Makalah Sumpah Pemuda
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas kajian PPKn . Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
dari Guru pembimbing PPKn . Selain itu juga penulis ingin memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai Sumpah Pemuda 1928 sebagai Penguat
Nasionalisme menuju Proklamasi 1945.
Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing bidang studi dan
teman-teman yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis dalam
menyusun tugas ini serta kepada semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca, khususnya dari teman-teman dan guru
pembimbing. Penulis akan sangat menerima segala kritik dan saran.
Tanjung Ampalu 20 Maret
2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
1.1 Latar Belakang
2.1 Sejarah Sumpah Pemuda
2.2 Arti Sumpah Pemuda
2.3 Tujuan dan Manfaat Sumpah Pemuda
2.4 Penaatan Sumpah Pemuda Saat Ini
2.5 Pengaplikasian Sumpah Pemuda pada Anak untuk
Membangun Pendidikan Karakter atau Watak.
Tokoh-tokoh / Pahlawan Sumpah
Pemuda
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan dahulu ini kita
sering menjumpai pemuda yang berjuang demiIndonesia dengan cara bertempur
dimedan perang. Mereka rela mati demi kemerdekaan Indonesia. Kita sebagai
pemuda-pemudi generasi sekarang juga harus meniru kerjakeras mereka berjuang
membela bangsa Indoneisa, tak harus
berperang seperti para pahlawan. Kita dapat menjadi pemuda-pemudi yang
berprestasi dan mengharumkannama bangsa. Kegigihan pemuda jaman dahulu berhasil
melahirkan sesuatu yangdisebut “sumpah pemuda”
Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar
dari para pemuda yang dijadikan buktiotentik bahwa pada tangga 28 oktober 1928
bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karenaitu sudah seharusnya segenap rakyat
Indonesia memperingati momentum 28 Oktobersebagai hari lahirnya bangsa
Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia inimerupakan buah dari perjuangan
rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawahkekuasaan kaum kolonialis
pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudianmendorong para pemuda
pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkatharkat dan martabat hidup
orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat
Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahunkemudian yaitu pada
17 Agustus 1945.Sekarang ini banyak pemuda yang lupa akan sejarah para pemuda
terdahulu.Sehingga banyak pemuda yang mudah terkontaminasi oleh hasutan
orang-orang jahat.
Alhasil banyak pemuda yang
memilih berdemo ketimbang membuat musyawarah antara petinggi negeri ini dengan
rakyat. Selain berdemo, para pemuda juga melakukan aksitawuran yang telah
merajalela dikalangan siswa SD,SMP, dan SMA. Dizaman yangmodern ini para pemuda
seakan di jajah kembali namun bukan secara terang-terangannamun di jajah secara
psikis.Solusi untuk mengatasi sikap pemuda ini adalah dengan memperkenalkan
merekadengan sejarah dan akhlak dari kecil hingga dewasa. Sehingga pemuda
Indonesiamampu membangun negeri ini dengan kepala dingin.Melihat kejadian
pemuda yang makin agresif maka akan dibahas dalam makalahini agar dapat mengetahui
bagaimana sejarah pemuda membangun bangsa ini serta bentuk pengaplikasian tepat
yang dilakukan dalam era modern ini. Secara jelasmengenai sejarah, arti, dan
pengaplikasiannya akan dibahas pada Bab II.
2.1 Sejarah Sumpah Pemuda
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda
atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang
mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda
dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928
hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap
tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda Kongres Pemuda II dilaksanakan
tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong
Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond,
Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong,
John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres
Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah
organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas
inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi
dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober
1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang
Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap
kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober
1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua
pembicara, Poernomowoela dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak
harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung
Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan
pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan
nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri,
hal-hal yang dibutuhkandalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda
terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong
Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin
(Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai
(Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana
(Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong
Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena
(yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed
(Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta:Abdul Muthalib Sangadji;
Purnama Wulan; Abdul Rachman; Raden Soeharto; Abu Hanifah; Raden Soekamso;
Adnan Kapau Gani; Ramelan; Amir (Dienaren van Indie); Saerun (Keng Po); Anta
Permana; Sahardjo; Anwari; Sarbini; Arnold Manonutu; Sarmidi Mangunsarkoro;
Assaat; Sartono; Bahder Djohan; S.M. Kartosoewirjo; Dali; Setiawan; Darsa;
Sigit (Indonesische Studieclub); Dien Pantouw; Siti Sundari; Djuanda;
Sjahpuddin Latif; Dr.Pijper; Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken); Emma
Puradiredja; Soejono Djoenoed Poeponegoro; Halim; R.M. Djoko Marsaid; Hamami;
Soekamto; Jo Tumbuhan; Soekmono; Joesoepadi; Soekowati (Volksraad); Jos
Masdani; Soemanang; Kadir; Soemarto; Karto Menggolo; Soenario (PAPI &
INPO); Kasman Singodimedjo; Soerjadi; Koentjoro Poerbopranoto; Soewadji
Prawirohardjo; Martakusuma; Soewirjo; Masmoen Rasid; Soeworo; Mohammad Ali
Hanafiah; Suhara; Mohammad Nazif; Sujono (Volksraad); Mohammad Roem; Sulaeman;
Mohammad Tabrani; Suwarni; Mohammad Tamzil; Tjahija; Muhidin (Pasundan); Van
der Plaas (Pemerintah Belanda); Mukarno; Wilopo; Muwardi; Wage Rudolf
Soepratman; Nona Tumbel.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis
Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan
tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan
oleh soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Isi dari Sumpah
pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut:
PERTAMA: Kami Poetera dan Poeteri
Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra
dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA: Kami Poetera dan Poeteri
Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan
Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri
Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan
Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda
yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang
pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po
dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para
pemuda tetap terus menyanyikannya.
2.2 Arti Sumpah Pemuda
Ketika beraneka-ragam
kecenderungan permusuhan atau perpecahan mulai nampak membahayakan persatuan
dan kesatuan bangsa kita, maka mengisi Hari Sumpah Pemuda dengan jiwa aslinya
adalah amat penting. Suara-suara negatif sebagai akibat interpretasi yang salah
tentang otonomi daerah sudah mengkhianati jiwa Sumpah Pemuda. Demikian juga
pernyataan dan kegiatan-kegiatan sebagian dari golongan Islam reaksioner,
seperti yang dipertontonkan oleh organisasi/gerakan semacam Front Pembela
Islam, Ahlussunah Waljemaah, Majelis Mujahidin Indonesia, KISDI dan lain-lain
sebagainya.
Perlulah kiranya selalu kita
ingat bersama-sama bahwa Sumpah Pemuda, yang dilahirkan sebagai hasil Kongres
Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta adalah
manifestasi yang gemilang dari hasrat kuat kalangan muda Indonesia, yang
terdiri dari berbagai suku dan agama, untuk menggalang persatuan bangsa dalam
perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Mereka ini adalah wakil-wakil angkatan
muda yang tergabung dalam Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen
Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Minahasa Bond, Madura Bond, Pemuda
Betawi dan lain-lain. Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia
(PPPI) inilah kongres pemuda itu telah melahirkan Sumpah yang berbunyi : “Kami
putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah-darah yang satu : tanah
Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu: bangsa
Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa yang satu :
bahasa Indonesia “.
