Makalah Sejarah Sebagai Seni

Kata pengantar

 Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”SEJARAH SEBAGAI SENI”.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua, teman kelompok dan guru pembimbing yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Makalah yang kami buat ini bertujuan agar pembaca mengetahui sejarah peristiwa.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Penulis



Tanjung Ampalu 25 Agustus 2016-08-25
















BAB I
PENDAHULUAN

Kata sejarah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sering dari kita juga diajukan beberapa pertanyaan: “Apa sejarah itu?” atau ada pertanyaan seperti ini: “Kita harus belajar dari sejarah”, atau “Jangan pernah melupakan sejarah”. Pertanyaan-pertanyaan seperti contoh di atas yang kelihatannya sangat sederhana dan sangat mudah atau mungkin banyak dari kita menganggapnya remeh ternyata tidak dapat dijawab dengan segera. Kita harus merenung dan memikirkan jawabannya.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui apa itu sejarah, mengapa sejarah bisa dijadikan sebuah ilmu, dan apa peranan serta manfaatnya di kehidupan. Pernahkah darimu mendengar cerita-cerita kehidupan manusia pada masa lampau? pasti jawabannya ya. Nah, cerita-cerita yang terjadi pada masa lampau tersebutlah yang disebut sejarah. Objek kajian dari sejarah adalah manusia.

Latar Belakang

Tidak semua peristiwa masa lalu merupakan peristiwa sejarah. Ada kriteria tertentu peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah. Sejarah adalah ilmu tentang manusia, bukan mengenai hewan ÿ, tumbuhan J, atau alam semesta beserta isinya ý. Sejarah juga merupakan ilmu mengenai masa lalu.
Bevel: 2

Ada juga yang mengatakan sejarah adalah ilmu yang mempelajari sebab akibat. Untuk para sejarawan, hal terpenting adalah bagaimana meyakinkan para pembaca bahwa apa yang ditulisnya benar, dan tulisannya itu benar sesuai fakta yang benar-benar ada.
Suatu peristiwa menjadi bermakna dan menyenangkan apabila kita mengetahui mengapa dan bagaimana peristiwa itu dapat terjadi.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu sejarah?

2. Apa perbedaan sejarah sabagai peristiwa, sebagai kisah, sebagai ilmu, dan sebagai seni?

3. Apa kegunaan atau manfaat mempelajari sejarah dalam kehidupan sehari-hari?




BAB II

A. Pengertian Sejarah
                    
Secara emitologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang artinya pohon J. Kata ini berhubungan dengan silsilah raja-raja dan dinasti yang menjadi elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Di dalam kata sejarah tersimpan makna pertumbuhan atau istilah.
          Untuk lebih memahami secara lebih mendalam, mari kita simak pengertian sejarah di negara lain. Perkataan sejarah dalam bahasa Belanda ialah geschiedenis (dari kata geschieden= terjadi). Sedangkan dalam bahasa Yunani historia yang artinya apa yang diketahui dari hasil penyelidikan atau ilmu. Sejarah berarti peristiwa yang terjadi dalam manusia di masa lampau.
¥ Beberapa definisi sejarah yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.
a.       Moh. Yamin, SH, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
b.       Herodotus (Bapak Sejarah), sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.
c.        Kuntowijoyo, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis (karena sejarah memanjang dalam waktu), ideografis (karena sejarah bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menceritakan sesuatu), unik (karena sejarah melakukan penelitian tentang hal-hal yang unik dan
Bevel: 5
secara khas hanya berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu), dan empiris (sejarah berstandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh).

