Makalah Standard Operation System ( SOP )
STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP):
A. Latar Belakang
Proses pada suatu pekerjaan
harus dirancang dan dikembangkan, kesalahan prosedur dapat terjadi, bila suatu
pekerjaan tidak dirancang dengan baik, dapat menimbulkan kecelakaan atau kerusakan. Untuk itu perlu
dibuat suatu prosedur tetap yang bersifat standard, sehingga siapa sajapun,
kapan sajapun dan dimana sajapun dilakukan langkah-langkahnya tidak berubah.
Langkah-langkah kerja yang tertib ini disebut SOP (standard operating procedures),
sebutan lainnya Protap (Prosedur
tatap). Lembaga atau perusahaan yang
besar dan bonafide umumnya telah
memakai SOP dalam melaksanakan tugas, seperti : Departemen/dinas Kimpraswil,
Operasi pasien di rumah sakit, Bapedal, POLRI, dan lainnya. SOP merupakan hasil
finalisasi dan kesempurnaan prosedur kerja. Dengan adanya SOP diharapkan
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, tepat waktu, dan dapat dipertanggung
jawabkan.
B.
Teori
Pendekatan dari sistem manusia - mesin merupakan salaha satu cara dipakai
merencanakan suatu pekerjaan. Ada tiga struktur dasar sistem yang sering
dipertimbangkan, yaitu: 1) Sistem manual, melibatkan manusia dengan bantuan
mekanis atau perkakas tangan. Manusia mensuplai tenaga yang diperlukan dan
bertindak sebagai pengendali proses. Alat-alat mekanis membantu melipatgandakan
upaya manusia, disini ada fungsi-fungsi dimana manusia langsung mengubah
masukan menjadi keluaran. Sistem manual
beroperasi dalam suatu lingkungan kerja yang mempunyai dampak pada manusia dan
keluaran (output); 2) Sitem semiotomatis, melibat manusia terutama sebagai
pengendali proses. Manusia dengan mesin atau alat saling mempengaruhi dengan
mananggapi informasi tentang proses dan menafsirkannya serta menggunakan
seperangkat pengendali; 3) Sistem-sitem otomatis, tidak memerlukan manusia,
karena semua fungsi indra, dan pemrosesan informasi, pengambil keputusan dan
tindakan dilakukan oleh mesin. Disini manusia berfungsi sebagai monitoring
membantu mengendalikan prosesnya, dan secara periodik atau terus-menerus
melakukan pengawasan dengan parameter tertentu.
Pada proses kerja sistem manual masih banyak karyawan memakai SOP,
berbeda pada sistem kerja semiotomatis dan otomatis telah pemakaian SOP
berkurang, karena beberapa pekerjaan manual telah dilaksanakan dengan baik oleh
mesin-mesin secara mekanik – elektronik - computer, umpamanya pekerjaan ”Operasi
Mesin bubut CNC”.
Desain-desain
pekerjaan yang ditautkan dengan sistem-sistem tata letak fungsional cenderung
relatif luas, walaupun dispesialisasikan. Sistem fungsional demikian
menghendaki karyawan yang berketrampilan tinggi. Karyawan terspesialisasi dan
memiliki keahlian khusus. Pada pekerjaan akan ditemukan ada pengulangan
langkah-langkah, artinya bila seorang mekanik bengkel mobil atau kasubag TU
yang berpengalaman dan menjalan tugas lama, dia dapat merasakan ada pengulangan
langkah-langkah kerja setiap dia melakukan pekerjaan yang sama walaupun konteks
berbeda, dan juga adanya kesinambungan pada suatu pekerjaan, dan yang selalu ada langkah-langkah tetap,
duma dibatasi urutan tugas secara kapasitas, waktu dan tanggung jawab.
Suatu SOP harus
memiliki akurasi uraian proses kejadian beserta pengendaliannya, antara lain:
·
Ada daftar bahan dan komponen suatu proses dengan
karakteristik kualitas minimal; khususnya ada penjelasan jumlah komponen
standar yang digunakan.
