ISLAM MASUK KE NUSANTARA



TEORI PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yang menyatakan tentang proses masuknya agama islam di Indonesia, yaitu :

1.   Teori Gujarat 
Teori  ini berpendapat  bahwa  agama  Islam  masuk  ke  Indonesia  pada  abad  13  dan pembawanya       
berasal  dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
-Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia
-Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia -Cambay – Timur Tengah – Eropa.
-Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh  tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

2.   Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap  teori Gujarat.

Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a.   Pada  abad  ke  7  yaitu  tahun  674  di  pantai  barat  Sumatera  sudah  terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b.   Kerajaan  Samudra  Pasai  menganut  aliran  mazhab  Syafi’i,  dimana  pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c.   Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van  Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

 3.   Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a.   Peringatan  10  Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra  Barat  peringatan  tersebut  disebut  dengan  upacara  Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b.   Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c.   Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf  Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.
d.   Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e.   Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah  satu  Pendukung  teori  ini  yaitu  Umar Amir  Husen  dan  P.A.  Hussein Jayadiningrat.

Ketiga  teori  tersebut,  pada  dasarnya  masing-masing  memiliki  kebenaran  dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada  dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.
Pedagang  tersebut  berinteraksi/bergaul  dengan  masyarakat  Indonesia.  Pada kesempatan tersebut dipergunakan  untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan.
Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing.
Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga  disebarkan  melalui  kesenian,  misalnya  melalui  pertunjukkan  seni  gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1.   Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam
di Jawa Timur.
2.   Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah
Ampel Surabaya.
3.   Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.   Sunan  Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.   Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri
(Gresik)
6.   Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7.   Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8.   Sunan  Muria  adalah  putra  Sunan  Kalijaga  nama  aslinya  Raden  Umar  Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9.   Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa
Barat (Cirebon)
Demikian  sembilan  wali  yang  sangat  terkenal  di  pulau  Jawa,  Masyarakat  Jawa sebagian   memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.

Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya.
Dengan  masuknya  Islam,  Indonesia  kembali  mengalami  proses  akulturasi  (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang.
Bentuk  budaya  sebagai  hasil  dari  proses  akulturasi  tersebut,  tidak  hanya  bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi dapat
Anda simak dalam uraian materi berikut ini.
1.   Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Untuk lebih jelasnya  berikut ini penjelasan tentang wujud akulturasi tsb

Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:
a.   Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau
5.  Dan  biasanya  ditambah  dengan  kemuncak  untuk  memberi  tekanan  akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b.   Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada
di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c.   Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan
makam.

Contoh masjid kunodiantaranya adalah Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada gambar 1.3. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
3.   Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda- tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.
Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni  kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni  sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a.   Hikayat   yaitu cerita  atau  dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam  bentuk  gancaran  (karangan  bebas  atau  prosa).  Contoh  hikayat  yang terkenal yaitu Hikayat  1001  Malam, Hikayat Amir  Hamzah, Hikayat  Pandawa
Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b.   Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c.   Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d.   Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa. Dari  penjelasan  tersebut,  apakah Anda  sudah  memahami,  kalau  sudah  paham silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda, untuk mencari contoh bentuk seni sastra,  seperti  yang  tersebut  di  atas  yang  terdapat  di  daerah Anda.  Selanjutnya simaklah uraian materi wujud akulturasi berikutnya.
4.   Sistem Pemerintahan
Dalam  pemerintahan,  sebelum  Islam  masuk  Indonesia,  sudah  berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya  para  wali  dan  apabila  rajanya  meninggal  tidak  lagi  dimakamkan  dicandi/
dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
5.   Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan  nama-nama  pasaran  hari  seperti  legi,  pahing,  pon,  wage  dan  kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran?
Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya
1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.
1. Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi Sebagian ahli sejarah menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7. Dalam pendapat itu disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali menerima pengaruh Islam adalah daerah pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra Pasai, melalu jalur perdagangan agama Islam menyebar ke Malaka dan selanjutnya ke Pulau Jawa. Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.

2. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi. 3. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292), batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia. Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-raja Hindu-Budha. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai. Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya, saaat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka. Pada awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun 1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate, Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar. Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di daerah pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.

Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dialakukan secara damai melalui beberapa saluran berikut:
-Saluran perdagangan, proses penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang muslim yang menetap di kota-kota pelabuhan untuk membentuk perkampungan muslim, misalnya Pekojan. Saluran ini merupakan saluran yang dipilih sejak awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
-Saluran perkawinan, proses penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara seseorang yang telah menganut Islam menikah dengan seorang yang belum menganut Islam sehingga akhirnya pasangaannya itu ikut menganut Islam.
-Saluran dakwah, proses penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara memberi penerangan tentang agama Islam seperti yanbg dilakukan Wali Songo dan para ulama lainnya.
-Saluran pendidikan, proses ini dilakukan dengan mendirikan pesantren guna memperdalam ajaran-ajaran Islam yang kemudian menyebarkannya.
-Saluran seni budaya, proses penyebaran Islam menggunakan media-media seni budaya seperti pergelaran wayang kulit yang dilakukan Sunan Kalijaga, upacara sekaten, dan seni sastra.
-Proses tasawuf, penyebaran Islam dilakukan dengan menyesuaikan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha.

Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Indonesia
Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung faktor-faktor berikut :
-Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika ia telah mengucapkan kalimah syahadat.
-Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah.
-Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.
-Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa.
-Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf sehingga mudah dipahami.
-Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang ada.
-Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan penyebaran Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas kerajaan Hindu-Budha.

KERAJAAN ISLAM DI PULAU SUMATERA
1. Kerajaan Perlak
Perlak merupakan wilayah yang berada di Aceh Timur yang banyak ditumbuhi kayu. Kata perlak berasal dari kata Peureulak. Wilayah ini banyak dikunjungi oleh orang luar dengan tujuan membeli kayu tersebut.
Sebagai suatu pelabuhan perniagaan yang maju dan aman di abad ke 8 masehi. Perlak menjadi tempat singgah kapal dari Arab dan Persia. Seiring berjalannya waktu maka terbentuk dan berkembanglah masyarakat Islam yang didominasi oleh perkawinan antar saudara muslim dengan perempuan negeri.
Sejarah berdirinya kerajaan perlak
Pernikahan ini menimbulkan lahirnya keturunan muslim dari percampuran darah Arab, Persia, dengan para putri Perlak.
Kerajaan Islam Perlak di Sumatera berdiri pada hari Selasa, 1 Muharram 225 H/840 M. Dengan raja pertamanya Syed Maulana Abdul Azia Shah (peranakan Arab Quraisy dengan putri Perlak) atau yang terkenal dengan gelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah.
Ketika itu ibukota kerajaan langsung berubah dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Mengapa diganti? karena untuk mengenang jasa nahkoda khalifah yang sudah membudayakan islam kepada masyarakat Asia Tenggara yang dimulai dari Perlak.
Sultan yang memimpin Kerajaan Perlak
Para sultan yang memimpin, yaitu:

Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (225-249H/840-864M).
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (249-285H/864-888M).
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (285-300H/888-913M).
Masa pemerintahan ketiga sultan diatas disebut pemerintahan Dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah.  Di masa pemerintahan beliau (aliran Syi’ah), aliran ahlus Sunnah wal Jamaah mulai berkembang dalam masyarakat dan hal ini tidak disukai oleh Syi’ah.
Di akhir pemerintahan sultan ke 3 terjadi perang saudara antara golongan tersebut dan menyebabkan kematian sultan. Sehingga 2 tahun tidak ada sultan.
Pada tahun 302-305H/915-918M Syed Maulana Ali Mughayat Shah menjadi sultan. Setelah sekitar 3 tahun, di akhir masa pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara dua golongan.

Kemenangan ada pada pihak ahlus Sunnah wa Jama’ah sehingga sultan yang diangkat untuk memerintah Perlak diambil dari golongannya yaitu dari keturunan Meurah Perlak asli (syahir Nuwi).
Adapun urusan sultan yang memerintah adalah sebagai berikut:
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (306-310H/928-932M).
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (310-334H/932-956M).
Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (334-362H/956-983M).
Di akhir pemerintahan sultan abdul malik (sultan ke 3) terjadi lagi peperangan antara kedua aliran selama 4 tahun yang diakhiri dengan perdamaian dengan membagi wilayah kerajaan menjadi 2.
Perlak pedalaman untuk golongan ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Perlak pesisir bagi golongan Syi’ah.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Shah Johan Berdaulat (662-692H/1263-1292M). Beliau merupakan sultan terakhir dari kerajaan perlak.
Setelah sultan mangkat Kerajaan Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al Zahir putera Al Malik Al-Saleh.

