Contoh Karya Ilmiah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena pada akhirnya kami bisa menyelesaikan laporan karya ilmiah
ini.
Laporan
ini disusun berdasarkan perintah guru kimia kelas XI mengenai pembuatan produk
system koloid (sabun cair / hand wash). Diharapkan dengan adanya laporan karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami
menyadari bahwa laporan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Terimakasih.
PENYUSUN
09 JUNI 2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
1.2. RUMUSAN
MASALAH.............................................................................................. 1
1.3. TUJUAN
PENELITIAN.............................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM
KOLOID............................................................................................................ 2
2.2. JENIS-JENIS
KOLOID................................................................................................... 3
2.3. SIFAT-SIFAT
KOLOID................................................................................................... 4
2.4. PROSES PEMBUATAN
KOLOID.................................................................................. 6
2.5. KOMPONEN DALAM SISTEM
KOLOID..................................................................... 8
2.6. PENGERTIAN, SEJARAH, DAN MANFAAT SABUN................................................. 8
2.7. DAMPAK NEGATIF DARI SABUN
KIMIA.................................................................. 9
2.8. HUBUNGAN ANTARA SISTEM KOLOID DENGAN
SABUN.................................... 9
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1. ALAT DAN
BAHAN........................................................................................................ 10
3.2. LANGKAH KERJA......................................................................................................... 10
3.3.
PEMBAHASAN................................................................................................................11
3.4. KEKURANGAN
SABUN................................................................................................. 11
3.5. FUNGSI DARI MASING-MASING
BAHAN.................................................................. 11
BAB IV PENUTUP
4.1. SARAN..............................................................................................................................13
4.2.
KESIMPULAN.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mengingat banyaknya sabun dengan kandungan zat kimia yang berlebih,
sehingga fungsi sabun kurang baik dalam menjaga kesehatan dan kebersihan, hal
ini dilihat dari banyaknya keluhan para pengguna sabun yang merasakan dampak
buruk pada sabun-sabun yang pembuatannya mengandung banyak bahan kimia dan hal ini juga disebabkan karena kebanyakan sesorang kurang sadar akan
kelebihan dari bahan-bahan alami yang memiliki khasiat lebih baik dari
bahan-bahan kimia.
Dalam
hal ini kami ingin membuat sabun yang bersifat lebih alami dengan memunculkan
bahan-bahan tradisional dan dalam pembuatan sabun ini juga dibutuhkan
penggunaan system koloid yang baik agar terciptanya sabun yang baik dengan
kualitas yang sangat baik.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Apa saja jenis-jenis sistem koloid?
3. Bagaimana sifat-sifat koloid?
4. Bagaimana proses pembuatan koloid?
5. Apa saja komponen sistem koloid?
6. Apa pengertian, sejarah, manfaat sabun?
7. Apa dampak dari sabun kimia?
8. Apa hubungan antara system koloid dengan sabun?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui tentang sistem koloid
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem koloid
3. Unuk mengetahui sifat-sifat koloid
4. Unuk mengetahui proses pembuatan sistem koloid
5. Untuk mengetahui komponen yang terdapat dalam sistem koloid
6. Untuk memperdalam materi tentang sabun
7. Untuk mengetahui hubungan antara system koloid dengan sabun
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM KOLOID
Koloid berasal dari
bahasa Yunani “kolia” yang artinya lem. Koloid pertama kali dikenalkan oleh
Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan
kristal tapi sulit terdisfusi.
Koloid atau dispersi
koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih
besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel
antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat
diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Secara umum perbedaan suspensi, larutan dan koloid dapat dilihat pada tabel
berikut.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi Kasar)
|
Homegen, tak dapat Dibedakan walaupun
menggunakan mikroskop ultra.
|
Secara mikroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika
diamati dengan mikroskop ultra.
|
Heterogen.
|
Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau
tebal) kurang dari 1nm.
|
Partikel berdimensi anatara 1nm sampai 100nm.
|
Salah satu atau semua dimensi partikel
besar dari 100nm.
|
Satu fasa.
|
Dua fasa.
|
Dua fasa.
|
Stabil.
|
Pada umunya stabil.
|
Tidak stabil.
|
Tidak dapat disaring.
|
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
|
Dapat disaring
|
Contoh:
Larutan gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara
yang bersih, dan bensin.
|
Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.
|
Contoh:
Air Sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan
air, dan campuran minyak dengan air
|
2.2. JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri
atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi).
Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat
dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
No.
|
Fase Terdispersi
|
Fase Pendispersi
|
Jenis (nama koloid)
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Mutiara, kaca warna
|
2.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega
|
3.
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, kerupuk
|
4.
|
Padat
|
Cair
|
Sol, gel
|
Pati dalam air, cat, jeli
|
5.
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, santan
Manyonaise
|
6.