·
Ada deskripsi lengkap komponen (sampel) yang mesti
dipersiapkan sebelum pekerjaan dilaksanakan; terdiri dari uraian atau formulasi
komponen khusus atau acuan layak termasuk jumlah dan nomor seri komponen.
·
Ada daftar karakteristik perlengkapan (equipment), seperti: kapasitas, kepresisian,
keterbatasan, dayasuai (compatibilities),
indikasi nama perlengkapan khusus.
·
Ada deskripsi langkah-langkah proses peristiwa termasuk
skala atau kapasitas operasi.
·
Ada parameter pengendalian proses, metode dan
keberhasilan. Metode tes atau observasi yang merupakan pengendalian proses yang
efektif dan pengujian harus mempunyai dokumentasi.
·
Ada diagram alir kerja.
·
Ada pengujian efektivitas baik dalam proses maupun
sesudah ada produk, ini dibatasi atau ada
kriteria yang dapat diterima pihak profesional.
·
Ada contoh perhitungan, estimasi waktu, kartu isian.
·
Ada biaya, alat angkut, dan daftar faktor pengganggu.
·
Ada yang pelaksana dan pertanggungjawaban; siapa
melaksanakan apa?
·
Ada akuntabilitas pimpinan.
·
Ada pelaporan dan dokumentasi.
Hasil dari suatu desain dan analisis tugas adalah
tugas-tugas dari suatu pekerjaan dapat diukur. Norman E, Gronlund menggunakan
istilah tugas performansi perluasan (Extended performance task) untuk
menjelaskan kaitan performansi dengan tugas yang begitu komprehensif. Namun,
biasanya tugas yang begitu luas terdiri dari beberapa tugas kecil, bahkan dapat
berupa kegiatan-kegiatan (activity), pengoperasian (operation),
dan langkah-langkah (step). SOP dapat dikembangkan melalui
analisis tugas pekerjaan, berikut hubungan vertikal dari suatu analisis tugas.
Uraian di atas
menunjukkan bahwa kompetensi yang dapat diukur itu ada pada tingkat tugas.
Tugas yang dikandung suatu pekerjaan sungguh banyak, seorang pembuat SOP harus dengan
cermat menentukan Operasi mana yang harus diuraikan pada suatu SOP.
Gambar 1 di bawah
ini terlihat suatu tugas terdiri dari beberapa aktivitas, dan suatu aktivitas
berkembang menjadi beberapa operasi, dan suatu operasi dapat diuraikan dalam
beberapa langkah.
Pandangan
sosioteknis, konsep-konsep dan metode-metode pandangan teknologi adalah
mekanistik, yaitu manusia dianggap sebagai mesin, bahkan dianggap mata rantai
dari mesin. Ada dua alasan, pertama ialah terdapat suatu sistem bersama yang
beroperasi, sistem sosioteknis, dan optimasi bersama adalah tepat. Alasan kedua
ialah setiap sistem sosioteknis tertanam dalam suatu lingkungan. Lingkungan ini
dipengaruhi oleh suatu kebudayaan dan nilai-nilainya serta seperangkat praktek
yang umumnya telah diterima, dimana terdapat peranan-peranan tertentu untuk
organisasi-organisasi profesi dan orang terkait. Lembaga yang bekerja menggunakan SOP
akan menghasilkan : 1) membawa perbaikan mutu; 2) menambah keluwesan; 3)
Mengidentifikasi karyawan yang mempunyai kekurangan dalam produktivitas dan
mutu; 4) Mengurangi fungsi-fungsi pelayanan dalam jurusan, seperti inpeksi
dosen terhadap mahasiswa; 5) Mengembangkan sikap yang lebih menguntungkan
terhadap tanggung jawab, tingkat kerja individu, laju kerja individu, dan
distribusi beban kerja.