B. Sejarah sebagai Seni.

Jarak antara masa kini dan masa lampau selalu menjadi persoalan utama seorang sejarawan. Walaupun berbagai tahapan dalam metode sejarah mampu menjamin kebenaran sumber tersebut, tetapi dalam menafsirkan sumber tersebut sejarawan lebih condong menjadi subjektif daripada objektif. Untuk menjembatani masa kini dan masa lampau, seorang sejarawan harus memiliki jiwa seni, bukan saja berkaitan dengan pencarian sumber alternatif, penciptaan imajinasi yang membantu penafsiran sumber, dan yang ketiga penyajian karya sejarah agar menarik dibaca.
Oleh karena itu, karya-karya sastra tidak boleh diabaikan dalam mengungkapkan realitas masa lampau yang penting dalam membantu menjelaskan kejadian-kejadian di masa lampau secara utuh. Hal yang cukup penting juga berkaitan dengan nilai estetika karya sastra yang dapat membantu penyajian karya sejarah. Umum diketahui, banyak histriografi yang diciptakan sejarawan-sejarawan profesional hanya menjadi konsumsi sejarawan profesional lainnya, tanpa menarik perhatian masyarakat umum. Permusuhan antara Sejarawan dan karya-karya sastra membuat sejarawan hanya menyajikan data dan fakta secara kronologis, tanpa dapat merangkaikannya, mengimajinasikannya, dan membawa pembacanya larut ke masa lalu. Maka tidak heran, tulisan sejarah karya para amatir, seperti wartawan, pelaku sejarah, dan lain sebagainya lebih banyak dibaca dibanding karya sejarawan profesional.
Sejarah merupakan suatu disiplin ilmu yang memadukan kaidah ilmu pengetahuan dan nilai estetis Seni. Tentunya, historiografi yang baik adalah karya yang mampu mengombinasikan sumber yang menyajikan kebenaran fakta sejarah dengan imajinasi
Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah sebagai ilmu membedakan ilmu sejarah dengan filsafat yang bersifat abstrak dan spekulatif. Sejarah termasuk ilmu empiris.
Sebagai ilmu, sejarah memiliki sejumlah masalah, bukti dan fakta, yang perlu pembuktian secara ilmiah, melalui serangkaian penelitian danhipotesa, dengan menggunakan metode penelitian tertentu.
Sejarah termasuk ilmu tersendiri karena memiliki persyaratan sebagai ilmu, yakni:
a. Memiliki tujuan, yang membedakan dengan ilmu yang lain, yang akan dibatasi oleh objek material atau sasaran yang jelas.
b. Memiliki metode, metode sejarah meliputi pengumpulan, mengadakan penilaian sumber (kritik), penafsiran data dan penyajian dalam bentuk cerita sejarah (historiografi).
c.  Pemikiran yang rasional, ilmu hanya dapat dipahami dengan akal pikiran.
d. Penyusunan yang sistematis, dimulai dari langkah yang pertama (pengumpulan sumber) sampai dengan yang terakhir (penulisan sejarah sebagai kisah).
e. Kebenaran bersifat objektif, penulisannya harus berdasarkan fakta sejarah yang sesuai dengan kenyataan (objektif).

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Seni

Adapun Ciri-ciri Sejarah Sebagai Seni adalah sebagai berikut :
a.               Sejarah memerlukan intuisi.
Kerja sorang sejarawan tidak cukup hanya mengandalkan metode dan rasionalitas yang dimilikinya, melainkan pula memerlukan intuisi yang berlangsung secara naluriah atau instinktif. Ini terjadi bukan saja dalam tahap interpretasi ataupun historiografi, melainkan berlangsung pada seluruh proses kerja sejarawan. Proses heuristik juga memerlukan ars in veniendi (seni mencari).
b.      Sejarah memerlukan imaginasi.
Imaginasi membantu untuk mampu membayangkan bagaimana proses sejarah itu terjadi. Sekalipun sejarah tak dapat dilepas dari imaginasi, namun sejarah tetap sejarah dan bukannya fiksi. Kebenaran objektivitas dan faktual sejarah tetap menjadi landasan kerja bagi seorang sejarawan.
c.          Sejarah memerlukan emosi.
Sejarah yang dibahas adalah sejarahnya manusia. Bercerita tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada pembaca atau pendengarnya seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh yang diceritakan. Sejarawan memerlukan emphati (perasaan) dengan segala afeksi-nya.
d.      Sejarah memerlukan gaya bahasa.
Penulisan gaya bahasa memiliki peranan yang penting dalam mengkomunikasikan kisah atau cerita sejarah. Hasil penulisan sejarah tersebut menarik atau tidaknya cerita sejarah banyak bergantung pada gaya penyampaiannya. Sejarawan harus mampu mendeskripsikan peristiwa sejarah sebagai layaknya seorang pelukis melukiskan secara naturalis.
Sejarah sebagai Seni