2. Kerajaan Samudera Pasai
Sumber ke 1
Ada sumber yang mengatakan bahwa tanggal berdirinya kerajaan samudera pasai adalah tahun 433H/1024M dengan pendirinya adalah Meurah Khair yang telah menjadi raja bergelar Maharaja Mahmud Syah. Beliau memerintah sampai tahun 470H/1078M.
Setelah itu pemerintahan dipegang oleh:
Maharaja Mansur Syah (470-527H/1078-1133M)
Maharaja Ghiyasyuddin syah, cucu Meurah Khair(527-550H/1133-1155M)
Maharaja Nuruddin atau Meurah Noe atau Tengku Samudra atau Sultan Al-Kamil (550-607H/1155- 1210M).
Beliau merupakan sultan terakhir dari keturunan Meurah Khair. Setelah kemangkatan nya kerajaan islam di sumatera ini menjadi rebutan para pembesar karena tidak mempunyai keturunan.
Sekitar 50 tahun Samudera Pasai berada di dalam konflik, sehingga akhirnya Meurah Silu mengambil kekuasaan dengan mendasarkan bahwa dinasti nya sudah memerintah Perlak lebih dari 2 abad dan kemudian disatukan dengan Samudera Pasai di masa Sultan Muhammad Al-Zahir (1289-1326M).


Sumber ke 2
Berita dari Cina dan catatan Ibnu Battutah pengembara dari Maroko menyebutkan kerajaan samudera pasai berdiri pada tahun 1282 M oleh pendirinya yaitu Al-Malik Al-Saleh.
Saat itu beliau mengirimkan utusan ke Quilon, yang berada di pantai barat India dan bertemu para duta dari Cina. Di antara nama duta yang dikirim adalah Husien dan sulaiman (nama-nama muslim).
Lalu saat Marcopolo mengunjungi Sumatera tahun 1346 M, menyebutkan bahwa di sana Islam sudah sekitar 1 abad disiarkan, serta mazhab yang diikuti yakni madzab Syafi’i.
Samudera Pasai juga menjadi pusat belajar agama Islam dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai negeri untuk membicarakan masalah keagamaan dan keduniaan.
Ibnu Battutah juga mengatakan bahwa Samudera Pasai memiliki peran penting dalam meng-islam-kan Malaka dan Jawa. Sultan Al-Malik al-Zahir merupakan pecinta teologi dan senantiasa memerangi orang kafir dan menjadikan mereka memeluk agama Islam.
Basis perekonomian Kerajaan Samudera Pasai lebih condong ke pelayaran dan perdagangan. Kerajaan ini terlihat merupakan kerajaan yang makmur.
Alasannya karena dilihat segi geografis dan ekonomi pada waktu itu Samudera Pasai adalah daerah penghubung antara pusat perdagangan yang ada di kepulauan Indonesia, Cina, India,dan Arab.
Disebutkan bahwa Kerajaan Samudera Pasai telah ditaklukan oleh Kerajaan Majapahit sehingga menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.
Sebelum tentara Majapahit meninggalkan Samudera Pasai untuk kembali ke Jawa, pembesar Majapahit sepakat mengangkat seorang raja dari bangsawan Pasai yang bisa dipercaya untuk memerintah kerajaan.
Raja yang ditunjuk adalah Ratu NuruIlah atau Malikah NuruIlah binti Sultan Al-Malik Al-Zahir.
Tahun mangkat Malikah NuruIlah 1380 M bertepatan dengan masa pemerintahan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk.
Saat itu Majapahit berada dalam puncak kejayaannya karena dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada.
Daftar raja yang pernah memerintah di kerajaan Islam Samudera Pasai, yaitu:
Sultan Al-Malik Al-Saleh (1297 M)
Muhammad Malik Al-Zahir (1297-1326 M)
Muhammad Malik Al-Zahir II (1326-1345M)
Manshur Malik Al-Zahir (1345-1345M)
Ahmad Malik Al-Zahir (1345-1383M)
Zainal Abidin Malik Al-Zahir (1383-1405M)
Nahrasiyah (1405-?)
Abu Zaid Malik Al-Zahir (?-1455M)
Mahmud Malik Al-Zahir (1455-1477)
Zainal Abidin (1477-1500M)
Abdullah Malik Al-Zahir (1501-1513M)
Zainal Abidin (1513-1524M)
Di masa sultan terakhir tahun 1521 M, Samudera Pasai dikuasai oleh Portugis selama 3 tahun. Tahun 1524 penguasaan atas kerajaan islam di sumatera ini digantikan Kerajaan Aceh Darussalam.

