FILANESIA


FILANESIA
Filosofi Sepak Bola Indonesia
Untuk memanfaatkan potensi yang besar dari sepak bola, PSSI telah merumuskan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) yang dituangkan dalam buku Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia. Filanesia adalah sebuah filosofi yang akan menjadi fondasi dan karakter sepak bola Indonesia, baik untuk pembinaan usia dini sampai profesional dari segi individu maupun tim.
Filosofi ini telah menjadi salah satu perhatian khusus kepengurusan PSSI periode 2016-2020.  Di bawah komando Direktur Teknik PSSI Danurwindo, langkah awal pembentukan filosofi ini dilakukan sejak awal tahun 2017 di mana gaya sepak bola khas Indonesia ini sudah menjalani studi, praktek lapangan, diskusi panel, dan seminar dengan seluruh pelatih Liga 1, praktisi olahraga, dan .personel teknis lainnya.
Filosofi ini akan memberikan panduan dalam hal lingkup sepak bola, seperti penjenjangan latihan berdasarkan usia, pengembangan teknik pemain, dan ciri-ciri bermain di lapangan. Perlu dicatat bahwa Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia ini bukan untuk menyeragamkan taktik setiap klub, namun ini akan menjadi ciri pemain Indonesia di pentas Internasional.
Lebih dalam, di dalam buku ini dikelompokkan beberapa fase latihan berdasarkan kelompok umur. Untuk anak-anak usia 6 sampai 9 tahun disebut sebagai fase pengenalan, lalu fase pengembangan skill di rentang usia 10 sampai 13 tahun, lalu terakhir ada rentang usia 14 sampai 17 tahun yang merupakan fase permainan.
Peluncuran resmi Filosofi Sepak Bola Indonesia dilakukan pada 9 November 2017 di Jakarta.
Sepakbola Proaktif Sebagai Pilihan Di dalam sepakbola, ada banyak cara bermain untuk sukses. Beberapa tim memilih untuk jadikan pertahanan solid sebagai titik awal permainanya. Mereka biarkan lawan kuasai bola, sambil menunggu kesempatan untuk rebut bola. Pertahanan dan pressing tersebut memaksa lawan salah dan tim dapat merebut bola. Setelah rebut bola, tim bisa lancarkan counter attack cepat. Style seperti ini sering disebut dengan Reactive Play. Banyak tim lain memilih untuk menjadikan penguasaan bola sebagai basis cara bermainnya. Tim secara proaktif terus menguasai bola untuk mencari cara progresi bola ke depan dengan tujuan utama ciptakan peluang gol. Bila kehilangan bola, tim secara proaktif lakukan pressing untuk secepat mungkin kembali rebut dan kuasai bola. Pendekatan style ini disebut dengan Proactive Play. Melihat kesuksesan tim-tim top level pada ajang Piala Dunia, Piala Eropa dan Liga Champions Eropa dalam satu dekade terakhir menunjukkan tren sepakbola modern mengarah pada sepakbola proaktif. Barcelona, Real Madrid, FC Bayern dan timnas Jerman adalah gambaran tim yang sukses memainkan sepakbola proaktif. Selalu proaktif mendominasi penguasaan bola untuk menciptakan peluang gol. Juga proaktif lakukan pressing untuk merebut bola. Model sepakbola proaktif juga cocok dengan melihat kelebihan-kelebihan pemain Indonesia yang memiliki kecepatan dan kelincahan. Keunggulan permainan menyerang solo 1v1 akan menjadi pelengkap tingkat efektivitas sepakbola proaktif ini. Secara kultural, sepakbola proaktif juga pas dengan agresivitas pemain Indonesia.
