Bahan dan Alat Membuat Tekstil

Bahan dan Alat Membuat Tekstil

1.         Bahan BakuBahan baku untuk membuat kain tenun adalah:
o          Benang, baik dari serat alam maupun dari serat buatan.
o          Pewarna, antara lain naptol, zat warna direk, asam, basa, belerang, dispers, reaktif, dan bejana.

2.         Alat TenunBerdasarkan cara menjalankannya alat tenun dikelompokkan menjadi tiga macam, diantaranya:
1.         Alat tenun tradisional (gedog)
Alat tenun ini memiliki beberapa kelemahan yaitu lambat dalam produksi dan tidak dapat untuk membuat kain yang berukuran panjang dan lebar. Alat tenun ini biasanya digunakan pad industri rumah. Alat tenun gedog saat ini sudah jarang digunakan lagi.
2.         Alat tenun bukan mesin (ATBM)
Bahan dasar untuk membuat alat tenun ini adalah kayu. Kain tenun yang dihasilkan dari alat ini memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dari alat tenun gedog, dan dapat untuk membuat kain tenun yang panjang dan lebar. seelain itu ATBM juga dapat memproduksi kain tenun dalam waktu yang cepat. orang yang menjalankan alat tenun ini menggunakan kedua tangan dan kakinya.
3.         Alat tenun mesin (ATM)
alat tenun ini dibuat dengan menggunakan bahan dasar logam sehingga kuat dan kokoh, serta stabil. Aat tenun mesin memiliki banyak keunggulan dibandingkan kedua alat tenun diatas yaitu memrroduksi lebih cepat, hasilnya lebih rapi, dan lebih kuat. Alat tenun mesin digunakan pada pabrik-pabrik tekstil yang memiliki skala produksi besar.
             Menenun
            Menenun adalah proses pembuatan barang-barang tenun (kain) dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada benang-benang lungsin  (benang lusi). Sebelum menenun dilakukan penghanian, yakni pemasangan benang-benang lungsin secara sejajar satu sama lainnya di alat tenun sesuai lebar kain yang diingini.
            Alat tenun dipakai untuk memegang helai-helai benang lungsin sementara benang pakan dimasukkan secara melintang di antara helai-helai benang lungsin. Pola silang-menyilang antara benang lungsin dan benang pakan disebut anyaman. Sebagian besar produk tenun dibuat dengan menggunakan tiga teknik anyaman: anyaman polos, anyaman satin, dan anyaman keper.
            Kain polos didapat dari hasil tenunan benang satu warna, ditenun memakai benang berwarna-warni dengan desain yang artistik dan dekoratif, hingga kain tapestri yang rumit. Kerajinan tenun tradisional Indonesia antara lain lurik, tenun ikat, songket, dan geringsing. Sewaktu membuat tenun ikat, sebelum ditenun menjadi kain, helai-helai benang diikat dan dicelupkan ke dalam pewarna.

Serba-Serbi Tenun Indonesia
Sebelum kita membahas tenun Indonesia yang ada di Bali, Jawa, Lombok, dan lain-lain, mari kita kembali sebentar ke Pulau Sumatera. Berdasarkan perbincangan yang terjadi di twitter kemarin, ada tiga yang tertinggal padahal sudah cukup terkenal, yakni songket Palembang, kain tapis dari Lampung, dan ulos Batak. Thanks untuk tweeps yang sudah mengingatkan!

Tenun Songket Palembang
Konon, tenun di daerah Palembang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Teknologi pembuatannya sebenarnya bukan murni berasal dari daerah tersebut, melainkan dari China, India, dan Arab. Adanya perdagangan antar bangsa dengan Kerajaan Sriwijaya yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya akulturasi. Dan, salah satu unsur kebudayaan yang diserap masyarakat Palembang adalah dalam hal pembuatan kain tenun.
Tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan, maupun tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga digunakan dalam acara resmi penyambutan pejabat dari luar maupun dari Palembang sendiri.
Motif-motif songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris, dan campuran antara tumbuh-tumbuhan juga geometris. Motif-motif tersebut diwariskan secara turun-temurun sehingga polanya tidak berubah. Beberapa nama motif tenun songket Palembang antara lain: lepus piham, lepus polos, bungo mawar, biji pare, jando berhias, tigo negeri, emas jantung, dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh-contoh motifnya:


Kain Tapis

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung yang dibuat dari tenunan benang kapas dengan motif-motif beragam, seperti motif alam, flora, dan fauna yang disulam (sistem cucuk) dengan benang emas dan perak. Tenunan ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah. Menurut Van der Hoop, sejak abad II Masehi, orang-orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan dan kain Pelepai. Kedua hasil tenunan tersebut memiliki motif-motif seperti motif kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal, binatang, matahari, bulan, serta bunga melati. Setelah melewati rentang waktu cukup panjang, akhirnya lahirlah kain tapis Lampung. Orang-orang Lampung terus mengembangkan kain tapis ini sesuai dengan perkembangan zaman baik dari segi teknik pembuatannya maupun motifnya.

Jenis kain tapis bermacam-macam, dapat dilihat menurut daerah asalnya ataupun menurut pemakainya. Menurut daerah asalnya, beberapa jenis kain tapis antara lain sebagai berikut: dari daerah Pesisir, seperti tapis Inuh, Cucuk Andak, Semaka, Kuning, Cukkil, dan Jinggu; dari daerah Sungai Way Kanan, seperti tapis Jung Sarat, Balak, Pucuk Rebung, Halom/Gabo, Kaca, Lawok Halam, Tuha, Raja Medal, dan Lawok Silung. Sedangkan contoh tapis menurut pemakaiannya antara lain adalah: tapis Jung Sarat, biasa dipakai pengantin wanita pada upacara perkawinan adat; tapis Raja Tunggal, dipakai oleh istri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat dan pengambilan gelar, baik gelar pangeran maupun sultan; tapis Raja Medal, biasa dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua pada upacara adat, seperti upacara mengawinkan anak dan pengambilan gelar pangeran; tapis Laut Andak, biasa dipakai oleh gadis penari pada acara adat cangget; dan lain-lain. Itu adalah beberapa contoh dari jenis tapis menurut pemakainya.
Ulos Batak

Kain ulos khas Danau Toba ini merupakan salah satu kerajinan tradisional Batak yang sangat terkenal. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ini didominasi warna merah, hitam, dan putih. Dulu, kain ini hanya digunakan sebagai selendang dan sarung untuk pasangan kebaya. Namun, saat ini telah mengalami modifikasi sehingga kerap digunakan dalam produk-produk yang lebih menarik dan bernilai ekonomis, seperti sarung bantal, tas, pakaian, dan lain-lain.

Bagi orang Batak, ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk upacara adat. Pemakaian kain secara garis besar ada tiga cara, yakni dengan siabithononton (dipakai), sihadanghononton (dililit di kepala/ditenteng), sitalitalihononton (dililit di pinggang). Namun, tidak semua jenis ulos dapat dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Selain sebagai pelindung tubuh, ulos juga berfungsi simbolik. Kain ulos dari jenis tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki daya magis untuk melindungi pemakainya.


Ada beragam jenis ulos, di antaranya: bintang maratur, ragiidup, sibolang, ragihotang, mangiring, dan sadum. Aneka macam jenis Ulos tersebut mempuyai tingkat kerumitan, nilai, dan fungsi yang berbeda-beda. Semakin rumit pembuatan sebuah Ulos, maka nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin mahal. Dikabarkan, saat ini, sebagian besar ulos Batak hampir punah, karena sudah tidak diproduksi lagi, seperti ulos raja, ragi botik, gobar, saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan ulos sibolang.

Comments

Popular posts from this blog

SKENARIO PENERIMAAN TAMU DENGAN PERJANJIAN

DALIL NAQLI TENTANG PEDULI TERHADAP JENAZAH

Naskah Drama Siti Nurbaya dalam Bahasa Minang