Dalam sejarah bangsa Indonesia,
sudah terjadi banyak perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, yang dilakukan
oleh berbagai suku di berbagai daerah, baik di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku
dan pulau-pulau lainnya. Namun, karena perjuangan itu sebagian besar bersifat
lokal dan kesukuan, maka telah mengalami kegagalan. Pembrontakan PKI di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dalam tahun 1926 merupakan gerakan yang
menimbulkan pengaruh politik yang lintas-suku dan lintas-agama yang penting
(karena juga terjadi di Sumatera Barat). Sumpah Pemuda lahir dalam tahun 1928,
ketika puluhan ribu orang telah ditahan dan dipenjarakan oleh pemerintah
Belanda sebagai akibat pembrontakan PKI dalam tahun 1926. Berbagai angkatan
muda dari macam-macam suku dan agama telah menyatukan diri dalam perlawanan
terhadap kolonialisme Belanda lewat Sumpah Pemuda, ketika ribuan orang digiring
dalam kamp pembuangan di Digul. Adalah penting untuk sama-sama kita perhatikan
bahwa tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Yamin (Jong Sumatranen Bond), Amir
Syarifuddin (Jong Batak), Senduk (Jong Celebes), J. Leimena (Jong Ambon),
adalah peserta-peserta aktif dalam melahirkan Sumpah Pemuda. Dan perlulah juga
kita catat, bahwa Sumpah Pemuda dicetuskan oleh kalangan muda, ketika Bung
Karno aktif melakukan beraneka kegiatan lewat PNI (yang dua tahun kemudian
ditangkap Belanda dan diajukan di depan pengadilan Bandung, di mana ia
mengucapkan pidato pembelaannya yang terkenal “Indonesia Menggugat”).
Jadi, jelaslah bahwa Sumpah
Pemuda adalah semacam kontrak-politik berbagai suku bangsa Indonesia, yang
diwujudkan secara kongkrit oleh wakil-wakil angkatan muda mereka. Sumpah Pemuda
adalah fondasi penting kebangkitan bangsa Indonesia dan landasan utama bagi
pembentukan negara Republik Indonesia.
2.3 Tujuan dan Manfaat Sumpah Pemuda
“Kami Putra dan Putri Indonesia
mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”, isi dari sumpah pemuda yang
dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 di di Gedung Oost Java Bioscoop bertujuan
untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang sebelumnya
masih bersifat sangat kedaerahan. Selain itu sumpah setia ini bertujuan untuk
mempersatukan pemuda-pemuda di seluruh tanah air.
Adapun manfaat yang dapat kita
petik dari Sumpah Pemuda antara lain sebagai berikut:
Semangat kekeluargaan, persatuan,
dan persaudaraan antar sesama.
Terwujudnya kerukunan antar
masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah dipecah belah (di adu
domba)
Menumbuhkan kesadaran bahwa ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan terhadap disintegrasi bangsa yang merupakan tanggung jawab seluruh
rakyat Indonesia.
2.4 Penaatan Sumpah Pemuda Saat Ini
Momen Sumpah Pemuda, pemuda
harusnya mengambil pelajaran untuk kemajuan bangsa ke depan, pemuda yang
notabene generasi penerus untuk kemajuan bukan untuk terpecah belah. Mahasiswa
saat ini dinilai cenderung melupakan sejarah. Kesan itu bisa dirasakan pada
sebagian mahasiswa. Disinilah sebenarnya fungsi organisasi pemuda dan
kemahasiswaaan. Baiknya semua mahasiswa bisa turun serta aktif dalam ormawa,
lalu fungsi pengkaderan harus terus ditingkatkan. Rasa cinta tanah air pemuda
jaman sekarang juga dinilai masih cukup kurang. Banyak sekali yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan cinta tanah air kita, contohnya dengan menggunakan
batik, akan tetapi budaya fashion pemuda jaman sekarang lebih memilih untuk
mengikuti budaya barat. Selain itu, tawuran antar pelajar maupun mahasiswa
merajalela dimana-mana hanya dikarenakan perbedaan suku ataupun golongan. Lalu
apa gunanya rumusan Sumpah Pemuda yang kedua yaitu “Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia” ? Yang terakhir yaitu
mengenai Bahasa persatuan kita, yaitu Bahasa Indonesia. Miris rasanya ketika
pemuda yang notabene sebagai generasi penerus bangsa tidak menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa persatuan, melainkan mengadopsi bahasa-bahasa asing
yang menurut mereka terlihat lebih gaul. Lantas kalo bukan kita semua yang
melestarikan Bahasa Indonesia,siapa lagi? Apakah kita sudah mewujudkan Sumpah
Pemuda dalam kehidupan kita sehari-hari?
Dalam kehidupan sehari-hari,
wujud cinta tanah air juga dapat berupa penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam percakapan dengan sesame. Kebanyakan dari kita belakangan ini
lebih suka menggunakan bahasa yang –kata banyak orang- disebut bahasa gaul.
Misalnya seperti gue elo dibanding aku kamu. Pada 28 Oktober 1928 telah
diikrarkan Sumpah Pemuda yang salah satunya dari tiga isinya ialah menjunjung
tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Selain bahasa gaul, bahasa yang
dianggap lebih keren –kata anak muda- ialah bahasa Inggris. Kita tahu bahwa
bahasa Inggris adalah bahasa internasional dan kita boleh mempelajarinya,
bahkan diajarkan di sekolah. Namun tetap saja bangsa kita adalah bangsa
Indonesia, sudah semestinya bahasa kita adalah bahasa Indonesia. Bagaimana
mungkin kita mengaku sebagai bangsa Indonesia jika kita malah jauh lebih fasih
berbicara menggunakan bahasa bangsa lain dibanding bahasa kita sendiri.
Perwujudan lainnya adalah dengan
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kita tunduk
kepada Sang Pencipta, menghargai sesama manusia, bersikap adil dan beradap,
bermusyawarah, dan tidak membeda-bedakan stiap orang dapat juga dikategorikan
sebagai perwujudan cinta tanah air. Hal-hal yang tersebut di atas merupakan
hal-hal kecil dan sederhana. Namun justru itulah perwujudan cinta tanah air
yang semestinya. Kita tidak harus selalu bertempur di medan perang untuk
membuktikan kecintaan kita terhadap Indonesia. Namun mengamalkan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari sudah termasuk cinta kepada tanah air. Pengamalan
Pancasila dikatakan sebagai bentuk cinta tanah air karena Pancasila merupakan
ideologi nasional. Dan kita, sebagai bangsa Indonesia, tentunya berkewajiban
untuk –tidak hanya menghafalkannya, tetapi juga- mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari kita.
Ada lagi yang dapat kita lakukan
untuk melawan keprihatinan kita terhadap penerapan Sumpah Pemuda,yaitu dengan
menulis. Sebuah karya tulis bisa memmbangkitkan rasa cinta terhadap tanah air,
misalnya saja melawan sms-an dengan bloger. Bisa juga dengan mengumpulkan
tulisan-tulisan yang bisa mengangkat jiwa nasionalisme kita.
2.5 Pengaplikasian Sumpah Pemuda pada Anak
untuk Membangun Pendidikan Karakter atau Watak.
Rapuhnya tembok demokrasi,
jebolnya tembok kejujuran merupakan tidak kokohnya pondasi pendidikan karakter
dan budaya bangsa serta muatan religiusitas yang diertai praktik sosialnya.
Penulis sepakat dengan frase; sumpah pemuda, pendidikan karakter dan
kebudayaan. Kebudayaan menjadi nilai penting dan telah dibuktikan oleh para
guru kita terdahulu. Spirit sumpah pemuda, karakter dan pendidikan kebudayaan
menjadi kekuatan yang kini masih bisa
diharapkan. Lalu bagaimana sebaiknya ranah pendidikan bersikap?