Goal Oriented Possession Dalam sepakbola proaktif terdapat dua pendekatan penguasaan bola yang bisa dilakukan. Yaitu, bermain langsung ke depan (direct play) ala Roger Schmidt atau Tony Pulis. Juga permainan konstruktif dari belakang, lini ke lini hingga ke depan (constructive play) layaknya Pep Guardiola atau Thomas Tuchel. Dari data statistik secara umum pada beberapa kompetisi besar tingkat dunia, permainan direct play, 2-3 passing ke depan dan berharap second ball hasil duel udara kebanyakan berakhir pada tim kehilangan bola. Permainan konstruktif dari lini ke lini dengan jumlah passing lebih banyak terbukti lebih efektif untuk menciptakan peluang mencetak gol.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Indonesia memilih permainan berbasis possession konstruktif dari lini ke lini. Di samping possession konstruktif amat positif dalam penciptaan peluang gol, model ini juga bermanfaat untuk pengembangan skill individu pemain usia muda. Dengan bermain konstruktif dari lini ke lini, rute serangan akan lebih melibatkan banyak pemain. Alur bola akan mengalir dari kiper, ke pemain belakang, pemain tengah hingga pemain depan. Bandingkan dengan permainan possession berbasis direct play yang cenderung melompati lini tengah. Dimana permainan seringkali hanya melibatkan kiper atau bek dengan striker.
Perlu dipahami penguasaan bola bukanlah tujuan, melainkan alat. Tujuan possession adalah untuk ciptakan peluang cetak gol. Untuk itu, meski mengandalkan possession berbasis konstruktif dari lini ke lini, orientasi serangan haruslah progresif ke depan, mengarah ke gawang lawan. Sehingga progresi serangan dengan passing atau dribbling ke depan harus menjadi prioritas tertinggi jika memungkinkan. Jika tim kehilangan bola, style transisi negatif yang dipilih adalah sesegera mungkin langsung melakukan pressing di lokasi tempat hilang bola (immediate pressing). Prioritas untuk langsung lakukan pressing dilakukan dengan tujuan agar tim dapat merebut bola kembali secepat mungkin. Jika immediate pressing tidak dapat dilakukan, tim harus lakukan re-organisasi untuk masuk pada fase Press Build Up.
Smart Zonal Pressing Pendekatan sepakbola proaktif memberikan preferensi lebih pada penguasaan bola. Dimana saat tim kita menguasai bola, secara otomatis lawan tidak akan dapat mencetak gol. Untuk itu pendekatan proaktif juga harus dilakukan saat tim bertahan. Yaitu dengan orientasi pressing untuk secepat mungkin merebut bola. Sehingga dapat kembali menguasai bola.
Orientasi pressing untuk secepat mungkin merebut bola jangan disalahartikan perwujudannya sebagai high pressing sepanjang permainan. Tinggi rendahnya garis pressing tim amat tergantung pada situasi. Pada banyak situasi, tim bisa lebih cepat merebut bola justru dengan garis pressing sedang atau bahkan rendah. Dalam hal ini dibutuhkan intelejensia tim untuk secara kolektif membaca situasi permainan. Kemudian menentukan tinggi rendahnya garis pressing untuk dapat merebut bola secepat mungkin. Tim harus memahami situasi manakah yang harus direspon dengan high pressing line. Tetapi juga situasi lain yang harus direspon dengan low atau medium pressing line. Pada saat melakukan pressing, penjagaan yang dilakukan tim tidak berbasis orang per orang (manto man marking). Melainkan tim secara kolektif lakukan pressing dengan basis penjagaan ruang (zonal marking). Semua pemain bersama-sama harus menjaga ruang dengan cara memperkecil ruang lawan (make the pitch small and squeeze the space). Dimana ruang yang dijaga berorientasi pada lokasi bola. Smart Zonal Pressing
Segera setelah merebut bola, prioritas pertama adalah melakukan serangan balik cepat (quick counter attack). Ini dilakukan dengan mengeksploitasi ruang di depan dan di belakang lini bek lawan. Jika quick counter tidak dapat dilakukan , maka tim harus kembali lakukan Build Up.


Comments

Popular posts from this blog

SKENARIO PENERIMAAN TAMU DENGAN PERJANJIAN

Naskah Drama Siti Nurbaya dalam Bahasa Minang

CONTOH DIALOG RAPAT 6 ORANG TENTANG PRODUK BARU