Sejarah sebagai seni membutuhkan intuisi, membayangkan apa yang sedang terjadi dan apa yang terjadi sesudahnhya; emosi, pembaca seakan-akan diajak hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu tersendiri; dan gaya bahasa, yang menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan tidak berbelit-belit.

-Perbandingan antara penulisan sejarah sebagai seni dan sejarah sebagai ilmu.
Aspek Penulisan
Aspek Penulisan
Sebagai Seni
Sebagai Ilmu
Ketepatan
Rendah
Tinggi
Objektif
Rendah
Tinggi
Imajinasi
Tinggi
Rendah

Contoh sejarah sebagai seni
Seorang sejarawan menulis tentang perlawanan arek-arek Surabaya. Cenderung untuk dapat membayangkan keadaan kota pada saat itu.

C.  Generalisasi, Periodisasi, dan Kronologi
$ Di dalam sejarah terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yakni:
Ø      Generalisasi adalah salah satu proses strukturalisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode.
& Tujuan dari Generalisasi, yakni:
a.       Melakukan penyederhanaan.
b.       Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah.
c.        Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis.
d.       Memudahkan pengertian.
e.       Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan.

Ø      Periodisasi adalah pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan tertentu
Ø      Kronologi adalah ilmu untuk menentukan terjadinya suatu peristiwa dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu.

Kegunaan Sejarah

& Mempelajari sejarah banyak kegunaan atau manfaatnya antara lain sebagai berikut.
1.       Memberi kesadaran waktu.
2.       Memberi pelajaran.
3.       Sumber inspirasi (ilham).
4.       Memberikan ketegasan identitas nasional dan kepribadian suatu bangsa.
5.       Memberikan hiburan.
6.       Memuaskan rasa ingin tahu tentang orang lain, kehidupan para tokoh/pahlawan, perbuatan, dan cita-cita.
7.       Membangkitkan kekaguman tentang kehidupan manusia masa lampau.