C. Format dan
Manajemen
Pada suatu SOP akan
tergambar identifikasi, pengendalian, kemampuan selusur, konsistensi, dan
akuntabilitas. Suatu SOP hendaklah mempunyai format sebagai berikut :
1)
Nama lembaga, nama selain pada kop juga ada pada setiap halaman.
2) Judul, judul harus
jelas terurai dan terukur.
Karena, pada setiap prosedur diuraikan bagaimana mengerjakannya, judul mesti
bergaya bahasa perintah (direktif) untuk menjelaskan ‘siapa mengerjakan apa’. Suatu
SOP berjudul "Bahan bakar solar untuk injeksi motor Diesel ” tidak menggambarkan
prosedur; lebih cocok diberi judul “Proses injeksi bahan bakar solar pada motor
Diesel.” Gaya bahasa direktif, seperti., "Pengujian dari...,"
"Operasi dari...." atau "Perawatan dari...".
3) Halaman, harus tertulis "halaman
3 dari 7", ini menggambarkan ada kelanjutan.
4) Identifikasi
dan Pengendalian, pada suatu Prosedur mesti
teridentifikasi keunikannya. Identifikasi untuk mempersiapkan akuntabilitas, dan
gambaran suatu dokumentasi sampai
fasilitas dan masa kedaluwarsaan perubahan. Akuntabilitas dan gambaran prosedur
berdasarkan pada sejumlah identifikasi atau kode, yang merupakan pengendalian (seperti.,
kapan dan berapa kali revisi atau jumlah edisi SOP dilakukan).
5) Tujuan, suatu tujuan
atau sasaran prosedur mesti dapat diulang (repeat) dan dapat dikembangkan, dan
dinyatakan dalam gaya bahasa perintah, seperti., operasi, prosedur, proses, monitoring,
dan rutinitas perawatan dengan perusahaan ABC dand XYZ sistem WFI.
6) Ruang
lingkup. Ruang lingkup (scope) harus mempunyai batas penggunaan prosedur. Apakah itu,
sampel tertentu sesuai pengujian dengan metode ini? Apakah operasi ini terpakai
hanya pada perlengkapan tertentu atau bagian tertentu? Apakah ada batasan
kapasitas, volume prosedur?
7) Tanggung
Jawab. Siapa bertanggung jawab melaksanakan uraian
pekerjaan? Siapa melaporkan pekerjaan? Apakah diperlukan pelatihan khusus atau
sertifikat? Pada sesi ini dibatasi karyawan yang melaksanakan, seperti: siapa yang
mempunyai atau sesuai kualifikasi dalam melaksanakan uraian pekerjaan. Itu akan
diatur suatu tahapan untuk sejumlah detail dalam dokumen berikut.
8) Prosedur. Uraikan prosedur
dalam langkah demi langkah (step-by-step) atau kronologis cara kerja. Gunakan
kata kerja aktif dan pernyataan langsung, seperti., "Tambahkan 100.0 ml air
murni, PN 0128."
9) Kebutuhan
Perhitungan / Penanganan data / Dokumensi. Uraikan bagaimana data
mentah diolah dan dilaporkan. Sediakan contoh perhitungan, bila ada.
D. Membuat Diagram Alir Kerja
Ada rincian tugas yang berupa sebuah garis lurus yang berurutan. Ini
berarti bahwa setiap langkah dalam tugas tersebut dilakukan secara urutan 1 – 2
– 3 tanpa ada memerlukan Pengambilan keputusan atau pemilihan tindakan
alternatif. Rincian untuk tugas ’Membersihkan workshop harian’ menggambarkan
suatu urutan lurus dan tunggal. Artinya, tidak memerlukan pengambilan keputusan
atau pemilihan tindakan alternatif. Namun bila suatu
’Mengoperasikan test
Bench pompa injeksi motor diesel’
E. Jenis Prosedur
SOP sering dibagi dalam beberapa jenis
prosedur, antara lain Manufacturing Procedures (MPs), Quality Test Methods
(QTMs), atau Test Methods (TMs), yang dirancang dan diformat khusus untuk evaluasi
pekerjaan. Persis, seperti prosedur kalibrasi atau Prosedur perawatan preventif.