Semangat dan nilai sumpah
pemuda nyata-nyata juga melahirkan nilai
nasionalisme. Nilai yang mengutamakan semangat kebangsaan, namun memangkas aspek
kedaerahan yang kuat kala itu. Kini kesadaran untuk bersatu muncul lagi.
Pemerintah menggalangkan gerakan pendidikan karakter, terakhir dengan kebijakan
perubahan nama kementrian.
Nilai sumpah pemuda menjadi
aplikatif ketika dilaksanakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Sekolah
menjadi miniature masyarakat dan miniature kebangsaan yang kompleks dan sarat
nilai. Sudah waktunya sekolah menerapkan nilai-nilai semangat sumpah pemuda
dalam aktifitas yang semestinya, bukan sekadar teori belakan.
Jika zaman orde baru kita
mengenal system penataran P4, yang
dengan doktrinnya ampuh membekas dalam ingatan namun rapuh dalam aplikasinya.
Kini, semangat nilai sumpah pemuda harus dirintis kembali dalam tindakan nyata.
Paradigma pembelajaran di kelas perlu diubah dalam balutan semangat sumpah
pemuda. Kepemudaan menjadi ruh yang kuat pendidikan karakter berkebudayaan.
Tepat jika kini pemerintah melalui dinas pendidikan, menerapkan Pendidikan
Karakter dan Budaya Bangsa (PKPB).
Ruh dari PKPB merupakan
kotemplasi pendidikan karakter, kebudayaan dan perlu pula mengambil ruh sumpah
pemuda.
Untuk itu, pertama Dinas
pendidikan merumuskan kembali arah PKPB sampai ke bentuk pelaporannya kepada
orangtua siswa. Dinas perlu mencari format alternative pendidikan karakter dan
budaya bangsa melalui pembangkitan atau revitalisasi nilai sumpah pemuda. Di
usia ke -83 Sumpah Pemuda sebaiknya bukan lagi sekadar ceremonial belaka,
sehingga siswa sekadar tahu kerangka luarnya saja.
Kedua, pada tataran sekolah perlu
mengadakan berbagai kegiatan aplikatif untuk mengaplikasikan nilai sumpah
pemuda. Misalnya kegiatan lomba, kegiatan kunjungan ke tokoh kebangsaan,
mendatangkan pakar dan studi kebudayaan. Di sisi lain, siswa akan merasa
memiliki semangat nesionalisme, jika sudah pernah melakukan study kebudayaan.
Secara empiris, sekolah perlu melakukan tindakan riil untuk menerapkan semangat
sumpah pemuda. Guru menjadi bagian yang penting untuk mengkaji kembali nilai
sumpah pemuda kemudian disisipkan dalam pembelajaran dan penilaian peri laku. Ranah
psikomotorik, social siswa juga menjadi pertimbangan khusus untuk kenaikan
kelas atau kelulusan, jika selama ini tumpuan kelulusan dan kenaikan kelas
sekadar nilai angka.
1. Sugondo Djojopuspito - Tokoh Sumpah Pemuda
Sugondo Djojopuspito adalah tokoh
pemuda tahun 1928 yang memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan
Sumpah Pemuda, dengan motto: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa:
Indonesia.
Latar Belakang dan Pendidikan
Sugondo Djojopuspito lahir di
Tuban, 22 Februari 1905 bapaknya bernama Kromosardjono adalah seorang Penghulu
dan Mantri Juru Tulis Desa di kota Tuban, Jawa Timur. Ketika Soegondo masih
kecil, ibunda Soegondo sakit-sakitan dan meninggal dunia, kemudian Bapak
Kromosardjono kawin lagi dan pindah ke Brebes Jawa Tengah menjabat sebagai
lurah di sana.
Selanjutnya Soegondo dan adiknya
(Soenarjati) diangkat anak oleh pamannya yang bernama Bapak Hadisewojo (seorang
collecteur wilayah Blora, dan tidak punya anak, dan juga mengangkat Sudarjati
dari anak saudara sepupu Keluarga Ny. Brotoamidjojo, serta Sumijati dari anak
saudara sepupu Keluarga S. Soekadji, sehingga Bapak Hadisewojo mempunyai 4 anak
angkat yang saling ikatan saudara sepupu).
Soegondo ddisekolahkan pamannya
dari HIS di Tuban hingga RH di Batavia, termasuk adik-adiknya. Peranan Bapak
Hadisewojo sangat besar dalam membimbing Soegondo sejak dari HIS di Tuban,
menitipkan mondok di Cokroaminoto Surabaya, menitipkan mondok di Ki Hadjar
Dewantara Yogyakarta, dan hingga mengarahkan masuk ke RH Batavia.
Soegondo mengenyam pendidikan HIS
(Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota Tuban. Tahun 1919 setelah lulus
HIS pindah ke Surabaya untuk meneruskan ke MULO (Sekolah Lanjutan Pertama 3
tahun) tahun 1919 - 1922 di Surabaya, oleh pamanya ia dititipkan mondok di
rumah HOS Cokroaminoto bersama Soekarno. Kemudian setelah lulus MULO, tahun
1922 melanjutkan sekolah ke AMS afdeling B (Sekolah Menengah Atas bagian B -
paspal - 3 tahun) di Yogyakarta tahun 1922-1925, dan oleh pamannya melalui HOS
Cokroaminoto dititipkan mondok di rumah Ki Hadjardewantoro di Lempoejangan
Stationweg 28 Jogjakarta (dulu Jl. Tanjung, sekarang Jl. Gajah Mada), yaitu
sebelah barat Puro Paku Alam.
Setelah lulus AMS tahun 1925
melanjutkan kuliah atas biaya pamannya dan bea siswa di Rechtshoogeschool te
Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - didirikan tahun 1924 - cikal bakal
Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekarang). Ia mondok di rumah pegawai pos
bersama beberapa pegawai pos Pasar Baru lainnya di Gang Rijksman (belakang
Rijswijk - sekarang Jl Juanda belakang Hotel Amaris Stasiun Juanda), sehingga
ia bisa membaca majalah Indonesia Merdeka asuhan Mohammad Hatta terbitan
Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang dilarang masuk ke Indonesia.
Selama mahasiswa hidup sulit hanya punya satu baju, yang harus dicuci dulu
kalau mau kuliah.
Kuliah di RHS hanya mencapai
lulus tingkat Candidat Satu (C1), setelah Propadeus, karena bea siswanya
dicabut akibat kegiatan politiknya dan juga pamannya meninggal dunia (sekarang
setingkat dengan ijazah D2, karena sistem pendidikan sekolah tinggi pada waktu
itu adalah terdiri atas 4 jenjang, yaitu: Propadeus, Candidat 1 dan Candidat 2,
serta Doktoral).
Perjuangan
Sumpah Pemuda "28 Oktober
1928"
Pada waktu semua orang ikut dalam
organisasi pemuda, pemuda Sugondo masuk dalam PPI (Persatuan Pemuda Indonesia -
dan tidak masuk dalam Jong Java). Pada tahun 1926 saat Konggres Pemuda I,
Sugondo ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tahun 1928, ketika akan ada
Konggres Pemuda II 1928, maka Sugondo terpilih jadi Ketua atas persetujuan Drs.