3. Kerajaan Malaka
Berdasarkan sejarah melayu, Parameswara merupakan keturunan dari Sang Nila Utama (anak Sang Sapurba) dari palembang yang dinikahkan dengan Sri Beni Putri permaisuri Iskandar Syah ratu Bintan yang hijrah ke Tumasik dan diangkat sebagai raja dangan gelar tribuwana.
Di masa kekuasaan Parameswara datang serangan dari Majapahit yang menyebabkan raja melarikan diri ke Semenanjung Melayu (Trengganu).
Hidup disana sekaligus mendirikan Kerajaan Malaka sekitar tahun 1400 M dan sesudah masuk Islam mempunyai gelar Megat Iskandar Syah dan meninggal tahun 1424 M.
Penggantinya adalah Sultan Muhammad Syah (1414-1444 M), kemudian Sultan Mahmud (1511 M) dan ketika itu Malaka roboh ke tangan Portugis.
Akhirnya beliau mengungsi ke Pahang lalu tinggal di Muara Pulau Bintan. Dari sini beliau terus berusaha melakukan serangan ke Malaka tetapi selalu gagal.
Pada Oktober 1512 terjadi serangan terhadap Bintan oleh Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque. Pertahanan Bintan terlalu kuat dan Albuquerque mengalami kekalahan.
Portugis 1523 dipimpin oleh Henriquez dan tahun 1524 dipimpin oleh De Souza, keduanya melakukan penyerangan dan mengalami kekalahan.
Pada tahun 1525, Bintan berhasil dikuasai Portugis setelah bersekutu dengan Lingga dan Sultan Mahmud mengungsi ke Johor.
Meskipun Sultan Mahmud selalu berusaha untuk bisa merebut Malaka kembali dari tangan Portugis, namun sampai ajal nya tiba usahanya tidak pernah berhasil.
Karena usaha putranya Kerajaan Melayu sukses dilanjutkan dan berpusat di Johor. Sebagai Sultan Johor pertama ia memakai gelar Sultan Alaudin Riayat Syah II (1528-1564M).

Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1677-1685M) pusat kerajaan dipindahkan ke Bintan, tepatnya pada tahun 1678 M.
4. Kerajaan Aceh Darussalam
Pada akhir abad ke-15 arus penjajahan barat ke timur sangat ramai, khususnya penjajahan barat. Kristen terhadap timur islam. Keinginan untuk mendapatkan harga yang banyak melalui cara yang haram telah memicu orang Eropa berlomba-lomba ke dunia bagian timur.
Diantara bangsa EROPA KRISTEN saat itu yang sangat berambisi terhadap tanah jajahan yaitu Portugis. Setelah mereka merampok Goa di India, selanjutnya mengincar Malaka.
Sehingga Malaka jatuh ke tangan portugis pada tahun 1511. Sesudah Malaka jatuh ke tangan Portugis, lalu Portugis mengatur rencana tahap demi tahap.
Langkah yang diambil yaitu mengirim kaki tangannya ke daerah pesisir utara Sumatera untuk memicu kekacauan dan perpecahan sehingga diharapkan bisa memicu perang saudara.
Langkah kedua yaitu Portugis langsung melakukan penyerangan dan seterusnya menetap. Lalu tahap selanjutnya yaitu memaksa raja yang sudah menyerah untuk menandatangani kontrak pemerian hak monopoli dagang.
Sejarah Lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam
Portugis telah bisa memaksa nafsu penjajahan nya kepada para raja seperti Kerajaan Islam Jaya, Samudera Pasai, dan Kerajaan Islam Pidier. Hal itu terjadi menjelang akhir abad 15 dan awal abad 16
Disaat itulah muncul seorang tokoh yang berusaha mempersatukan 6 kerajaan yaitu Pidie, Indra Purba, Samudera Pasai, Perlak, Tamiang, dan Indra Jaya.
Pada 1514 Ali Mughayat Syah dilantik sebagai Sultan (1514-1530M) dengan nama Kerajaan Aceh Darussalam. Wilayahnya meliputi Aru sampai Pancu di pantai utara dan jaya sampai ke barus di pantai Barat dengan ibu kota Banda Aceh Darussalam.
Beliau selalu menetapkan satu tekad untuk mengusir Portugis dari Sumatera Utara. Terjadi beberapa pertempuran dengan portugis (1521, 1526, 1528 dan 1542 M).
Tentara Portugis berhasil dihancurkan melalui beberapa pertempuran di berbagai medan. Sultan Ali Mughaiyat meninggal pada hari Selasa tanggal 12 Zulhijjah 936H/7 Agustus 1530M.
Setelah berhasil membangun pondasi kuat untuk salah satu kerajaan islam di sumatera ini. Selain itu beliau juga menciptakan bendera kerajaan yang bernama Alam Zulfiqaar (bendera cap pedang) berwarna merah darah dengan pedang putih.
Aceh Darussalam mengalami zaman gemilang pada kepemimpinan Sultan Ali Mughaiyat Syah, Sultan Alaiddin Riayat Syah II, Sultan Iskandar Muda Darmawangsa Perkasa Alam Syah dan Sultanah Sri Ratu Tajul Alam safiatuddin Johan.