Kategorisasi prosedur berguna, namun lebih baik kategorisasinya berdasarkan
pada jenis uraian aktvitas. Ini lebih sering sebut pembuatan SOP berdasarkan
fungsional, ada juga SOP dikembangkan berdasarkan bidang pekerjaan.
Kategorisasi memberi
format lebih khusus untuk setiap jenis prosedur. Acuan harus sesuai prosedur
pengujian, seperti suatu standar kalibrasi alat harus sesuai dengan prosedur kalibrasi.
Pengkategorisasian minimal merupakan suatu alat penilaian keberhasilan minimal
karyawan.
F. Pekerjaan apa Tidak Memerlukan SOP?
Apakah diperlukan SOP
untuk "Mengoperasikan kalkulator," "Mengoperasikan timbangan,"
"Mengoperasikan pembuatan minuman kopi," "Mengoperasikan mesin
fotocopy? Kita sepakat tidak memerlukan SOP, alasannya, diantaranya karena
tidak menyebabkan kerusakan atau kecelakaan besar, tidak memerlukan tanggung
jawab dan akuntabilitas, pekerjaannya tidak rumit.
Kapan penulisan SOP stop?
Konsistensi operasi mesti dijamin pada semua aktivitas, dianggap langsung
mempunyai efek pada produk. Apabila aktivitas tampil
tidak konsisten, berefek pada keselamatan produk, penampilan kerja, dan kualitaskerja? Setiap
ketidaksetujuan anggota pada prosedur harus dicacat pembuat SOP.
G. Seberapa
Detail yang Cukup?
Tingkat detail suatu prosedur mempunyai efek langsung dengan
tingkat kecakapan tampilan karyawan yang mengerjakan. Tidak ada aturan tentang
tingkat detail suatu SOP. Prosedur mesti dituliskan dengan komunikasi efektif
agar karyawan mudah memahaminya. Penilihan "apa materinya" dan "apa
tidak materinya" dalam suatu proses diperlukan saat mengurai prosedur. Penulis
mesti yakin signifikansi dari langkah-langkah proses dan pengendalian kerja.
Bila ada SOP berisi beberapa detail yang tidak
penting, hendaklah dipertanyakan dan
dibuang langkah-langkah itu, seandainya ini tidak dibuang langsung, dijustifikasi
SOP sebagai suatu prosedur yang menyimpang, kejadian ini dipertimbangkan dan dilaporkan
penyimpangannya. Setiap prosedur dibatasi oleh proses kendali dan efektivitas
pengujian kriteria kerja, seperti jumlah produk yang dapat dikerjakan dalam
waktu tertentu.
H. SOP
Merupakan Produk Hukum
SOP harus diyakini sebagai
persetujuan yang dibuat lembaga pemerintahan dalam Aturan, Surat keputusan, Memo
yang secara juridis syah. Dengan kata lain suatu SOP yang jendak dipakai harus
terlibih dulu dibuat Sknya. Ini penting, karena SOP merupakan suatu produk hukum,
atau paling tidak merupakan Juknis dalam internal lembaga tersebut.
Pengingkaran terhadap SOP dapat merupakan pelanggaran hukum dan dapat dituntut
secara hukum, untuk menilai pengingkaran perlu menusuri atau mengidentifikasi pelaksanaan
SOP dan pembuktiannya, umpamanya: seorang Polisi detasemen 88 menembak mati
seorang teroris, tanpa ada peringatan, ini merupakan kesalahan prosedur, Polisi
dapat dituntut secara hukum; Seorang pegawai menggunakan stempel kantor, tanpa
ada pemberitahuan atau paraf dari kasubag, merupakan pelanggaran prosedur;
Seorang mahasiswa riset melaksanakan pengambilan data tanpa persetujuan
pembimbing skripsi, juga merupakan pelanggaran prosedur, dan dapat diberi
sanksi.