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Krim, pasta
|
7.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Debu, asap
|
8.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Awan kabut
|
1. Aerosol
Sistem koloid dari
partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat
yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang
terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam
bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot,
dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari
pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol
banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat
cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi
ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi
air dalam minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi
dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan
buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan
cair) disebut gel.
2.3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah
gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall
ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang
terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang
senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan).
Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada
zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk
koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran
partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan
mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan
partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang
disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu
partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
- koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan
menyerap kuman penyebab diare.
- Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga
menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan
tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
4. Elektroforesis
Elektroforesis
adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid
bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan
partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode.
Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri
dengan alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi,
berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami
koagulasi dengan cara:
· Mekanik
Cara mekanik dilakukan
dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
· Kimia.
Dengan penambahan
elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup masam-masam.
2.4. PROSES PEMBUATAN KOLOID
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara
penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan
larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat
dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s)
+ HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
d. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara
mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H3AsO3 encer
pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6
H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke
dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil
partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi koloid.
a. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat,
dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk
koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian
didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gulapada
penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang
menjadi sol.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan
menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh:
1. Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
2. Sol NiS dengan menambahkan H2S.
3. karet dipeptisasi oleh bensin.
4. agar-agar dipeptisasi oleh air.
5. endapan Al(OH)3 dipeptisasi
oleh AlCl3.
c. Cara Busur
Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air,
sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
d. Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000
Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran
heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam
bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.
2.5. KOMPONEN DALAM SISTEM KOLOID
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.
2.6. PENGERTIAN, SEJARAH, DAN MANFAAT SABUN
a) Pengertian
Sabun
adalah surfaktan yang bersama air berfungsi untuk mencuci dan membersihkan.
Bentuknya ada yang padat tercetak yang disebut sabun batangan ada juga yang
berupa cairan.
b) Sejarah
Dalam sejarah
pembuatan sabun, masing-masing negara memiliki sejarah sendiri-sendiri serta
teknik pembuatannya. Namun dari sekian banyak versi penemuan, saya akan
mengambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh bangsa Romawi Kuno.
Nama Sapo/soap/sabun
menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung Sapo, di mana
binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal dari binatang
tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sapo,
pada masa itu.
Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu
tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika
orang-orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut
berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun
dimulai.
a) Manfaat
· Pembasmi serangga
· Pembersih lantai kayu
· Pencuci pakaian
· Pembersih bahan kulit, dll.
2.7. DAMPAK NEGATIF DARI SABUN KIMIA
· Iritasi pada kulit
· Muculnya beberapa penyakit kulit, seperti panu dll.
2.8. HUBUNGAN ANTARA SISTEM KOLOID DENGAN SABUN
Sabun adalah benda
yang berfungsi sebagai pembersih tubuh dimana didalam sabun terdapat system
koloid yaitu sabun mampu mengemulsi lemak (minyak), sehingga kulit mendapatkan
kesan kesat, didalam pembuatan sabun juga penggunaan system koloid sangat