Namun setelah itu masa suram terus menyelimuti terus menerus. Kerajaan ini menjadikan Islam sebagai dasar negara. Terdapat 31 raja yang pernah memerintah, dengan raja terakhir adalah Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah (1870-1904M).

KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA
Masuknya Islam ke Indonesia ternyata bukan hanya merubah kepercayaan dan pandangan masyarakat Jawa terhadap konsep ketuhanan yang mereka anut sebelumnya, melainkan juga merubah beragam hal lain termasuk dalam bidang politik. Perubahan di bidang politik yang dianut masyarakat Jawa setelah masuknya Islam dibuktikan dengan terbentuknya beberapa kerajaan Islam sejak abad ke 15, dengan Kesultanan Demak yang menjadi pelopornya. Berikut ini kami akan bahas beberapa kerajaan Islam di Jawa lainnya sebagai tambahan wawasan untuk kita semua.

1. Kesultanan Demak (1500 - 1550) Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir pantai utara Jawa. Kerajaan ini sebelumnya merupakan sebuah kadipaten dari kerajaan Majapahit. Setelah datang dan masuknya pengaruh Islam serta dimulainya masa keruntuhan Majapahit, kadipaten ini kemudian bermetamorfosis sebagai basis penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu bukti peninggalan sejarah Islam di Indonesia dari kerajaan ini adalah Masjid Agung Demak. Masjid ini merupakan warisan peninggalan wali songo, para ulama penyebaran Islam di Jawa.
2. Kesultanan Banten (1524 - 1813) Kerajaan Islam di Jawa yang selanjutnya berdiri di atas Tatar Pasundan. Kerajaan ini bernama Kesultanan Banten. Kerajaan ini berdiri setelah kerajaan Demak mempeluas kekuasaannya ke pesisir barat Jawa. Maulana Hasanuddin (putra Sunan Gunung Jati) merupakan orang yang sangat berperan dalam penaklukan tersebut. Karena pengaruh kedatangan Belanda, kerajaan ini kemudian hanya bertahan hingga tahun 1813.
3. Kesultanan Cirebon (1552 - 1677) Pada abad ke-15 dan 16 Masehi, kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam yang sangat ternama di seluruh Asia. Dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau pada masa silam, kesultanan ini menempati posisi yang sangat strategis. Selain menjadi jembatan dan tempat persinggahan para pedagang dan pelayar yang hendak berlayar ke Timur dan ke Barat, kerajaan Islam di Jawa yang satu ini juga menjadi pusat pertemuan kebudayaan dari bermacam-macam daerah.
4. Kesultanan Pajang (1568 - 1618) Kerajaan Pajang adalah kerajaan Islam di Jawa Tengah yang menjadi kelanjutan dari Kerajaan Demak. Selepas kematian Sultan Trenggana, kerajaan Demak kemudian runtuh. Daerah-daerah kekuasannya melepaskan diri dan membangun kerajaannya sendiri, termasuk kesultanan Pajang ini. Sekarang, kita masih bisa menemukan bukti keberadaan kesultanan Pajang di masa silam. Reruntuhan dan pondasi keratonnya masih tersisa dan dapat kita lihat di kelurahan Pajang, Kota Surakarta.
5. Kesultanan Mataram (1586 - 1755) Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Jawa yang berdiri pada akhir abad ke-15. Raja pertamanya adalah Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan. Pada masa keemasannya, Kerajaan Mataram pernah menyatukan tanah Jawa. Kerajaan yang berbasis pada pertanian ini juga pernah memerangi VOC di Batavia. Beberapa peninggalan yang masih dapat kita jumpai hingga kini antara lain adanya kampung Matraman di Jakarta, penggunaan hanacaraka dalam bahasa Sunda, sistem persawahan di Pantai Utara Jawa, politik feodal, dan beberapa batas wilayah administrasi yang hingga sekarang masih berlaku.
6. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1755-sekarang) Selain 5 kerajaan di atas, ternyata masih ada 2 kerajaan Islam di Jawa yang hingga kini masih eksis. Kedua kerajaan tersebut adalah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan  Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kedua kerajaan ini merupakan pecahan dari kerajaan Mataram Islam yang bubar akibat perebutan kekuasaan. Melalui perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, Mataram resmi dipecah menjadi 2 hingga kini.