Pengertian sejarah sebagai seni dan bukan sebagai ilmu tersendiri berlangsung hingga munculnya tokoh Herodotus, dalam arti sejarah bukan merupakan ilmu yang berdiri sendiri namun masih berada di bawah ilmu sastra. Setelah ditemukan adanya penelitian sejarah secara ilmiah maka ilmu sejarah tersaji secara sendiri. Walaupun demikian sejarah tetap tersaji sebagai suatu karya seni.
Sejarah sebagai seni dapat dikatakan sebagai cabang ilmu humaniora yang memandang pada pemeliharaan warisan budaya, yaitu pengalaman dan pikiran adat istiadat, sopan santun, agama, lembaga, tokoh-tokoh, dan sastra. Namun bila dilihat materi yang didapat sebagai sumber sejarah bersifat mental, terlepas antara satu dengan lainnya, maka diperlukan keahlian untuk mengadakan perangkaian antar fakta, data dan sumber sejarah yang didapat untuk mengungkap kisah sejarah sehingga menarik.
Penafsiran terhadap fakta, data dan sumber sejarah yang didapat untuk mengungkap kisah sejarah sehingga menarik. Penafsiran terhadap fakta, data dan sumber sejarah yang sama sangat mungkin berbeda hasilnya antara sejarawan satu dengan lainnya. Hal ini menyangkut kemampuan mengungkap peristiwa sejarah dalam bahsa yang indah, yang dapat membawa pembaca menikmati karya sejarawan dalam menyusun karya ilmiahnya dalam keadaan suka dan dapat  menikmati. Sebagai kesimpulan dalam penelitian sejarah diperlukan proses dan prosedur ilmiah, namun dalam penyajiannya diperlukan kemampuan artistik, namun bukan merupakan karya seni mumi, mengingat metode keilmuan sejarah berbeda dengan keilmuan seni. Menurut pendapat A.F. Polland, sejarah adalah ilmu dan seni sebab ia memuat analisa ilmiah di materinya dan sintesa artistik pada hasilnya. Sebagai suatu gambaran pengertian sejarah sebagai seni merupakan cara membuat pembaca sejarah tertarik atas informasi masa lalu yang disajikan karena unsur keindahan yang disertakan di dalam menyajikan informasi sejarah di masa lampau sehingga akan mencapai sasaran penyampaian informasi sejarah.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Sejarah sebagai peristiwa berarti bahwa kejadian itu pernah ada dan benar-benar terjadi serta bisa dibuktikan secara ilmiah. Sedangkan sejarah sebagai Kisah, selain peristiwa itu ada, juga bisa dikisahkan atau bisa diceritakan kembali. Sejarah sebagai ilmu bahwa sejarah menggunakan metode analitis yaitu hasilnya harus dapat diverifikasi dan dapat disetujui atau ditolak oleh para ahli. Sementara sejarah sebagai seni mengandung arti bahwa dalam penyajian dari hasil penyelidikan itu disusun dalam suatu rangka tertentu sehingga dapat menarik perhatian orang dan dapat mempengaruhi sikap jiwanya.
Sejarah sebagai seni memiliki sejumlah kekurangan, diantaranya:
1) sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan obyektivitasnya, karena seni merupakan hasil imajinasi. Ketepatan merupakan kesesuaian antara fakta dan tulisan sejarah. Obyektivitas merupakan menghindari masuknya pandangan individual dalam suatu penafsiran peristiwa sejarah. Padahal kedua unsur sangat diperlukan dalam penulisan sejarah.
2) sejarah akan terbatas bahwa hanya sejarah yang dapat digambarkan sebagai karya seni yang diakui.
Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Menurut Travelyan menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah karena memerlukan imajinasi dan seni. Dalam seni dibutuhkan intuisi, emosi, dan gaya bahasa. Sejarah dapat juga dilihat sebagai seni. Seperti halnya seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa.
Intuisi dibutuhkan sejarawan terutama yang berkaitan dengan pemahaman langsung selama penelitian. Setiap langkah yang harus dikerjakan oleh sejarawan memerlukan kepandaian dalam memutuskan apa yang harus dilakukan. Seringkali untuk memilih suatu penjelasan, bukanlah perangkat ilmu yang berjalan tetapi intuisi. Demikian halnya ketika harus menggambarkan suatu peristiwa atau berupa deskripsi, sejarawan sering tidak sanggup melanjutkan tulisannya. Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya yang diperlukan adalah intuisi. Namun, meskipun mengandalkan intuisi, sejarawan harus tetap berdasarkan data yang dimilikinya.
Sejarawan juga membutuhkan imajinasi, misalnya membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, pada suatu periode yang ditelitinya. Imajinasi yang digunakan tentunya bukanlah imajinasi liar melainkan berdasarkan keterangan atau data yang mendukung. Misalnya seorang sejarawan akan menulis priyayi awal abad ke-20. Ia harus memiliki gambaran, mungkin priyayi itu anak cucu kaum bangsawan atau raja yang turun statusnya karena sebab-sebab alamiah atau politis. Imajinasi seorang sejarawan juga harus jalan jika ia ingin memahami perlawanan Sultan Palembang yang berada di luar ibu kota pada abad ke-19. Sejarawan dituntut untuk dapat membayangkan sungai dan hutan yang mungkin jadi tempat baik untuk bersembunyi.
Demikian halnya dengan emosi. Dalam penulisan sejarah terdapat pula keterlibatan emosi. Di sini penulis sejarah perlu memiliki empati yang menyatukan dirinya dengan objek yang diteliti. Pada penulisan sejarah zaman Romantik yaitu pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, sejarah dianggap sebagai cabang sastra. Akibatnya, menulis sejarah disamakan dengan menulis sastra, artinya menulis sejarah harus dengan keterlibatan emosional. Orang yang membaca sejarah penaklukan Meksiko, jatuhnya Romawi, pelayaran orang Inggris ke Amerika, harus dibuat seolah-olah hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu. Penulisnya harus berempati, menyatukan perasaan dengan objeknya. Diharapkan sejarawan dapat menghadirkan objeknya seolah-olah pembacanya mengalami sendiri peristiwa itu.
Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah gaya bahasa. Dalam penulisan sejarah, sejarawan harus menggunakan gaya bahasa yang tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tidak membosankan, komunikatif dan mudah dipahami. Khususnya dalam menghidupkan suatu kisah di masa lalu. Di sini yang diperlukan adalah kemampuan menulis secara terperinci (detail).
Berbeda dengan karya sastra, dalam penulisan sejarah harus berusaha memberikan informasi yang lengkap dan jelas. Serta menghindari subjektivitas dan mengedepankan obyektivitas berdasarkan penggunaan metode penelitian yang tepat.
Namun, sejarah sebagai seni memiliki beberapa kekurangan yaitu sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan obyektivitasnya. Alasannya, seni merupakan hasil imajinasi. Sementara ketepatan dan obyektivitas merupakan hal yang diperlukan dalam penulisan sejarah. Ketepatan berarti adanya kesesuaian antara fakta dan penulisan sejarah. Sedangkan obyektivitas berarti tidak ada pandangan yang individual.  Kedua hal ini menimbulkan kepercayaan orang pada sejarawan dan memberikan kesan penguasaan sejarawan atas detail tulisan sejarah. Namun, kesan akan kedua hal itu akan hilang jika sejarah menjadi seni karena sejarah berdasarkan fakta dan seni merupakan hasil imajinasi. Sejarah yang terlalu dekat seni pun dapat dianggap telah memalsukan fakta.