Mohammad Hatta sebagai ketua PPI di Negeri Belanda dan Ir. Sukarno (yang pernah
serumah di Surabaya) di Bandung. Mengapa Sugondo terpilih menjadi Ketua
Konggres, karena ia adalah anggota PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - wadah
pemuda independen pada waktu itu dan bukan berdasarkan kesukuan.
Saat itu Mohammad Yamin adalah
salah satu kandidat lain menjadi ketua, tetapi dia berasal dari Yong Sumatra
(kesukuan), sehingga diangkat menjadi Sekretaris. Perlu diketahui bahwa Moh.
Yamin adalah Sekretaris dan juga salah satu peserta yang mahir berbahasa
Indonesia (sastrawan), sehingga hal-hal yang perlu diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia yang benar tidak menjadi hambatan (seperti diketahui bahwa notulen
rapat ditulis dalam bahasa Belanda yang masih disimpan dalam museum).
Konggres Pemuda 1928 yang
berlangsung tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta menghasilkan Sumpah Pemuda
1928 yang terkenal itu, di mana Para Pemuda setuju dengan Trilogi: Satu Nusa,
Satu Bangsa, Satu Bahasa: INDONESIA. Seperti diketahui, bahwa Trilogi ini lahir
pada detik terakhir kongres, di mana Yamin yang duduk di sebelah Soegondo
menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo seraya berbisik: Ik heb een elganter
formuleren voor de resolutie (saya mempunyai rumusan resolusi yang lebih
luwes). Dalam secarik kertas tersebut tertulis 3 kata/trilogi: satu nusa, satu
bangsa, satu bahasa. Selanjutnya Soegondo memberi paraf pada secarik kertas itu
yang menyatakan setuju, dan diikuti oleh anggauta lainnya yang menyatakan
setuju juga.
Selain trilogi itu, juga telah
disepakati Lagu Kebangsaan: Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Dalam
kesempatan ini, WR Supratman berbisik meminta izin kepada Sugondo agar boleh
memperdengarkan Lagu Indonesia Raya ciptannya. Karena Konggres dijaga oleh
Polisi Hindia Belanda, dan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
(misalnya Konggres dibubarkan atau para peserta ditangkap), maka Sugondo secara
elegan dan diplomatis dengan bisik-bisik kepada WR Supratman dipersilahkan
memperdengarkan lagu INDONESIA RAYA dengan biolanya, sehingga kata-kata
Indonesia Raya dan Merdeka tidak jelas diperdengarkan (dengan biola). Hal ini
tidak banyak yang tahu mengapa WR Supratman memainkan biola pada waktu itu.
Masa Kebangkitan Nasional
1928-1942
Pada masa Kebangkitan Nasional
aktif sebagai guru dan masuk partai politik. Pada tanggal 11 Desember 1928
bersama Mr. Sunario Sastrowardoyo mendirikan Perguruan Rakyat yang beralamat di
Gang Kenari No. 15 Salemba, dan diangkat sebagai Kepala Sekolah.
Namun pada tahun 1930 ia diminta
oleh Ki Hadjar Dewantara untuk menjadi guru Perguruan Taman Siswa Bandung. Pada
waktu di Bandung tahun 1930 ia mulai sebagai simpatisan PNI (Perserikatan
Nasional Indonesia) pimpinan Sukarno. Tahun 1932, ia diangkat menjadi Kepala
Sekolah Perguruan Tamansiswa Bandung. Tahun 1933 menikah dengan penulis
Suwarsih Djojopuspito di Cibadak dan isterinya ikut membantu mengajar di
Perguruan Tamansiswa Bandung. Kakak iparnya adalah Mr. A.K.Pringgodigdo, suami
dari kakak isterinya (Ny. Suwarni).
Pada tahun 1933 ketika Pemerintah
Hindia Belanda di bawah Pemerintahan Gubernur General Mr. Bonifacius Cornelis
de Jonge, maka para aktivis politik mulai ditangkap. Ir. Soekarno ditangkap dan
diasingkan ke Flores kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Pada saat itu PNI
pimpinan Ir. Soekarno beralih pimpinan pecah menjadi dua, yaitu dilanjutkan
sebagai Partindo (Partai Inonesia) pimpinan Mr. Sartono dan Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI) pimpinan Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Sugondo memilih
masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Syahrir. Kemudian pada
tahun 1934 gilirannya Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir ditangkap dan diasingkan
ke Boven Digoel kemudian dipindahkan ke Banda Neira.
Dan selanjutnya tahun 1934 itu
juga, giliran Sugondo juga ditangkap, namun tidak terbukti bahwa ia anggauta
partai, sehingga ia hanya mendapat larangan mengajar (Onderwijs Verbod) oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Setelah larangan mengajar dicabut tahun 1935 ia
pindah ke Bogor dan mendirikan Sekolah Loka Siswa, namun sepi murid, sehingga
ditutup.
Setelah gagal mendirikan Sekolah
Loka Siswa di Bogor, Sugondo pada tahun 1936 pindah mencari pekerjaan ke
Semarang, dan ia mengajar di sekolah Tamansiswa Semarang, sedangkan isterinya
bekerja di sekolah pimpinan Drs. Sigit. Namun kemudian akhir tahun 1936 ia
pindah ke Surabaya bekerja sebagai wartawan lepas De Indische Courant
Soerabaia.
Setelah di Surabaya, tahun 1938
ia pindah lagi ke Bandung dan Sugondo diterima menjadi guru di Handels Cologium
Ksatria Instituut (Sekolah Dagang Ksatria) pimpinan Dr. Douwes Dekker.
Ketika keadaan Eropa genting,
menjelang Perang Dunia II, maka pada tahun 1940 Soegondo pindah ke Batavia ikut
isterinya yang mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda.
Soewarsih menjadi guru di GOSVO (Gouvernement Opleiding School voor Vak
Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri
Pasar Baru Batavia - sekarang SMKN 27 Pasar Baru). Selain itu ia juga dipercaya
oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah Menteng (Tjioedjoengweg,
sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI). Ia sempat bekerja di Centraal Kantoor
voor de Statistiek Pasar Baru (CKS - Badan Pusat Statistik) sebelah GOSVO
tempat isterinya bekerja, dan juga sebagai wartawan lepas De Bataviaasch
Nieuwsblad.
Pada tahun 1941 oleh Mr.
Soemanang dipercaya memimpin Kantor Berita Antara(sebagai Direktur, melalui dua
orang utusan Djohan Sjahroezah dan Adam Malik yang datang meminta di rumahnya
Tjioedjoengweg, sedangkan Adam Malik tetap menjadi Redaktur/merangkap Wakil Direktur)
yang beralamat pada waktu itu di Buiten Tijgerstraat 30 Noord Batavia (Jl.
Pinangsia 70 Jakarta Utara) sebelum pindah ke Jl. Pos Utara No. 53 - Pasar
Baru.
Masa Penjajahan Dai Nippon
1943-1945
Pada masa penjajahan Jepang,
bekerja sebagai pegawai Shihabu (Kepenjaraan), atas bantuan Mr. Notosoesanto
sebagai kawan yang pernah bersama kuliah di RH Batavia dan berkantor di Jl.
Cilacap Jakarta Pusat, serta pindah rumah di Jl. Serang No. 13, Jakarta Pusat,
rumah bekas orang Belanda yang pulang ke Eropa akibat penjajahan Jepang (di
muka rumah Mr. Johannes Latuharhary sebelah dokter Soeradi).