KERAJAAN ISLAM DI PULAU KALIMANTAN
Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar (Banjarmasin) terdapat di daerah Kalimantan Selatan yang muncul sejak kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, yaitu Nagara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang berpusat di daerah hulu Sungai Nagara di Amuntai kini.
Raden Samudra dinobatkan sebagai raja Banjar oleh Patih Masiri, Muhur, Balit, dan Kuwin. Pada waktu menghadapi peperangan dengan Daha, Raden Samudra minta bantuan Demak sehingga mendapat kemenangan.
Sejak itulah penguasa Kerajaan Samudra menjadi pemeluk agama Islam dengan gelar Sultan Suryanullah. Islamisasi di daerah ini terjadi sekitar 1550 M. Sejak pemerintahan Sultan Suryanullah Kerajaan Banjar meluaskan kekuasaannya sampai Sambas, Batanglawai Sukadana, Kotawaringin, Sampit, Madawi, dan Sambangan.

Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, yaitu di sekitar pertemuan Sungai Mahakam dengan anak sungainya. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Dulunya kerajaan ini bercorak Hindu.
Karena letak kerajaan yang strategis, yakni berada di jalur perdagangan antara Cina dan India sehingga menunjang ekonomi kerajaan dan menjadi pintu masuknya bagi agama Islam.
Kedatangan Islam di Kalimantan Timur dapat diketahui dari Hikayat Kutai, yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Mahkota, datang dua orang mubalig yang bernama Tuan ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Mereka datang di daerah Kutai setelah mengislamkan masyarakat Sulawesi Selatan.

Peristiwa ini terjadi pada akhir abad ke-16. Pada abad ke-17, aga ma Islam mulai diterima dengan baik oleh Ke rajaan Kutai Kertanegara dan rakyat-rakyatnya.

Kerajaan Pontianak
Kesultanan Pontianak didirikan pada akhir abad ke-18 M, sekaligus merupakan kesultanan termuda yang lahir di wilayah Kalimantan Barat. Sebelumnya, telah banyak terdapat kesultanan atau kerajaan lainnya yang telah lebih dulu berdiri di wilayah ini. Seperti Kerajaan Landak (1472M), Matan (16M), Mempawah (16M), Sambas (17M), dan lainnya.
Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Ra ya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Istana Ka dariah, yang sekarang terletak di Kelurahan Da lam Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Ia me merintah dari tahun 1771-1808.
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Pontianak terus mengalami kemajuan hingga menjadi kekuatan baru di wi la yah Kalimantan Barat dalam aktvitas perda gang an nya. Hal ini karena posisi kerajaan yang strate gis sehingga banyak pedagang asing yang singgah.

KERAJAAN ISLAM DI PULAU SULAWESI
Kerajaan Gowa-Tallo
Secara resmi kedua raja dari Gowa dan Tallo memeluk Islam pada 22 September  1605 M. Kerajaan Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Sejak itu, Gowa meluaskan politiknya agar kerajaan-kerajaan lainnya juga masuk Islam dan tunduk di bawah kekuasaannya. Meski Gowa-Tallo sudah Islam, pada masa pemerintahan raja-raja Gowa selanjutnya, mereka tetap berhubungan baik dengan Portugis yang beragama Kristen Katolik. Contohnya, masa Sultan Gowa Muhammad Said (14 Juni 1639-16 November 1653) dan masa putranya Sultan Hasanuddin (16 November 1639-29 Agustus 1669).

Kerajaan Bone
Islamisasi di Bone tidak terlepas dari islamisasi Kerajaan Gowa. Sultan Alauddin melakukan penyebaran Islam secara damai. Pertama-tama ia lakukan dakwah Islam terhadap kerajaan-kerajaan tetangga.
Islam masuk di Bone pada masa La Tenri Ruwa sebagai Raja Bone XI pada  1611 M dan ia hanya berkuasa selama tiga bulan. Sebab, beliau menerima Islam sebagai agamanya padahal dewan adat Ade Pitue bersama rakyat menolak ajaran tersebut.  

Perlu diketahui, sebelum Sultan Adam Matindore ri Bantaeng atau La Tenri  Ruwa memeluk Islam, sudah ada rakyat Bone yang telah berislam. Bahkan, Raja sebelumnya We Tenri Tuppu karena mendengar Sidendreng telah memeluk Islam, ia pun tertarik belajar dan wafat di sana. Sehingga, ia digelari Mattinroe ri Sidendren.