I. Bukan Spesifikasi Dalam SOP
Suatu SOP merupakan standard dan applikabel untuk bermacam konteks
perkerjaan, karena prosedur tidak berubah, walaupun spesifikasi berubah,
umpamanya prosedur menyetel platina mobil Toyota spec 4 KH sama dengan 5 KH
walaupun specnya berbeda. Prosedur bagaimanapun mesti berisikan spesifikasi, keterbatasan,
suatu proses. Pengendalian SOP dapat mempunyai nilai positif maupun negatif, dan
pengendalian dapat dilakukan melalui kartu isian, tabel/borang, kalibrasi,
monitoring, evaluasi.
J. Siapa Semestinya Menulis SOP
Seorang atau kelompok pembuat SOP hendaklah
mempunyai tingkat pengetahuan lebih akurat dan pernah mengalami perkerjaan
tersebut. Seandainya Pembuat SOP dekat dengan pekerjaan, uraian prosedur akan
lebih komunikatif, efisien, efektif dan sesuai dengan kebutuhan kerja. Banyak prosedur
tidak dirancang dan tidak dikembangkan secara akurat dan ilmiah. Metode
pengujian dapat dipakai antara lain, metode standard ISO; dan dari beberapa
operasi standar ISO dapat dipakai dalam pembuatan SOP.
Daftar
Acuan
C. V. De Sain and C.V. Sutton,
Documentation practices: A Complete Guide to Document
Development and Management for
GMP and ISO 9000 Compliant Industries (Advanstar
Communications, Cleveland , OH ,
1996).
24 — 5
C. V. De Sain, Documentation
Basics That support Good Manufacturing Practices (Advanstar
Communications, Cleveland , OH ,
1993).
C. V. Sutton and C.V. De Sain,
Meeting GMP and ISO 9001 Expectations for Product
Development (Parexel
International, Waltham, MA, 1996).
D. Warburton, "Problem
Procedures: Five Common Mistakes Engineers Make in Writing
Manufacturing Procedures,"
Medical Device and Diagnostic Industry, 224-228 (May
1995).
Documentation Practices: A
Complete
Guide to Document Development
and Management for GMP and ISO 9000 Compliant
Industries.
Lampiran
1: Format lain SOP
A Header (example above) which shows the Title of the SOP, Original Issue Date, Revision/Review Date, number of pages contained in the SOP, who wrote the SOP, and the Approval Signature.
- purpose and
scope
- definitions
- materials and
equipment needed
- safety concerns,
- who is
responsible
- step-by step
procedure with identification and emphasis of "critical steps"
- records to be
kept
- copies of forms
to be used
- references.
SOPs
should be reviewed annually at a minimum.
Lampiran 2: SOP Monitoring of the Informed Consent Process
______________________________________________________________________________
Standard Operating Procedure
Protocol
Selection for Monitoring the Informed Consent Process
1. PURPOSE
To describe the
procedures used to select protocols for monitoring the informed consent
process.
2. SCOPE
This procedure applies to all
consent monitoring audits performed by the Education and Compliance Office.
3. RESPONSIBILITIES
The
Education and Compliance Office will monitor the consent process as directed by
the IRB.
The
Education and Compliance Coordinators are responsible for selecting protocols
at random for monitoring the consent
process.
4. PROCEDURES
4.1 Protocols will be selected
for monitoring of the informed consent process by one of the following methods:
a. The IRB may request the monitoring
process at any time the protocol is reviewed.
Protocols are typically selected based on the level of risk and/or
complexity of the study.
b. The IRB Executive Committee may request
the monitoring process any time a known or suspected problem is reported
to the IRB.
c. The Education and Compliance Office may
randomly choose a study to monitor the informed consent process.
