FAKTOR YANG MENYEBABKAN MENURUNNYA EKONOMI MASYARAKAT DI INDONESIA
RENDAHNYA PERTUMBUHAN EKONOMI
Permasalahan Ekonomi Di Indonesia
Permasalahan ekonomi yang terjadi
di suatu negara dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia
permasalahan ekonomi dapat menghambat terwujudnya dan kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi di Indonesia sangatlah tidak stabil, yang berarti ekonomi di Indonesia
sering naik turun. Tidak stabil bisa dikarenakan oleh banyak hal, contohnya
saja karena adanya bencana alam, kekeringan, gunung meletus, kerusuhan, boikot,
dan penyakit yang sering terjadi pada hewan ternak. Faktor luar juga sangat
mempengaruhi ekonomi di Indonesia, contohnya naiknya harga minyak dunia.
Permasalahan ekonomi tidak hanya
meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga, monopoli dan
eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi juga
terjadi dalam lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah.
Permasalahan ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak
hanya sebatas itu. Inflasi yang tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor
dan utang luar negeri merupakan beberapa masalah pemerintah dalam bidang
ekonomi makro. Salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia adalah
rendahnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah
satu indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan
negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
melalui tingkat produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan selama satu
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia
sering terkendala masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung pada
modal dari investasi pihak asing untuk menunjang kegiatan ekonominya. Lambatnya
pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan harga
minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah. Kelangkaan disebabkan
menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga
minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik. Akibatnya, daya beli
masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan ekonomi masyarakat.
Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor penting yang
dianggap berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara
diantaranya, tanah dan kekayaan alam, kualitas tenaga kerja dan penduduk,
barang modal dan teknologi, serta sistem dan sikap masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi menjelaskan perkembangan ekonomi, kemajuan ekonomi, kesejahteraan
ekonomi, dan perubahan fundamental ekonomi suatu negara dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan pertambahan pendapatan nasional agregatif atau
pertambahan output serta merepresentasikan adanya peningkatan kapitas produksi
barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah:
-Tanah dan kekayaan alam
-Mutu tenaga kerja dan penduduk
-Barang modal dan tingkat
teknologi
-Sistem sosial dan sikap
masyarakat
Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Meleset
dari Target
Komponen penyumbang ekonomi
kuartal 1 yang hanya tumbuh 47 persen ialah belanja pemerintah yang belum
maksimal rendahnya tingkat konsumsi masyarakat dan pelemahan kinerja ekspor
impor. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2015 hanya
4,7 persen, masih jauh untuk menggapai target yang tercantum dalam APBN-P
sebesar 5,7 persen sepanjang tahun ini. Di antara penyebabnya adalah rendahnya
pertumbuhan konsumsi masyarakat, kinerja ekspor-impor yang buruk, dan belanja
pemerintah yang terhambat. Belanja pemerintah terutama yang dialokasikan untuk
pembangunan infrastruktur belum sepenuhnya bisa digunakan. Penyebabnya,
terdapat revisi APBN-P di akhir 2014 dan perubahan nomenklatur beberapa
kementerian yang belum selesai. Contohnya seperti yang dialami oleh kementerian
PU-Pera.
Kementerian ini memiliki alokasi
anggaran terbesar dalam APBN-P 2015 yaitu Rp 119 triliun. Namun, hingga kuartal
1 2015 hanya terealisasi 1,7%, setara Rp 2,02 triliun. Komponen lain yang
menyebabkan perlambatan ekonomi ialah rendahnya tingkat konsumsi masyarakat.
Kondisi ini merupakan efek domino dari perubahan harga bahan bakar minyak.
Sehingga menyebabkan harga terdaftar seperti tarif listrik dan LPG yang tidak stabil. Selain itu, tingkat
konsumsi melemah juga disebabkan oleh distribusi pasokan barang yang tidak
merata. Sebab lainya, kinerja ekspor-impor yang melambat. Sekilas kinerja
terlihat baik sebab terjadi surplus Rp 2,6 triliun. Namun, angka ini tidak
berasal dari kinerja ekspor yang menguat, melainkan penurunan impor hingga 17,8
persen dibanding periode sama tahun lalu. Dimana penurunan terbesar disumbang
oleh impor bahan baku (-16%) dan barang modal (-10%).
ARTIKEL
Di Balik Rendahnya Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi triwulan I
2015 tercatat 4,71 persen (year on year/yoy), menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya, 5,02 persen (yoy).
Melemahnya ini sejalan dengan berbagai indikator yang memang melemah dalam
beberapa bulan terakhir. Pelemahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015
terutama didorong melemahnya kinerja konsumsi pemerintah dan investasi.
Pelemahan pada konsumsi pemerintah terjadi akibat belum optimalnya penyerapan
belanja. Pada investasi, pelemahan diakibatkan masih adanya sikap wait and see
sektor swasta dan belum berjalannya proyek-proyek pemerintah. Anggaran belanja
infrastruktur pada 2015 sebesar Rp 290 triliun baru dibelanjakan hanya sekitar
Rp 7 triliun.
Di sisi eksternal, kinerja ekspor
menurun sejalan dengan lemahnya permintaan dan turunnya harga komoditas dunia.
Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami penurunan cukup dalam sejalan dengan
melemahnya perkembangan permintaan domestik. Sejumlah pejabat resmi (pemerintah
dan otoritas moneter) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan mulai meningkat
pada triwulan II 2015. Penyebabnya, pengeluaran pemerintah, terutama belanja
modal pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur, diperkirakan meningkat mulai
triwulan II 2015 dan seterusnya. Namun, saya melihat bahwa risiko tidak
tercapainya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen masih sangat besar. Mengapa
? Analisis berikut akan menjelaskannya.
Pada 15 April lalu, IMF kembali
merilis proyeksi ekonomi dunia. Dalam outlook-nya, IMF memproyeksikan ekonomi
dunia 2015 akan tumbuh 3,5 persen, tidak berubah dibanding proyeksi yang dibuat
pada Januari 2015. Faktor harga minyak dan nilai tukar masih akan tetap
menentukan perkembangan ekonomi Indonesia ke depan. Dalam outlook-nya, IMF
masih memproyeksikan pada 2015 ini ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen tidak
berubah dibanding outlook-nya pada Januari lalu. Namun, dalam outlook-nya, IMF
menuntut agar Indonesia memperkuat kredibilitas kebijakan makro ekonomi dan
makroprudensialnya agar mampu mengendalikan pergerakan nilai tukar rupiah. Kinerja harga minyak dan nilai tukar rupiah
memang cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional.
Turunnya harga minyak turut
membantu neraca perdagangan Indonesia. Kinerja neraca perdagangan Indonesia
Januari-Maret 2015 mencatatkan surplus 2,43 miliar dolar AS, meningkat 129
persen dibanding periode yang sama 2014 yang surplus sebesar 1,06 miliar dolar
AS. Peningkatan kinerja neraca perdagangan ini terutama berasal dari menurunnya
impor migas dari sebesar 11,0 miliar dolar AS pada periode Januari-Maret 2014
menjadi sebesar 6,1 miliar dolar AS. Tidak dapat dielakkan bahwa rendahnya
harga minyak berada di balik turunnya impor migas tersebut. Sayangnya,
pelemahan nilai tukar rupiah tidak cukup membantu memperbaiki kinerja neraca
perdagangan Indonesia.
Ekspor Indonesia Januari-Maret
2015 mencapai 39,13 miliar dolar AS, turun dibanding periode yang sama 2014
yang mencapai 44,29 miliar dolar AS. Secara normatif, pelemahan nilai tukar
rupiah seharusnya meningkatkan ekspor. Namun yang terjadi, pelemahan rupiah
tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena permintaan yang berkurang dan
harganya jatuh. Akibatnya, pengaruh positif dari pelemahan rupiah ini tidak
terlalu kuat dibanding dengan turunnya permintaan dan jatuhnya harga.
Secara mikro dampak pelemahan
nilai tukar rupiah dan harga minyak ini juga sudah terlihat. Beberapa
perusahaan (terutama BUMN) yang bergerak di sektor energi sangat tertekan
kinerjanya. Turunnya harga minyak (termasuk gas dan batu bara) telah
menyebabkan kinerja ekspor dan penjualan mereka tertekan. Di sisi lain,
pelemahan nilai tukar rupiah telah menyebabkan mereka mengalami kerugian
signifikan akibat selisih kurs.
Berbagai kondisi inilah yang
menyebabkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 tidak akan mencapai
seperti ekspektasi pemerintah. Terlebih lagi, perekonomian kita masih menghadapi
masalah struktural yang belum kunjung terpecahkan. Joseph E Stiglitz, pemenang
Nobel ekonomi belum lama ini, mengatakan, “You will have stronger growth if you
reduce inequality”. Itu artinya, dengan tingkat rasio ketimpangan (Gini ratio)
sebesar 0,41 (terburuk sejak Indonesia
merdeka), memang sulit kita berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tinggi.
Menurut kelompok kami mengenai
artikel dengan topik rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia hasilnya adalah
Pelemahan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan I 2015 terutama didorong melemahnya kinerja konsumsi pemerintah
dan investasi. Pelemahan pada konsumsi pemerintah terjadi akibat belum
optimalnya penyerapan belanja. Pada investasi, pelemahan diakibatkan masih
adanya sikap wait and see sektor swasta dan belum berjalannya proyek-proyek
pemerintah. Di sisi eksternal, kinerja ekspor menurun sejalan dengan lemahnya
permintaan dan turunnya harga komoditas dunia. Sementara itu, pertumbuhan impor
mengalami penurunan cukup dalam sejalan dengan melemahnya perkembangan
permintaan domestik. Turunnya harga minyak (termasuk gas dan batu bara) telah
menyebabkan kinerja ekspor dan penjualan mereka tertekan. Di sisi lain,
pelemahan nilai tukar rupiah telah menyebabkan mereka mengalami kerugian
signifikan akibat selisih kurs. Berbagai kondisi inilah yang menyebabkan
outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 tidak akan mencapai seperti
ekspektasi pemerintah. Cara mengatasi masalah pertumbuhan & pembangunan
ekonomi di indonesia
-Meningkatkan mutu pendidikan
yang layak kepada masyarakat.
-Pemberantasan Korupsi
-Membuka usaha mandiri
-Mengatasi pengangguran
IMF menuntut agar Indonesia
memperkuat kredibilitas kebijakan makro ekonomi dan makro prudensialnya agar
mampu mengendalikan pergerakan nilai tukar rupiah. Kinerja harga minyak dan nilai tukar rupiah
cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional serta turunnya harga minyak
turut membantu neraca perdagangan Indonesia.
Comments
Post a Comment