Kerajaan Konawe
Masuk dan berkembangnya Islam di Kerajaan Konawe merupakan bagian dari proses perkembangan agama Islam di Sulawesi Tenggara khususnya, dan Indonesia umumnya.
Islam masuk di Kerajaan Konawe pada abad ke-18 yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari Buton, Ternate, dan Bugis. Namun, diduga jauh sebelumnya telah masuk pedagang-pedagang dari Buton, Ternate, dan Bone. Akan tetapi, Islam belum diterima secara resmi.

PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA
Pengaruh Penyebaran Islam di Bidang Politik
Seperti yang kita tahu, penyebaran budaya Islam di Indonesia berlangsung secara damai. Islam berkembang lewat perantaraan bahasa Arab. Pada perkembangannya, terjadi proses saling pengaruh antara Islam yang sudah terakulturasi dengan budaya lokal dengan Islam yang baru masuk dari wilayah Timur Tengah.
Maka dari itu pengaruh penyebaran Islam di bidang Politik antara lain :
  Sistem pemerintahan masih berbentuk kerajaan tetapi namanya berubah menjadi Kesultanan.
  Raja berganti gelar Menjadi Sultan
  Para Pemimpinnya di sebut Khalifah
  Agama Islam dalam waktu yang relatif cepat, ternyata agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga raja-raja.
Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke-6 H (abad ke 12 M) dan tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi kekuatan muslim Indonesia yang ditakuti dan diperhitungkan. Masuknya pengaruh Islam di Indonesia memberikan dampak dalam berbagai kehidupan masyarkat Indonesia apabila diperhatikan, maka terlihat bahwa perkembangan agama Islam di Indonesia memberikan pengaruh hingga saat sekarang dan itu tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Adapun pengaruh yang dapat terlihat akibat perkembangan agama Islam di Indonesia sebagai berikut :
a. Bidang Sosial Politik Dalam bidang sosial politik, perkembangan agama Islam membuat letak geografis kota-kota yang mejadi pusat kerajaan berada diwilayah atau muara sungai yang besar seperti Samudera Pasai, Pidie, Aeh, Demak, Banten, Ternate, Goa dan Makasar merupakan pusat kerajaan yang bercorak maritim.
Dengan demikian, masyarakatnya lebih menggantungkan kehidupan pada perdagangan sementara untuk kekuatan militernya dititikberatkan pada angkatan laut. Dari segi tata kota, umumnya ota-kota di atas terdiri dari tempat peribadatan (masjid), pasar, tempat tinggal penguasa (kraton) serta perkampungan penduduk. Perkampungan penduduk itu sendiri terbagi berdasarkan status social ekonomi, keagamaan, kekuasaan dalam pemerintahan. Umumnya, perkampungan untuk pedagang asing ditentukan oleh penguasa kota. Adapun perkampungan-perkampungan yang ada diberi nama berdasarkan fungsi dalam pemerintahan. Dalam kehidupan pendudukan, masyarakat kota-kota kerjaan Islam itu terbagi juga dalam stratifikasi, yaitu sebagai berikut
  1. Golongan raja dan keluarga. Mereka ini adalah golongan penguasa. Umumnya, para penguasa Islam ini menggunakan gelar sultan. Gelar sultan sendiri dipakai untuk pertama kali di Indonesia oleh Sultan Malik As-Saleh.
  2. Golongan elit, yaitu kelompok lapisan atas. Mereka ini terdiri atas golongan tentara, ulama dan para saudagar. Dalam golongan ini, kaum ulama merupakan kelompok yang menempati peran yang sangat penting. Di antara mereka terdapat orang-orang yang dianggap wali yang menjadi penasehat para sultan.
  3. Golongan orang kebanyakan. Mereka ini merupakan lapisan masyarakat yang terbesar. Golongan ini dalam masyarakat Jawa disebut wong cilik. Mereka terdiri atas para pedagang, petani, tukang, nelayan serta pejabat rendahan.
  4. Golongan budak. Mereka ini umumnya berkerja di lingkungan istana maupun bangsawan. Umumnya mereka berkerja di lingkungan ini karena mereka tidak mampu mebayar hutang dan tawanan perang. Dalam system birokrasi pemerintahan Islam, seorang pemimpin Negara juga merangkap sebagai pemimpin agama.