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Secara emitologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang artinya pohon. Sejarah merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan manusia atau makhluk hidup lainnya pada waktu atau ruang dimasa yang lampau. Menurut Kuntowijoyo, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Sejarah bisa sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan sebagai seni.
Di dalam penulisan sejarah, diperlukan adanya generalisasi, periodisasi, dan kronologi. Sejarah banyak memberikan manfaat bagi yang mempelajarinya dan mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat.

2. Saran
Untuk semua masyarakat, sebaiknya kita harus mempelajari pelajaran sejarah. Karena seperti yang kita telah ketahui, sejarah mempunyai arti penting dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah manfaat pendidikan, yang dapat kita jadikan sebuah hikmah baik yang positif maupun yang negatif. Untuk nilai-nilai positif yakni keberhasilan-keberhasilan kita pertahankan dan tingkatkan lagi, dan sebaliknya, untuk nilai-nilai negatif, kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi masa lampau, tidak akan terulang lagi. Seperti yang sering kita dengar “Belajarlah dari sejarah” atau “sejarah mengajarkan kepada kita” atau “perhatikanlah pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh sejarah”.
Bevel: 12


















DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Magdalia, Nana Nurliana Soeyono, dan Sudarini Suhartono. 2006.
Sejarah untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis
Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Surakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
http://www.scribd.com/doc/32142449/Hakikat-Dan-Ruang-Lingkup-Sejarah

http://makalahcenter.blogspot.com/2011/08/hakikat-dan-ruang-lingkup-sejarah.html


http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1865264-hakikat-dan-ruang-lingkup-sejarah/

Comments

Popular posts from this blog

SKENARIO PENERIMAAN TAMU DENGAN PERJANJIAN

DALIL NAQLI TENTANG PEDULI TERHADAP JENAZAH

Naskah Drama Siti Nurbaya dalam Bahasa Minang