4.2 Once
a protocol is identified, a member of the Education and Compliance Office
(referred to as "monitor" from this point forward) will notify the
principal investigator in writing of the planned monitoring visit.
5. REFERENCES/DOCUMENTATION
Audit
Notification Letter for Monitoring the Informed Consent Process
Original 8/1/01
Reviewed/Revised 11/20/03
Reviewed: 9/3/04
Reviewed/Revised: 2/2/06
Pada
saat ini masih banyak Perusahaan yang beroperasi tanpa didukung dengan sebuah
sistem yang baku. Mereka lebih banyak beroperasi berdasarkan kebiasaan apa yang
sudah mereka jalankan bertahun-tahun dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaaan/
budaya perusahaan tersebut. Tidak hanya terbatas dengan perusahaan dengan skala
kecil, perusahaan skala menengah dan besar pun masih ada yang belum memiliki
System Operational yang baku dan dibakukan pula. Pada umumnya juga perusahaan
dengan tipe seperti ini semua system yang ada dan berlaku disana ada dan
dicatat dimasing-masing kepala para key person, dimana para key person mungkin
sudah bekerja lama untuk perusahaan ini.
Tetapi
tidak semua perusahaan mengenyampingkan hal ini, bahkan di beberapa dan umumnya
perusahaan besar mereka sudah memiliki sebuah Departemen tersendiri yang khusus
mengurusi System Procedure Perusahaan tersebut. Sedangkan untuk perusahaan
skala kecil dan menengah fungsi System Procedure ini terafiliasi di dalam
Departemen Accounting atau ada juga yang dibawah Departemen Human Resources.
Memang
idealnya System Procedure ditangani oleh sebuah Departemen tersendiri atau
setidaknya ada PIC khusus yang menanganinya, mengingat pekerjaan seorang System
Procedure harus selalu melakukan review atas System yang sudah ada dan juga
pengembangan System tersebut kedepannya. Bilamana perkerjaan tersebut dirangkap
oleh PIC tertentu maka hasilnya tidak akan maksimal karena PIC tersebut pasti
akan menyelesaikan dahulu pekerjaan utamanya baru kemudian dia akan melakukan
review system yang ada. Selain itu ada anggapan PIC tersebut akan membuat
system yang lebih menguntungkan departemennya sendiri. Hal ini berbeda bilamana
pekerjaan ini ditangani oleh PIC khusus, seorang yang menjabat posisi System
Procedure harus mementingkan sisi perusahaan dan Internal Control, tidak
memihak departemen tertentu dalam menyiapkan suatu System Prosedure. Ia harus
berada di posisi tengah dan harus bisa menjadi seorang mediator antar
Departemen agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan
tentunya tidak mengeyampingkan fungsi dari Internal Control yang baik pula.
TANGGAPAN
UMUM KARYAWAN AKAN SOP
-Tambah
Pekerjaan, terkesan dengan adanya SOP pekerjaan administrasi akan semakin
banyak. Tanggapan semacam ini bisa saja benar bilamana cara-cara dan
administrasi lama tetap dipertahankan dan ditambah lagi dengan System baru pada
SOP. Jadi seorang karyawan akan melakukan 2 macam cara kerja untuk mencapai
suatu tujuan. Sebaiknya tinggalkan cara kerja lama dan beralihlah ke SOP yang
sudah disetujui dan disepakati bersama pengaplikasiannya.
-SOP
Kaku/ Sakleg/ tanpa kompromi sehingga menggangu operasional Perusahaaan, SOP
memang sudah dibuat baku atas kesepakatan bersama. Tetapi dalam
pengaplikasiannya bisa saja terbentur oleh Kebijakan dalam SOP tersebut, oleh
karena itu dalam pembuatan SOP tentunya Kita harus memikirkan pengecualian yang
timbul bila kebijakan dalan SOP tidak dapat dipenuhi dan biasanya sudah diatur
didalamnya penanggungjawabnya.