Masa Revolusi Fisik 1945-1950
Pada masa revolusi aktif dalam
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) (beranggotakan 28 orang
saja). Pada masa RIS, dalam Negara Republik Indonesia dengan Acting Presiden
Mr. Assaat, Sugondo diangkat dalam Kabinet Halim sebagai Menteri Pembangunan
Masyarakat, dan jabatan di BP-KNIP digantikan oleh Djohan Sjahroezah yang ia
kenal baik.
Setelah RIS tahun 1950
Setelah tahun 1950, meskipun
usianya masih 46 tahun, memilih pensiun sebagai bekas menteri dan perintis
kemerdekaan, membaca buku dan sering bertemu dengan rekan seperjuangan dalam
dan luar negeri. Pernah Presiden Sukarno (sebagai kawan yang pernah sepondokan)
tahun 1952 meminta ia datang ke Jakarta, yang disampaikan kepada isterinya
waktu datang di istana mengantarkan kakaknya (Ny. Soewarni isteri Mr. A.K.
Pringgodigdo, sekretaris kabinet), ia berujar: Waar is Mas Gondo, laat hem maar
bij mij even komen, ik zal een positie voor hem geven (Dimana Mas Gondo, suruh
dia menemui saya, akan saya beri jabatan untuk dia), tetapi ia menolak jabatan
ini, tidak ada kejelasan mengapa ia menolak. Kawan dekatnya sebelum tahun 1955
adalah Sultan Hamengkubuwono IX yang sering datang ke rumah naik mobil kecil
warna abu-abu merk Vauxall AB-1881 dan Sutan Syahrir yang datang menjenguknya
naik pesawat kecil ke Maguwo mengemudi sendiri bersama pelatihnya, serta
setelah tahun 1965 adalah Romo Mangun (Y. B. Mangunwijaya) yang sering
bertandang (karena bertetangga dekat dengan Seminari Yogyakarta di Kota Baru di
mana ia menghabiskan waktu sehari-harinya di rumahnya yang di Kota Baru juga).
Pada tahun 1978 wafat kemudian
dimakamkan di Pemakamam Keluarga Besar Tamansiswa Taman Wijayabrata di Celeban,
Umbulharjo - Yogyakarta.
Penghargaan Pemerintah
Tanda Kehormatan Republik
Indonesia
Atas jasa pada masa pemuda dalam
memimpin Sumpah Pemuda, maka oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978
diberikan Tanda Kehormatan Republik Indonesia: berupa Bintang Jasa Utama.
Selain itu, ia juga mendapat Satya Lencana Perintis Kemerdekaan pada tahun 199
Wisma Soegondo Djojopoespito
Cibubur
Pihak Kemenpora telah
mengabadikan nama ia pada Gedung Pertemuan Pemuda sebagai Wisma Soegondo
Djojopoespito Cibubur milik PP-PON (Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga
Nasional) yang dibangun oleh Kemenpora dan diresmikan oleh Menpora pada tanggal
18 Juli 2012. Gedung ini disediakan kepada umum untuk dapat dimanfaatkan,
terutama untuk kegiatan kepemudaan - pramuka - olahraga untuk tingkat lokal
maupun nasional. Pada waktu peresmian sedang dimanfaatkan untuk penggemblengan
pelaku Paskibraka 2012.
Belum Diakui Sebagai Pahlawan
Nasional
Sudah banyak pelaku sejarah
setelah 1928 yang mendapat pengakuan Pahlawan Nasional, namun ia hingga kini
belum mendapat pengakuan Pahlawan Nasional, mengingat setiap tahun peristiwa
Sumpah Pemuda 1928 selalu diperingati secara resmi. Namun pihak Kemenpora sejak
bulan Juli 2012 sedang mengusungnya menjadi Pahlawan Nasional.
Teman Baik Mr. Soenario
Dia adalah teman baik dari
Sunario Sastrowardoyo dan mendirikan bulan Desember 1928 sebuah Perguruan
Rakyat di Jakarta. Karena kedekatan dengan Mr. Soenario, maka anak Sugondo
kemudian diberi nama Sunaryo.
Keluarga
Suwarsih Djojopuspito, (Lahir
Cibatok 1912 - Wafat Yogyakarta 1977), isteri, seorang guru lulusan Europeesche
Kweek School Surabaya, adalah seorang wanita Sunda yang menulis novel dalam 3
bahasa (Sunda, Belanda, Indonesia), mendapat Bintang Kehormatan Budaya Parama
Dharma pada tgl. 14 Agustus 2013 oleh SBY
Sunartini Djanan Chudori, SH
(almarhum, Lair Bandung 1935 - Wafat Yogyakarta 1996), anak pertama, Sarjana
Hukum lulusan UGM, aktivis LBH Yogyakarta
Sunarindrati Tjahyono, SH, (Lahir
Yogyakarta 22 Februari 1937, tanggal kelahiran sama dengan bapaknya), anak
kedua, Sarjana Hukum lulusan UGM, pensiunan Bank Indonesia, sekarang bekerja
sebagai Direktur Bank Mizuho Jakarta
Ir. Sunaryo Joyopuspito, M.Eng.,
(Lahir Bandung 1939), anak ketiga, Sarjana Teknik ITB, Sertifikat Urban
Transport JICA Tokyo, dan Magister Engineering AIT Bangkok, pensiunan
Departemen Perhubungan, sekarang guru musik di Jakarta (piano dan biola)
2. Djoko Marsaid - Tokoh Sumpah Pemuda
Peserta Kongres
Pemuda dua
Djoko Marsaid. Merupakan wakil
ketua pada saat Kongres Pemuda berlangsung. Djoko mewakili organisasinya, Jong
Java. Tidak banyak informasi mengenai Djoko Marsaid ini. Meskipun begitu,
namanya tetap tercantum sebagai tokoh penting dalam perumusan Sumpah Pemuda.
R.M. Djoko Marsaid merupakan
wakil ketua panitia kongres, sekaligus ketua organisasi Jong Java.
3. Mohammad Yamin: Seorang Sejarahwan, Sastrawan, Ahli Hukum Dan
Politikus
Nama : Prof. Mohammad Yamin, S.H.
Tanggal Lahir : 24 Agustus 1903
Tempat Lahir : Sawahlunto,
Sumatera Barat, Hindia Belanda
Zodiac : Virgo
Meninggal : Jakarta, 17 Oktober
1962 (umur 59)
Makam : Talawi, Kabupaten
Sawahlunto, Sumatera Barat.
Agama : Islam
Ayah : Tuanku Oesman Gelar
Baginda Khatib
Ibu: Siti Saadah
Profil Mohammad Yamin
Mohammad Yamin merupakan pahlawan
yang memperjuangakan persatuan dan kesatuan pemuda melalui Sumpah Pemuda tahun
28 Oktober 1928. Beliau adalah seorang sastrawan, politikus dan ahli hukum yang
disegani sebagai Pahlawan nasional Indonesia. Beliau Lahir di Sawah Lunto
Sumatera Barat pada tanggal 24 Agustus 1903. Biografi Mohammad Yamin dimulai
dari Riwayat pendidikan Mohammad Yamin di awali dengan pendidikan dasar d
Palembang, kemudian ia melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta yaitu Sekolah AMS.
Disana ia juga mempelajari sejarah purbakala dan beberapa bahasa di dunia
seperti latin, kael dan Yunani. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan hukum di
Batavia. Ia memperoleh gelar Messter in de Rechten/Sarjana Hukum dari
Rechtshoogeschool te Batavia.