2.      Pengaruh Penyebaran Islam di Bidang Sosial dan Budaya
Hindu Budha lebih dulu masuk di Nusantara daripada Islam, namun dengan mudahnya Islam dapat masuk dan membaur di antara masyarakat Indonesia. Hal ini di karena kan Islam masuk secara damai, sehingga kaum Pribumi dengan mudahnya dapat menerima ajara Islam. Akan tetapi karena Kebudayaan yang berkembang di masyarakat Indonesia begitu kuat ,maka berkembangnya kebudayaan islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Hingga terjadilah Akulturasi Budaya, antara kebudayaan Pra-Islam dengan Kebudayaan Islam.
  Contoh Pengaruh Islam di bidang sosial dan budaya:
1.            Seni Bangunan
Seni dan arsitektur bangunan islam di Indonesia sangatlah unik dan akulturatif. Seni bangunan yang merupakan ciri khas Islam adalah Masjid dengan menaranya,dan Makam.
  Masjid merupakan tempat ibadah bagi orang-orang yang beragama islam. Bangunan masjid merupakan contoh akulturasi antara kebudayaan islam dan kebudayaan nenek moyang. Oleh sebab itu masjid yang berada di indonesia berbeda dengan masjid yang berada di negara lain. Contohnya adalah bentuk nya yang menyerupai bangunan candi,yang merupakan budaya nenek moyang. Selain itu masjid di indonesia jarang yang memiliki menara sebagai tempat mengumandangkan adzan, hal ini karena di gantikan oleh bedhug atau kentongan sebagai pertanda waktu sholat, baru kemudian adzan di kumandangkan.
  Makam adalah adalah lokasi dikebumikannya jasad seseorang pasca meninggal dunia. Setelah pengaruh Islam, makam seorang berpengaruh tidak lagi diwujudkan ke dalam bentuk candi melainkan sekadar cungkup. Lokasi tubuh dikebumikan ini ditandai pula batu nisan. Nisan merupakan bentuk penerapan Islam di Indonesia. Nisan Indonesia bukan sekadar batu, melainkan terdapat ukiran penanda siapa orang yang dikebumikan.
2.            Aksara dan Seni Sastra
       Dalam aksara Islam terkenal dengan tulisan kaligrafi arab bahkan tulisan kaligrafi di abadikan dalam seni ukir. Dan dalam seni sastra, islam meninggalkan beberapa jenis sastra,antara lain:
  Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng,yang ditulis dalam bentuk karangan atau prosa. Contohnya: Hikayat Iskandar Zulkarnain,Hikayat si Miskin,Hikayat 1001 Malam.
  Babad hampir sama dengan hikayat. Penulisannya seperti penulisan sejarah tapi berdasarkan fakta. Jadi isinya campuran antara fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan. Contohnya : babad Tanah Jawi,Babad Cirebon,Babad Mataram dan Babad surakarta.
  Syair berasal dari perkataan arab, untuk menamakan karya sastra yang berupa sajak-sajak           yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contohnya : Syair Sang Tua.
  Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan tasawufnya. Contohnya : Suluk sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk malang sumirang.
3.            Kesenian
  Seudati merupakan tarian dari Aceh yang di bawakan oleh delapan orang dengan melantunkan syair yang isinya Sholawat Nabi. Kata Seudati berasal dari kata Syaidati yang artinya permainan orang-orang besar.
  Wayang pertunjukan wayang sudah ada dejak zaman Hindu-Budha ,akan tetapi pada zaman islam kesenian ini terus di kembangkan sebagai sarana untuk berdakwah. Kemudian dari cerita Amir Hamzah muncullhah Wayang Golek.
  Permainan Debus merupakan tarian yang pada puncak acara, para penari menusukan benda tajam ketubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini di awali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al-Quran dan Sholawat Nabi.
  Selain contoh diatas, masih terdapat bentuk lain dari akulturasi kebudayaan pra-Islam dengan kebudayaan Islam, yang masih di terapkan dalam masyarakat Indonesia sampai sekarang, antara lain sebagai berikut :
  Sungkeman. Kebiasaan ini berasal dari pulau Jawa yang umumnya dilakukan pada saat Hari Raya dan pada upacara pernikahan, tetapi kadang kala dilakukan juga setiap kali bertemu.
  Tabot atau Tabuik, adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).
  Maulid Nabi adalah kenduri yang dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

3.      Pengaruh di bidang Agama
Pengaruh ini dapat dilihat dengan banyakny pemeluk agama islam diIndonesia. Oleh sebab itu Indonesia disebut negara bermayoritas agama Islam.
-Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.

4.      Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore.

5.      Pengaruh di bidang ekonomi

Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin berkembang

Comments

Popular posts from this blog

SKENARIO PENERIMAAN TAMU DENGAN PERJANJIAN

Naskah Drama Siti Nurbaya dalam Bahasa Minang

CONTOH DIALOG RAPAT 6 ORANG TENTANG PRODUK BARU