-Kerja
Takut Salah dan Tidak Percaya Diri, ada budaya di kalangan para pelaksana bahwa
semua aktivitas harus benar-benar sesuai dengan SOP, sehingga bila diperlukan
otorisasi maka dimintakan kepada semua pejabat berwenag (tanggung renteng)
padalah dalam SOP sudah dibuatkan Surat Keputusan Otorisisi. Hal ini menjadikan
alur proses dan waktu yang diperlukan untuk pengananan menjadi panjang dan
lama. Sebaiknya sifat seperti ini dihindari, mengingat apa yang sudah disepakati
bersama dalam SOP dapat menjadi acuan dalam operasional.
NILAI
POSITIF DARI SOP
Hal-hal
positif yang dapat dirasakan dengan sudah adanya SOP di Perusahaan diantaranya
:
-Aturan
Main yang Jelas, Perusahaan memiliki acuan operasional yang baku. Diharapkan
aktivitas operasional akan lebih lancar karena setiap karyawan menjalankan
fungsinya masing-masing dan mengetahui dengan jelas apa yang menjadi
tanggungjawabnya.
-Dokumen
yang digunakan sudah Standard, sehingga memudahkan setiap karyawan untuk mengingatnya.
Terutama bila perusahaan tersebut besar dan memiliki banyak anak perusahaan
kemungkinan seorang karyawan yang dimutasi akan mudah untuk beradaptasi.
-Mencerminkan
Perusahaan tersebut rapi dalam administrasi yang efeknya akan mengangkat image
dari perusahaan tersebut.
-Langkah
kedepannya akan mempermudah perusahaan dalam memperoleh ISO (International
Organization for Standarization)
FUNGSI
DAN TANGGUNGJAWAB HEAD SYSTEM PROCEDURE
Sekarang
marilah Kita lihat fungsi utama yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin
Departemen System Procedure:
-Menyiapkan
Anggaran Departemen, Anggaran diperlukan dalam upaya untuk mewujudkan action
plan Departemen
-Merencanakan,
mendesign, mengimplementasikan System Procedure yang akan dibuat. Hal ini
tentunya didahului dengan tahapan lainnya seperti survei, memahami bisnis
usaha, mempelajari kondisi saat ini, estimasi biaya, dan lain sebagainya.
-Memberikan
penjelasan dan menpresentasikan SOP yang dibuat. Kemampuan ini sangatlah
penting terutama dalam mengakomodasi kepentingan dari beberapa Departemen yang
ada.
-Memberikan
masukan untuk pengembangan System Perusahaan Dapat bekerjasama dengan baik
sebagai team dengan semua Departemen dalam perusahaan.
ISI
MANUAL SOP
Apa
saja yang harus terdapat dalam sebuah Manual SOP, mari Kita lihat satu persatu
hal utama yang ada dalam sebuah SOP:
-Persetujuan,
Persetujuan disini dapat disesuaikan dengan kondisi setiap Perusahaan. Siapa
saja yang harus menandatangani SOP tersebut.
-Tujuan,
untuk kepentingan apa SOP ini disiapkan
-Definisi,
Karena SOP ini bersifat umum bagi semua orang, maka definisi menjadi hal
penting yang perlu distandarisasi. Semua pembaca SOP diharapkan memiliki satu
pengertian yang sama untuk sebuah istilah yang ada dalam SOP tersebut.
-Kebijakan,
Aturan main untuk sebuah system juga perlu disiapkan untuk kelancaran
pelaksanaan SOP tersebut.
-Penjelasan
Prosedur, yang dimaksud penjelasan disini bisa ditungkan dalam beberapa macam
bentuk, ada dalam bentuk chart atau gambar, narasi, juklak (intruksi kerja sederhana).
Hal ini bertujuan agar mengakomodasi semua kebutuhan pembaca SOP tersebut.