Kisah hidup Mohammad Yamin pada
masa penjajahan pemerintahan Belanda, di isi dengan bergabung dengan beberapa
organisasi kepemudaan. Salah satu organisasi yang ia ikuti saat beliau masih
kuliah adalah Jong Sumateranen Bond. Bersama organisasinya ini Beliau terlibat
dalam panitia Sumpah pemuda. Setelah
mendapatkan gelar S 1 nya ia juga bergabung menjadi anggota PARTINDO yang tidak
bertahan lama. Biografi Mohammad Yamin
dilanjutkan keikutsertaan Mohammad Yamin mengikuti organisasi Gerinda bersama
kapau Gani, Amir Syarifuddin dan Adenan. Pada saat pemerintahan penjajah jepan Mohammad
Yamin masih tetap bergerak untuk mencapai kemerdekaan melalui Pusat Tenaga
Rakyat bentukan Jepang. Selain itu ia juga terpilih sebagai anggota dalam badan
bentukan pemerintahan jepang yaitu badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Setelah Indonesia mendapatkan
kemerdekaan dan kekuasaan negara dipimpin oleh Soekarno Hatta, beliau diangkat
sebagai pemangku jabatan penting dalam sebuah negara. Biografi Mohammad yamin
mencatat beliau pernah menjabat sebagai anggota DPR dari tahun 1950. Cerita
hidup Mohammad Yamin dilanjutkan dengan menjadi menteri kehakiman pada tahun
1952 hingga 1952. Dilanjutkan dari tahun 1953 hingga 1955 Beliau menjadi
menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau juga sempat menjabat
ketua Dewan perancang Nasional pada tahun 1962. Beliau juga menjadi pengawas
IKBN Antara (1961-1962) dan menjadi menteri penerangan (1962-1963).
Terlepas dari biografi Mohammad
Yamin yang mencatat keberhasilan karier nya di bidang politik, beliau juga
merupakan seorang sejarahwan dan sastrawan. Beliau juga dikenal sebagai
perintis puisi Modern di Indonesia. Beliau sering menulis dan menerbitkan
tulisan-tulisannya dalam journal berbahasa belanda maupun berbahasa melayu.
Karyanya yang telah diterbitkan adalah puisi Tanah Air dan Tumpah Darahku.
Karyanya tersebut sebagian besar berbentuk sonata. Tidak hanya terbatas pada
puisi, beliau juga menerbitkan esai, drama dan terjemahan karya Shakespeare dan
Rabindranath Tagore.
Pahlawan Nasional Indonesia ini
mengakhiri Biografi Mohammad Yamin dengan tutup usia di Jakarta pada tanggal 17
oktober 1962 di usia nya 59 tahun. Berdasarkan perjuangan hidup Mohammad Yamin
kepada Indonesia, beliau mendapat penghargaan Bintang Mahaputra RI dari
Presiden, Penghargaan Corps Polisi Militer atas jasanya telah menciptakan
lambang gajah mada dan Panca Darma corps, dan penghargaan panglima Kostrad.
Pendidikan Mohammad Yamin
·
Hollands Indlandsche School (HIS)
·
Sekolah guru
·
Sekolah Menengah Pertanian Bogor
·
Sekolah Dokter Hewan Bogor
·
AMS
·
Sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta
Karir Mohammad Yamin
·
Ketua Jong Sumatera Bond (1926-1928)
·
Anggota Partai Indonesia (1931)
·
Pendiri partai Gerakan Rakyat Indonesia
·
Anggota BPUPKI
·
Anggota panitia Sembilan
·
anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
·
Menteri Pendidikan
·
Menteri Kebudayaan
·
Menteri Penerangan
·
Ketua Dewan Perancang Nasional (1962)
·
Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962)
Penghargaan Mohammad Yamin
·
Gelar pahlawanan nasional pada tahun 1973 sesuai
dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973
·
Bintang Mahaputra RI
·
Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer
sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
·
Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya
menciptakan Petaka Komando Strategi Angkatan Darat
4. Amir Syarifuddin
Amir Sjarifuddin lahir di Medan, Sumatera Utara pada 27
April 1907 adalah seorang tokoh Indonesia, mantan menteri, dan perdana menteri
pada awal berdirinya negara Indonesia. Amir memulai jenjang pendidikannya di
ELS atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus
1921. Kemudian atas tawaran saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja
diangkat sebagai anggota Volksraad, Amir meneruskan sekolahnya di Leiden.
Pada periode 1926-1927, Amir aktif sebagai anggota pengurus
perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem dan selama itu pula Amir sering terlibat
dalam diskusi-diskusi kelompok Kristen. Salah satunya di kelompok CSV-op Java
yang menjadi cikal bakal dari GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Namun
Amir tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di Leiden, karena pada September
1927 setelah lulus ujian tingkat kedua, Amir harus kembali ke Medan karena
masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan
pendidikannya di Leiden. Setelah itu Amir meneruskan kembali pendidikannya di
Sekolah Hukum di Batavia dan tinggal di asrama pelajar Indonesisch Clubgebouw,
Kramat 106, bersama dengan senior satu sekolahnya Mr. Muhammad Yamin.
Menjelang invasi Jepang ke Hindia Belanda, Amir berusaha
menyetujui dan menjalankan garis Komunis Internasional agar kaum kiri
menggalang aliansi dengan kekuatan kapitalis untuk menghancurkan Fasisme. Amir
diminta oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua
kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam
menghadapi serbuan Jepang. Rencana tersebut tidak banyak mendapat sambutan, ini
disebabkan karena rekan-rekan Amir sesama aktivis masih belum pulih
kepercayaannya terhadap Amir akibat polemik yang terjadi di awal tahun 1940-an
dan mereka tidak paham akan strategi Amir melawan Jepang.
Pada bulan Januari 1943 Amir tertangkap oleh fasis Jepang.
Kejadian ini diartikan sebagai terbongkarnya jaringan organisasi anti fasisme
Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Melalui beberapa
sidang pengadilan tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada para pemimpin
Gerindo dan Partindo Surabaya.
Setelah Peristiwa Madiun 1948, pemerintah menuduh PKI
berupaya untuk membentuk negara komunis di Madiun dan menyatakan perang
terhadap PKI. Amir sebagai salah seorang tokoh PKI yang pada saat terjadi
peristiwa Madiun sedang berada di Yogyakarta dalam rangka kongres Serikat Buruh
Kereta Api (SBKA) juga ditangkap beserta beberapa orang temannya.
Tanggal 19 Desember 1948, sekitar tengah malam, di dekat
desa Ngalihan, Amir Sjarifuddin tewas ditembak dengan pistol oleh seorang
letnan Polisi Militer. Sebelumnya beberapa orang penduduk desa setempat telah
diperintahkan untuk menggali sebuah lubang besar. Dari sebelas orang yang
diangkut dengan truk dari penjara di Solo, Amir orang pertama yang dieksekusi
malam itu.
Riwayat karir Amir Sjarifuddin:
• Menteri Penerangan
Kabinet Presidensial (19 Agustus 1945 - 14 November 1945)
• Menteri Keamanan
Rakyat Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 12 Maret 1946)
• Menteri Penerangan
(ad interim) Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 3 Januari 1946)
• Menteri Pertahanan
Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946)
• Menteri Keamanan
Rakyat Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
• Perdana Menteri
Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 29 Januari 1948)
5. R. katja
soengkana adalah
Sebagai pembantu II dalam panitia kongres pemoeda.
6. Djohan mohammad
tjai
Seorang Pembantu 1 dalam kongres pemuda. Beliau adalah dari
Jong Islamieten Bond.
