SONGKET UNGGAN

SONGKET UNGGAN
Sumatera Barat bukan hanya terkenal dengan makanan khasnya-Rendang, tetapi juga terkenal dengan budayanya. Salah satu budaya yang perlu dijaga saat ini yaitu Songket. Berdasarkan hasil penelitian Bernhard Bart, Peneliti Songket Minangkabau asal Switzerland, selama 10 tahun terakhir di sejumlah negara dan kota-kota penghasil songket di Indonesia, songket Minang merupakan songket yang sangat kaya dengan motif-motif bermakna simbolik dan filosofis.
Kata songket berasal dari instilah “sungkit” dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau mencungkil. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya, mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.
Songket Minangkabau sangat terkenal dengan hiasan benang emas dan benang peraknya seperti lazim diproduksi di daerah Pandai Sikek (Kabupaten Tanah Datar) dan Silungkang (Kota Sawahlunto). Songket tradisional Minangkabau (songket lama) dihiasi oleh motif-motif tradisional dari benang emas dan perak yang sarat-sarat nilai (transfer budaya/makna) sehingga penggunaannya menjadi terbatas pada kepentingan adat. Diluar kepentingan adat/tradisional tersebut, songket secara keteknikan dapat dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dan menguntungkan secara ekonomi pada penenunnya. Hal ini telah dikembangkan oleh penenun dari Silungkang dengan produksi untuk keperluan bahan pakaian harian.
Selain Silungkang dan Pandai Sikek, songket juga ditenun di daerah Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota dan Unggan Sumpur Kudus di Kabupaten Sijunjung. Songket Unggan ini berasal dari perpaduan teknik bertenun Nagari Pandai Sikek dengan Nagari Silungkang. Songket unggan telah berkembang pesat dari segi jumlah pengrajin dan produksinya. Selain itu Songket Unggan juga berkembang menjadi bahan pakaian tanpa meninggalkan songket untuk tenun balapak.
Songket dengan motif lansek manih ini, merupakan hasil karya kreatif anak Nagari Unggan Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. Songket Unggan pertama kali dirintis oleh Enita Witya Citra (26 th) sejak tahun 2007. Awalnya Enita belajar ke daerah Halaban di Payakumbuh. Selanjutnya dengan bermodal 650 ribu rupiah, ia berniat mengembangkan keterampilannya di kampung halamannya, Nagari Unggan Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. Perlahan-lahan usahanya mulai dilirik dan beberapa temannya juga tertarik dengan usaha yang ia geluti. 
Berawal dari situ ia berbagi ilmu dengan ibu-ibu dan remaja putri di daerahnya dan membentuk kelompok kerajinan yang ia beri nama Minang Saiyo. Seiring dengan perkembangannya beberapa anggota Minang Saiyo yang merasa sudah mampu, memisahkan diri dan mengelola sendiri usaha kerajinan tenunan ini, salah satunya Indra Yeni (38 th). Ibu empat anak itu membentuk kelompok kerajinan yang diberi nama Songket Lansek Manih. Dibawah kepimpinan ibu yang akrab dipanggil Ira ini, pengrajin songket Unggan juga berkembang.
Menurut Ira, Songket Unggan ini, awalnya hanya memproduksi kain songket biasa dengan perpaduan motif Songket Silungkang dan Songket Pandai Siket. Namun lazimnya songket, biasanya hanya bisa digunakan untuk acara-acara resmi. Tentu sulit untuk dipasarkan. ”Berkat usulan dari Ibu Bupati Sijunjung yang waktu itu masih sebagai Ibu wakil Bupati Sijunjung menyarankan kami untuk membuat inovasi baru. Bu En menyarankan kami untuk membuat Songket Unggan yang bisa digunakan untuk pakaian sehari-hari dengan motif lansek. Setelah kami buat, hasilnya cukup bagus, namun waktu itu Ibu En sangat sibuk, makanya hasilnya kami jual ke Silungkang. Tanpa disangka-sangka Songket itu juga ditawarkan oleh pemilik toko kepada Ibu En dan dibeli.  Alhamdulillah mendapat sambutan positif. Berkat bantuan dari Dekranasda Sijunjung juga yang telah membantu permodalan dan pemasaran, akhirnya sekarang Songket Unggan banyak diminati. Apalagi ketika kami diajak mengikuti pameran di Jakarta, produk kami laris manis diborong oleh ibu-ibu mentri,” papar wanita yang mudah akrab itu.
Lebih lanjut Ira menjelaskan, pengerjaan satu potong kain bisa dilakukan selama lima hari, sedangkan untuk satu stel yakni empat potong bisa mencapai satu bulan. Harga satu potong kain berkisar dari tiga ratus ribu rupiah hingga satu juta lima ratus ribu rupiah, tergantung bahan yang digunakan. Adapun kelebihan songket Unggan dibanding songket lainya selain motifnya adalah bidangnya lebih besar yakni ukuran satu potong untuk dasar baju 285 cm, sementara songket lain hanya 250 cm.

Motif dari kerajinan Songket Unggan ini juga bermacam-macam diantaranya motif Pucuak Rabuang, Lansek Manih dan yang terbaru adalah motif Unggan Seribu Bukit.

Comments

Popular posts from this blog

SKENARIO PENERIMAAN TAMU DENGAN PERJANJIAN

DALIL NAQLI TENTANG PEDULI TERHADAP JENAZAH

Naskah Drama Siti Nurbaya dalam Bahasa Minang