-Lampiran,
dapat juga diberikan lampiran yang berisi semua hal yang berhubungan dengan SOP
tersebut, misalnya: contoh formulir, contoh laporan, dan sebagainya.
SYMBOL
DALAM SOP
Symbol
yang digunakan dalam SOP umumnya untuk membantu memberikan penjelasan sebuah
prosedur yang dituangkan dalam bentuk Flowchart atau gambar.
Berikut
adalah sebagian contoh dan arti beberapa symbol yang umum digunakan:
TAHAPAN
PEMBUATAN SOP
Apa
saja yang perlu disiapkan dalam proses pembuatan sebuah SOP. Tahapan umum yang
harus diperhatikan adalah :
-Bisnis
Usaha, Pelajari dahulu apa bisnis usaha perusahaan yang akan Kita buat SOP-nya.
Cari informasi sejelas dan selengkap mungkin.
-Survei,
Lakukan survei lokasi yang akan disiapkan system-nya. Lakukan juga interview
bila diperlukan.
-Daftar
Kebutuhan, List semua peralatan, hardware dan software(bila ada), dan kebutuhan
lainnya yang diperlukan.
-Cost,
hitung biaya yang akan dikeluarkan untuk setiap kemungkinan system yang akan
dijalankan
-Pilih
system terbaik yang akan dikembangkan. Pemilihan dilakukan atas semua
pertimbangan yang ada dari team pembuat SOP sendiri dan diputuskan oleh
pimpinan perusahaan.
-Draft
SOP, siapakan dan susun draft SOP, lakukan pembahasan dengan team terakit,
lakukan presentasi bila diperlukan. Penyiapan draft ini didalamnya berisikan
isi manual SOP seperti yang sudah dibahas diatas, termasuk testing (trial and
error).
-Persetujuan,
Mintakan persetujuan SOP yang dibuat sebelum diaplikasikan
–*
IMPLEMENTASI
SOP
SOP
yang sudah mendapat persetujuan perlu dilakukan implementasi. Berikan arahan
kepada pelaksana bagaimana mengimplementasikan system tersebut.
Pelaksaan
implementasi ini perlu didampingi oleh Team pembuat SOP
REVIEW
SOP
Sebuah
SOP baru yang sudah dilakukan proses implementasi perlu dilakukan review atas
SOP tersebut minimal 1 (satu) tahun atau pun kurang setelah SOP tersebut
diimplementasikan.
Hal
ini penting sekali mengingat system yang baru dicoba terkadang timbul
permasalahan baru yang tidak Kita prediksi sebelumnya dan harus dengan cepat
pula Kita selesaikan agar tidak menggangu operasional perusahaan.
Selanjutnya
review dapat dilakukan berkala sesuai kebutuhan perusahaan.
SUKSES
PENERAPAN SOP
Kesusksesan
Perusahaan dalam mengaplikasian SOP dipengaruhi oleh beberapa aspek,
diantaranya :
-Support
Semua Departemen, Karena SOP umumnya banyak aktivitas yang listas Departemen,
maka seharusnya setiap Kepala Departemen men-support penerapan SOP ini di
Departemennya masing-masing. Meberikan pengarahan dan intruksi kepada
bawahannya untuk pengaplikasian SOP.
-Komitment
Pimpinan Perusahaan, Karena SOP ini produk bersama yang disusun melibatkan
seluruh lapisan golongan dalam Perusahaan dan disetujui oleh para Pimpinan
Perusahaan maka komitment para Pimpinan di Perusahaan untuk tetap menjaga
kelangsungan SOP Perusahaan sangatlah penting dan menjadi kunci utama
keberhasilan penerapan SOP. SOP dibuat untuk dijalankan bersama dan tidak ada
perlakukan spesial untuk karyawan tertentu untuk tidak menjalankannya. Bila hal
tersebut terjadi maka akan dimasukan dalam hal pengecualian yang diatur pula
pelaksanaanya.
Comments
Post a Comment