"DR Rumondor Cornelis Lefrand Senduk adalah sosok
pejuang pengabdi kesehatan, yang hingga kini belum banyak diketahui kiprahnya
oleh masyarakat Indonesia sebagai salah seorang pejuang revolusi. Meski bukan
dengan senjata, namun DR. Senduk telah menyelamatkan banyak jiwa",
7. Senduk
"Dalam masa perjuangan, para pejuang tidak hanya
bertaruh fisik saja, tetapi juga kesejahteraan, kesehatan, dan kemanusiaan atau
palang merah. Hal ini sudah dirintis oleh Dokter Senduk sejak awal saat masa
perjuangan".
Tentu, kurang dikenalnya kiprah Dokter RCL Senduk dan
terbatasnya informasi mengenai sang tokoh (pada saat ini), juga disadari oleh
ahli waris almarhum dengan alasan tersediri.
Paul GRW Senduk, salah seorang putra Dokter Senduk,
sebagaimana dikutip laman kemendikbud, pun menuturkan bahwa nama Dokter Senduk
tidak banyak diketahui (mungkin) karena beliau tidak meneruskan perjuangannya
di politik praktis.
"Beliau hanya fokus pada kemanusiaan dan profesinya
sebagai dokter bedah. Beliau memang sering bersinggungan dengan keadaan
politik, bahkan sempat diajak bergabung oleh salah satu petinggi yang memiliki
posisi strategis, namun ia menolak dan hanya ingin fokus pada profesinya",
ujar Oom Paul.
Sedikitnya referensi mengenai sang tokoh kita ini, semoga
akan memacu semangat para peminat sejarah atau sejarawan-sejarawati untuk
mencari jejak-jejak sejarah para tokoh-tokoh pejuang seperti Doktor RCL Senduk
yang hampir dilupakan, dan kemudian menuliskannya menjadi catatan sejarah
tokoh, agar paling tidak para generasi muda kedepan mengenal dan mengetahuinya
lebih dalam, serta tak hilang dari ingatan sejarah.
Ingatan untuk Sang Tokoh
Saat masih duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat pertama
lalu di sekolah menengah umum, saya pernah membaca di perpustakaan yang
menyimpan buku mengenai Palang Merah Indonesia.
Di buku itu, terdapat nama Dokter RCL Senduk yang disebut
bersama Dokter Bahder Djohan di tahun 1932 membuat rancangan pembentukan PMI,
dan di tahun 1939 dan 1940 ketika berlangsung konferensi NERKAI (Nederlandsche
Roode Kruis Afdeeling Indi) keduanya "lantang" mengusulkan untuk
segera membentuk Palang Merah Indonesia, meskipun tentu keduanya menyadari
bahwa gagasan mulia mereka tetap akan ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda.
Ya, pengabdi kesehatan dan pahlawan kemanusiaan yang
barangkali untuk kalangan generasi muda saat ini (hanya) namanya saja dikenal,
karena ternyata sosok dan peranannya untuk perjuangan bangsanya (Indonesia)
justru kurang dikenal. Bahwa jika ada pertanyaan : "Selain sebagai pelopor
berdirinya Palang Merah di Indonesia dan terlibat aktif dalam Kongres Pemuda 28
Oktober 1928 yang mencetuskan "Sumpah Pemuda" lalu apa lagi
peranannya? Kebanyakan tak ada yang bisa menjelaskannya.
Nah, pertanyaan seperti inilah yang harus terus menerus
digali jawabannya oleh kita semua, agar sosok dan keteladan beliau dalam
catatan-catatan sejarah yang tak hanya namanya, akan terus menginspirasi
generasi muda masa depan Indonesia.
Catatan Oom Paul menyebut bahwa sang dokter nasionalis ini
ternyata kelahiran desa Tataaran, sebuah desa yang dinamis berhawa sejuk di
tepi danau Tondano yang indah, yang saat ini menjadi pusat pengemblengan para
calon guru untuk kawasan timur Indonesia (kampus Universitas Negeri Manado di
Tondano, provinsi Sulawesi Utara).
Lahir pada tahun 1904 sebagai anak dari seorang guru di
Minahasa, diberi nama baptis "Rumondor Cornelis Lefrand Senduk" namun
akrab dipanggil "Ondo" oleh keluarganya.
Sebagai anak dari seorang guru, tentu membuat
"Ondo" mendapatkan pendidikan yang bagus (di jamannya) dan didikan
yang baik dari keluarganya. Karena itulah--juga dengan semangat serta ketekunan
belajarnya, dia dipilih oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk melanjutkan studi
ke sekolah pendidikan dokter Hindia-STOVIA (School tot Opleiding van Indische
Artsen) di Batavia (kini Jakarta).
Namun, sembari menempuh pendidikannya di STOVIA, dia juga
memperluas persahabatan dengan para pemuda-pelajar dari berbagai daerah di
Batavia, bergaul, bergiat dan lalu berperan penting dalam pergerakan nasional
yang banyak digeluti mahasiswa-mahasiswi STOVIA pada waktu itu. Bahkan menjadi
pelaku utama dari kongres pemuda kedua yang menghasilkan "Sumpah
Pemuda" pada 27 - 28 Oktober 1928, peristiwa sejarah yang menjadi tonggak
utama pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Bersama para pemuda-pelajar nasionalis, ia (mewakili Jong
Celebes) berikrar dan menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia Merdeka
dengan mengaku : "Satu Tumpah Darah-Tanah Indonesia, Berbangsa Satu-Bangsa
Indonesia, dan Menjunjung Bahasa Persatuan-Bahasa Indonesia".
Karena keikutsertaannya dalam aktivitas-aktivitas politik
untuk menyuarakan kemerdekaan Indonesia, maka setelah lulus STOVIA, dia tidak
diperkenankan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bekerja di rumah-rumah
sakit, yang tentu saja (pada saat itu) semuanya milik (atau dikuasasi oleh)
pemerintah. Ia kemudian berpraktek sebagai dokter gigi di Sukabumi (praktek
yang sudah dilakukannya selagi masih belajar di STOVIA) dimana ia menetap
dengan keluarganya, dan lalu di tahun 1937 pindah lagi ke Batavia, setelah
diperbolehkan bekerja sebagai ahli bedah di rumah sakit CBZ (sekarang rumah
sakit Cipto Mangunkusumo).
Saat pecah perang dunia kedua, ia mengirim keluarganya
untuk kembali ke Minahasa, tanah kelahirannya, namun ia sendiri tidak menyertai
keluarganya, dan baru tiba tahun 1942 di Minahasa bersama-sama dengan tentara
pendudukan Jepang, menjadi dokter tentara.
Sebagai dokter tentara Jepang (dokter Palang Merah), ia
dipercayakan mengepalai rumah sakit Marienheuvel (sekarang rumah sakit Gunung
Maria) di Tomohon, Sulut, lalu di tahun 1944 dipindahkan ke Tondano untuk
mengepalai rumah sakit Tondano (sekarang RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano), serta
bertanggungjawab atas kesehatan para interniran militer dan sipil asal Belanda
di kamp-kamp tawanan di sekitar Manado.
Setelah kekalahan Jepang dalam perang dunia kedua dan
seiring pendudukan pasukan Sekutu diboncengi tentara NICA-Belanda
(Netherlands-Indies Civil Administration, organisasi semi militer Belanda yang
dibentuk pada 3 April 1944 dan bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan
hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda) di Indonesia, ia yang dulu dikenal
sebagai aktivis pergerakan nasional kemudian ditangkap Belanda dan di bawa ke
Papua atas dakwaan (juga) terlibat peristiwa heroik Merah Putih 14 Februari 1946
di Manado (Minahasa).