dibutuhkan, dimana system koloid yang digunakan dalam pembuatan sabun yaitu
system koloid jenis emulsi, karena didalam pembuatannya terjadi pengemulsian
texapon dengan air melalui penambahan larutan garam. Dan dalam pembuatan system
koloidnya melalui cara kondensasi dengan reaksi penggantian pelarut, dan pada
pembuatan sabun cair (hand wash) ini memiliki sifat gerak Brow
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
· Mangkuk
· Sendok
· Corong
· Botol
· Panci
· Kompor
BAHAN :
· Texapon 250 lt
· Air dingin 240 ml
· Larutan garam 100ml
· Asam citrate 1bks
· Bibit parfume 10 ml
· Air
· Rempah-rempah alami
3.2. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Rebuslah rempah-rempah alami (kocoran) dengan air menggunakan panci
3. Sementara rempah-rempah direbus, masukkan 3 sdm texapon kedalam mangkuk, kemudian masukkan 3 sdt larutan garam dan aduk hingga merata
4. Setelah diaduk secara merata, tambahkan air dingin Sebanyak 4 sdm hingga tercampur dan tambahkan air dari rebusan rempah-rempah yang telah didinginkan sebanyak 4 sdm dan aduk hingga tercampur
5. Setelah tercampur tambahkan asam citrate sebanyak 6 sdm kemudian aduk kembali hingga tercampur
6. Tambahkan bibit parfume secukupnya kemudian aduk kembali hingga merata
7. Masukkan kedalam botol dengan menggunakan corong
2. Rebuslah rempah-rempah alami (kocoran) dengan air menggunakan panci
3. Sementara rempah-rempah direbus, masukkan 3 sdm texapon kedalam mangkuk, kemudian masukkan 3 sdt larutan garam dan aduk hingga merata
4. Setelah diaduk secara merata, tambahkan air dingin Sebanyak 4 sdm hingga tercampur dan tambahkan air dari rebusan rempah-rempah yang telah didinginkan sebanyak 4 sdm dan aduk hingga tercampur
5. Setelah tercampur tambahkan asam citrate sebanyak 6 sdm kemudian aduk kembali hingga tercampur
6. Tambahkan bibit parfume secukupnya kemudian aduk kembali hingga merata
7. Masukkan kedalam botol dengan menggunakan corong
3.3. PEMBAHASAN
Didalam pembuatan sabun ini kami menemukan beberapa kesulitan, seperti:
· Mencampurkan texapon dengan air
· Membuat warna sabun menarik
· Membuat sabun dengan kekentalan yang pas
· Membuat kesan kesat pada sabun
· Membuat warna sabun menarik
· Membuat sabun dengan kekentalan yang pas
· Membuat kesan kesat pada sabun
· Pada penggunaan bahan alami produk yang dihasilkan tidak seperti produk
dengan menggunakan bahan kimia
Kemudian dari beberapa kesulitan itu, kami melakukan konsultasi kepada Ibu
Kiki Fatkhiyani sebagai guru pembimbing kami dan kami mendapatkan beberapa
solusi dalam mengatasi kesulitan yang kami hadapi, seperti:
· Memberikan zat asam pada sabun, agar sabun mendapatkan
kesan kesat
· Mengurangi kadar air dalam sabun agar terciptanya sabun dengan kekentalan yang pas
· Mengurangi kadar air dalam sabun agar terciptanya sabun dengan kekentalan yang pas
Didalam percobaan ini dibutuhkan kesabaran serta ketelitian dalam mencari
komposisi sabun yang pas serta menerapkan system koloid yang baik dan benar,
sehingga didapatkan sabun yang baik.
3.4. KEKURANGAN SABUN
· Kurangnya kesan kesat pada sabun
· Masih tersisanya kandungan buih pada sabun setelah menggunakan sabun
· Belum terciptanya kekentalan yang pas
· Masih tersisanya kandungan buih pada sabun setelah menggunakan sabun
· Belum terciptanya kekentalan yang pas
3.5. FUNGSI DARI MASING-MASING BAHAN
· Texapon
Berfungsi untuk menghasilkan buih pada sabun
· Asam citrate
Berfungsi untuk menghasilkan kesan kesat pada sabun
· Rempah-rempah alami (kocoran)
Berfungsi untuk memberikan warna pada sabun dan melembabkan kulit
· Air dingin dan larutan garam
Berfungsi dalam proses pencampuran texapon dengan air dingin agar dapat tercampur secara merata dan mengental
· Bibit parfume
Berfungsi sebagai memberikan aroma pada sabun
Berfungsi untuk menghasilkan buih pada sabun
· Asam citrate
Berfungsi untuk menghasilkan kesan kesat pada sabun
· Rempah-rempah alami (kocoran)
Berfungsi untuk memberikan warna pada sabun dan melembabkan kulit
· Air dingin dan larutan garam
Berfungsi dalam proses pencampuran texapon dengan air dingin agar dapat tercampur secara merata dan mengental
· Bibit parfume
Berfungsi sebagai memberikan aroma pada sabun
BAB IV
PENUTUP
4.1. SARAN
· dalam pembuatan sabun kita harus sabar dalam
menentukan komposisi yang pas sehingga tercipta sabun yang sesuai keinginan.
· Kita harus menentukan bahan-bahan yang pas pada sabun sehingga sabun dapat memberikan khasiat yang maksimal.
· Kita harus menentukan bahan-bahan yang pas pada sabun sehingga sabun dapat memberikan khasiat yang maksimal.
4.2. KESIMPULAN
· Dari percobaan yang telah dilakukan, kami dapat
mengetahui cara pembuatan sabun cair walaupun dengan hasil yang kurang
maksimal.
· Dalam pembuatan sabun, larutan garam dan air dingin mempengaruhi kekentalan pada sabun cair.
· Asam citrate pada sabun dapat digunakan sebagai penetral dan pemberi kesan kesat pada sabun.
· Pemilihan bahan pada pembuatan sabun dapat memepengaruhi kualitas serta khasiat dari sabun itu sendiri.
· dari hasil percobaan, kami menyimpulkan bahwa sabun termasuk emulsi dan mempunyai sifat gerak Brown serta dalam pembuatan system koloidnya melalui cara kondensasi yaitu melalui reaksi penggantian pelarut.
· Dalam pembuatan sabun, larutan garam dan air dingin mempengaruhi kekentalan pada sabun cair.
· Asam citrate pada sabun dapat digunakan sebagai penetral dan pemberi kesan kesat pada sabun.
· Pemilihan bahan pada pembuatan sabun dapat memepengaruhi kualitas serta khasiat dari sabun itu sendiri.
· dari hasil percobaan, kami menyimpulkan bahwa sabun termasuk emulsi dan mempunyai sifat gerak Brown serta dalam pembuatan system koloidnya melalui cara kondensasi yaitu melalui reaksi penggantian pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Utami,Budi dkk.2009.KIMIA
Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.Bandung:BNSP
Comments
Post a Comment