwujud (Tangible Assets) dan Aktiva Tak Berwujud (Intangible Assets)
2. Dari sudut pandang
penyusutannya, terdiri dari: Aktiva Tetap yang Disusutkan (Depreciated Plant
Asset) dan Aktiva Tetap yang Tidak Disusutkan (Undepreciated Plant Asset).
3. Dari sudut pandang umurnya,
terdiri dari: Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak
terbatas, Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas dan
dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir
serta Aktiva berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat
diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya sudah habis.
Depresiasi adalah proses
pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya
dengan cara yang rasional dan sistematik.
Metode – metode Depresiasi yaitu metode Garis Lurus, metode Saldo
Menurun, metode Jumlah angka – angka tahun dan metode Satuan Kegiatan.
Pengeluaran Selama Masa Pemakaian
Aktiva Tetap dapat dikelompokkan menjadi reparasi dan pemeliharaan,
penggantian, perbaikan, penambahan dan penyusunan kembali aktiva tetap.
3.2 Saran
Masalah pengalokasian biaya
penyusutan merupakan masalah penting, karena mempengaruhi laba yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan
mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Yang perlu diingat bahwa manajemen dapat
memilih satu atau lebih metode yang dianggap paling sesuai. Dan bila sudah
menetapkan satu metode, harus ditetapkan secara konsisten, sepanjang masa penggunaan
aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari periode ke periode
dapat diperbandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/biaya-biaya-selama-masa-penggunaan.html
http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/02/metode-penyusutan-aktiva-tetap-dalam-akuntansi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi
David P. Arda, Modul Kuliah
Pengantar Akuntansi II, Program Kelas Karyawan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Mercubuana, 2008
Comments
Post a Comment