Ia lalu diserahkan oleh militer Belanda ke pengadilan
penjahat-penjahat perang Jepang di Brisbane (Australia) untuk diadili, namun
dibebaskan atas kesaksian yang meringankan dari bekas tawanan yang diinternir
Jepang di Manado dan Tomohon yang menyebut bahwa ia bertanggungjawab atas
kesehatan bekas tawanan itu. Hal ini serupa pendapat Harry Kawilarang (wartawan
perang senior yang pernah bekerja di Harian Suara Pembaruan) pada seminar
bertajuk "Sosok dan Perjuangan Tokoh Sumpah Pemuda: DR. Rumondor Cornelis
Lefrand Senduk. Pejuang dan Pengabdi Kesehatan" yang digelar oleh Museum
Sumpah Pemuda pada Selasa (22/9/2015) silam.
Menurut Harry Kawilarang, sebagai dikutip oleh laman resmi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (www.kebudayaan.kemdikbud.go.id), Dokter
Senduk (Harry Kawilarang menyebutnya sebagai Dokter Rumondor) adalah seorang
"Soldier of Fortune", yakni pada suatu peristiwa penangkapan penjahat
perang, beliau sempat tertangkap dengan tuduhan sebagai pembunuh, namun beliau
diselamatkan dengan kesaksian banyak serdadu Belanda yang bersaksi bahwa Dokter
Rumondor bukanlah seorang pembunuh, tapi penyembuh dan penyelamat banyak orang
(tentu termasuk tahanan-tahanan Jepang pada saat itu), Dokter Rumondor pun
akhirnya dibebaskan.
Setelah kembali ke Indonesia, di tahun 1948 Dokter Senduk
bersama Doktor G S S J Sam Ratulangi (Gubernur Sulawesi) di tangkap di Makassar
oleh pemerintah pendudukan NICA-Belanda, yang mengakibatkan Doktor Sam
Ratulangi kemudian di 'buang' ke Serui (Papua).
Barangkali agar tak lagi mempengaruhi tokoh-tokoh
pergerakan di Minahasa, Dokter Senduk pun tidak diperbolehkan oleh NICA-Belanda
untuk menetap di Minahasa. Ia dan keluarganya pun sempat pindah ke Kalimantan
Timur (Tanjung Selor kemudian Balikpapan), dimana ia tetap melakukan profesinya
sebagai dokter bedah.
Tahun 1950 bertemu keluarganya saat ia tiba di Makassar
bersama-sama dengan pasukan TNI, sebagai dokter tentara dengan pangkat Letnan
Kolonel (tituler). Ia ikut bertugas sebagai dokter tentara ketika TNI menumpas
gerakan RMS di Maluku, kemudian ia menetap lagi di Jakarta dan berdinas di
rumah sakit tentara (sekarang rumah sakit Gatot Subroto) sebagai perwira di
dinas kesehatan TNI angkatan darat.
Dari Jakarta, ia pindah ke Palembang sampai pensiun di tahun
1958 dan terus mengemban tugasnya sebagai dokter ahli bedah. Dokter Senduk
wafat di Malaysia pada bulan Desember 1961 dan dimakamkan di Telok Anson
(Malaysia).
8. Dr. Johannes
Leimena
Johannes Leimena atau akrab dipanggil Om Jo adalah
satu-satunya orang yang mampu menjadi menteri selama 21 tahun berturut-turut
dalam 18 kabinet yang berbeda. Jabatan menteri yang beragam beliau emban mulai
dari Menteri Kesehatan yang pertama, Wakil Perdana Menteri, dan Wakil Menteri
Pertama pada Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora 11(1966). Om Jo
juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituier) di TNI-AL.
Johannes Leimena merupakan anak kedua dari empat anak
pasangan Dominggus Leimena dan Elizabeth Sulilatu. Pada usia lima tahun,
Johannes Leimena telah menjadi yatim. Beliau kemudian diasuh oleh pamannya.
Masa kecil beliau dihabiskan di Ambon dengan bersekolah Ambonsche Burgerschool
hingga tahun 1914, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan di Jakarta mengikuti
kepindahan pamannya. Di Jakarta, beliau bersekolah di Europeesch Lagere School
(ELS) selama beberapa bulan, kemudian pindah ke sekolah menengah Paul
Krugerschool (kini PSKD Kwitang), lalu melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs). Gelar dokter beliau raih dari STOVIA. Beliau mulai bekerja sebagai
dokter sejak tahun 1930 dan bertugas pertama kali di CBZ Batavia yang kini
menjadi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Setelah bekerja sebagai dokter, ia
melanjutkan studi dan mendalami ilmu penyakit dalam. Tanggal 17 November 1939,
Dr. Leimena mempertahankan disertasi doktornya dan meraih gelar doktor di
Geneeskunde Hogeschool/GHS (Sekolah Tinggi Kedokteran), Batavia.
Johannes Leimena muda aktif di Jong Ambon dan ikut serta
mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia, 28 Oktober 1928 yang menghasilkan
Sumpah Pemuda. Sejak itu, kiprah Leimena semakin kuat dalam dunia pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia Merdeka, Leimena ikut membidani
pendirian Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Ketika Orde Baru berkuasa, Dr.
Leimena mengundurkan diri sebagai menteri, tetapi ia masih dipercaya Presiden
Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973.
Setelah itu, Johannes Leimena kembali aktif mengisi masa tua di
organisasi-organisasi sosial hingga saat mengembuskan napas terakhir.
Tempat/Tgl. Lahir :
Ambon, 6 Maret 1905
Tempat/Tgl. Wafat :
Jakarta, 29 Maret 1977
SK Presiden : Keppres No. 52/TK/2010, Tgl. 11 November 2010
Gelar : Pahlawan Nasional
Berbagai narasumber menyebut karakter Johannes Leimena yang
menonjol adalah sederhana, jujur, dan tenang.
9. Rochjani Soe'oed
Lahir : Jakarta, 1 November 1906
Pendidikan : Rechtschool Jakarta1927
AKTIVITAS : Anggota Jong Java, JIB, Pemuda Kaum Betawi,
Panitia Kogres Pemuda II 1928
Pemoeda Kaoem Betawi atau dalam ejaan barunya Pemuda Kaum Betawi
adalah wadah organisasi kepemudaan khususnya untuk para pemuda Betawi yang
didirikan pada awal tahun 1927 yang diketuai oleh Mohamad Tabrani.[1]
Sejarah
Hingga akhir tahun 1926 belum ada wadah khusus organisasi
kepemudaan Betawi. Sehingga para pemudanya banyak yang menjadi anggota dari
Jong Java dan Sekar Roekoen karena merasa serumpun. Namun, lama kelamaan mereka
merasa perlu untuk memiliki wadah tersendiri, sehingga dibentuklah organisasi
kepemudaan ini.[2] Kendati organisasi menyandang nama yang menyangkut Betawi,
namun banyak anggota dan pengurusnya yang bukan orang Betawi asli. Di antara
sedikit orang Betawi asli itu adalah Mohammad Rochjani Soe'oed, ketua
organisasi kepemudaan ini pada tahun 1928 yang menjadi utusan dalam Kongres
Pemuda Indonesia Kedua. Dan organisasi ini memberikan kesempatan kepada semua
pemuda Indonesia untuk bergabung di dalamnya.
Comments
Post a Comment