Makalah Asmaul Husna Al-Karim
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Arti Al-Karim Secara Rinci
1.2 Pengertian Al-Karim
1.3 Al-Karim Sebagai Teladan Kita
Semua
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semua yang ada di alam ini
merupakan ciptaan (makhluk) Allah SWT. Allah SWT mempunyaisifat-sifat yang
agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-Nya. Oleh
karena itu,semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya. Namun.
sifat-sifatAllah SWT tersebut tidak hanyatergambar dalam sifat wajib-Nya,
melainkan juga dari nama-nama baik yang menyertai-Nya (Asma’ulHusna).
Firman Allah SWT dalam QS Al
Hasyr ayat 24 : “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang
Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan
Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Apabila seseorang menyatakan diri
mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan dari seberapa sering ia
menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan menyebut
kalimat¬kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT dalam Asmaul Husna.
Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Alquran :
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu.”(QS. Al A’raaf : 180)
Berdasarkan ayat di atas, kita
diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yang terhimpun dalam
Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaiknya didahului dengan
menyebutnama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan
untuk menyebut-Nya denganAsmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa
kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu.Dengan memuji nama-Nya
terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar.
Dalam salah satu haditsnya,
Rasulullah menjelaskan : “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai sembilan puluh
sembilan nama, seratus kurang satu,barang siapa yang menghafalkannya, maka ia
akan masuk surga” (HR. Bukhari)
Hal ini menunjukkan apabila kita
mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh-sungguh,menghafal, kemudian memahami
maknanya serta beribadah kepada Allah maka akan menjadi penguatiman yang paling
besar, bahkan mengenal Asma` dan sifat-Nya merupakan dasar iman, di mana iman
seseorang itu kembali kepada dasar yang agung ini
1.2 Rumusan Masalah
Pada kesempatan kali ini, kami
akan menjelaskan secara rinci salah satu Asmaul Husna, yaitu Al Karim. Penjelasan yang akan kami bahas
diantaranya :
- Apa itu Asmaul Husna?
- Apa arti Al-Karim secara rinci?
- Apa pengertian Al Karim?
- Apa keutamaan dan makna yang
termuat dari Asmaul Husna Al-Karim
- Apa saja yang dapat diteladani
dengan memahami makna Al Karim
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Asmaul Husna
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna
(bahasa Arab: أسماء الله الحسنى, asmāʾ allāh al-ḥusnā) adalah nama-nama
Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau
yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi
indah.
Sejak dulu para ulama telah
banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah
alamat kepadaDzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul
perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang
jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut
nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan
suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200,
bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah
hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang
beriman seperti Nabi Muhammad.
Asma'ul husna secara harfiah
adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan
sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu
kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa
kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat
Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada
satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat
mengerti dengan hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan
berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang
sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami
keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat
dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat
Al-Ikhlas.
"Katakanlah: "Dia-lah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)
Para ulama menekankan bahwa Allah
adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran
mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan demikian, Allah Yang
Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang Memiliki Maha Dekat. AllahMemiliki
Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat-sifat Allah
dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu nama-nama, sebutan atau gelar
yang baik.
1.2 Arti Al-Karim Secara Rinci
Secara bahasa, Al-Karim mempunyai
arti Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara
istilah, al-karim diartikan bahwa allah SWT Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah
yang memberi anugrah atau rezeki kepada semua makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai
sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi Nikmat
dan Keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan
firmanya :
Q.S Al-Infitar : 6
يَا
أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ
الْكَرِيمِ
Artinya : “Hai manusia, Apakah
yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha
Pemurah?
1.3 Pengertian Al-Karim
Al Karim ialah Dzat yang banyak
memberi dan berbuat baik tanpa diminta. Berbeda dengan As-Sakhiy (dermawan)
yang suka memberi karena diminta. Atas dasar inilah, Allah memberikan nama-Nya
dengan Al-Karim, bukan As-Sakhiy. Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Karim
artinya ialah jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia
menepati; dan jika memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak peduli
berapa banyak ia memberi dan kepada siapa ia memberi. Jika timbul kebutuhan
kepada selainnya, ia tidak rela. Dia tidak menyia-nyiakan orang yang berlindung
atau menyerahkan diri kepadanya, dan dicukupkannya orang itu dari perantara dan
pembela lain. Tidak ada yang memiliki sifat-sifat ini selain Allah SWT.
1.4 Makna yang mendalam dari pengertian
Al-Karim
Al-Azhari rahimahullah
mengartikannya dengan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan
nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, amat
pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan”. al-Karîm adalah nama yang mencakup
segala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm (Maha Mulia)
amat terpuji segala perpuatan-Nya.[3]
Ibnu Manzhûr rahimahullah
menjelaskan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya.
Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi pemberi.
Pemberian-Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak.
al-Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama
ini juga menghimpun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama
al-Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-Nya, Rabb
yang memiliki ‘Arsy yang mulia lagi agung”[4].
Jika kita mencermati nama
al-Karîm dalam al-Qur’ân, nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini terulang
sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-Naml/27:40:
فَلَمَّا
رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ
فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ
أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا
يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata:
“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar,
maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Tempat kedua, dalam surat
al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا
أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ
الْكَرِيمِ
“Hai
manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang
Maha Pemurah”.
Pada ayat surat an-Naml di atas,
Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan Nabi Sulaiman Alaihissalam
saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya. Pemberian Allah
Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syukurnya
pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu,
ayat ini ditutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha
Kaya) dan al-Karîm (Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal
ayat tersebut. Siapa saja yang mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan
menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena Allah Maha Kaya. Sebaliknya,
barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi kekayaan Allah Azza
wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat balasan dari
al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang
tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi
mereka. Hal ini seperti termaktub dalam firman Allah:
إِنْ
تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ
عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ
الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ
لَكُمْ
“Jika
kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Dia
tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya
Dia meridhai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7]
Barangsiapa bersyukur,
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa
mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya lagi
Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi
karena Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah).
Adapun pada ayat surat
al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia, apa yang membuat
mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah Azza wa Jalla.
Padahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat
bagi mereka. Karena Allah bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia.
Tidaklah pantas manusia berlaku demikian, karena Allah al-Karîm (pemurah)
terhadap mereka.
Al-Karîm adalah yang mulia dalam
segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikannya, baik ketika diminta
maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa
Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya:
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia
dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla.
Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia
dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya
sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha
Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa
Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai
hikmah yang luas.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata, “Nama Allah al-Karîm mencakup makna kedermawanan, juga
makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna kelembutan dan memberi kebaikan”.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Secara global, makna al-Karîm adalah dzat yang suka memberi kebaikan
yang banyak dengan amat mudah dan gampang. Lawannya, orang pelit yang amat
sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan”
Diantara makna al-Karîm, Allah
Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang
mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada
makhluk adalah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.
Kemudian, sebagai (cermin) sifat
karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan
kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam
menunaikan kewajiban kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriringan dengan
nama Allah al-‘Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ
عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ
الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا
قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ
عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha , ia
berkata: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika seandainya aku mengetahui malam
Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau bersabda: “Ucapkanlah: Ya Allah
sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf,
maka ampunilah aku”. [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]
Disamping itu, jika seseorang
bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla menghapus dosanya dan
menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِلَّا
مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ
عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” [al-Furqân/25:70]
Begitu juga, sebagai cermin
karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tanpa pernah terhenti
pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَلَمْ
تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ
لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ
عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
“Tidakkah
kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin” [Luqmân/31:20]
Demikian pula sebagai bentuk
karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari semenjak pertama meskipun
tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَكَأَيِّنْ
مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا
اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan
berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah yang
memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. [al-‘Ankabût/29:60]
Sebagai cermin sifat karom-Nya
yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai kebaikan tanpa mengharap
pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat
Maha Pemurah secara mutlak. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
مَا
أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا
أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو
الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Aku
tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki
Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58]
Termasuk pula dalam makna
al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk meminta
kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka. Bahkan
memberitakan mengenai pemberian lain diluar permintaan mereka tersebut.
Sebaliknya, akan marah kepada orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah
itu Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan
Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60]
Jadi intinya, pengertian nama
al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta
keutamaan.
Orang yang masih dalam perjalanan
sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. Dia terpesona melihat
keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar
untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulkan
harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya.
Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai
atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan
malaikat-malaikat.
Maksud dan tujuannya tidak
berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi dalam mencapai maksud itu sudah
diselit dengan harapan kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawakal dan
berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat ini menariknya supaya berpegang kepada
al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan orang
berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat
melepasi al-Karim.
Nama ini memberi pengertian
istimewa tentang Allah SWT Al-Karim bermaksud:
1. Allah SWT Maha Pemurah.
2. Allah SWT memberi tanpa
diminta.
3. Allah SWT memberi sebelum
diminta.
4. Allah SWT memberi apabila
diminta.
5. Allah SWT memberi bukan kerana
permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan
hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
6. Allah SWT memberi lebih baik
daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7. Allah Yang Maha Pemurah tidak
kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak diberi-Nya dan kepada
siapa Dia memberi.
Paling penting, demi kebaikan
hamba-Nya sendiri, Allah SWT memberi dengan bijaksana, dengan cara yang paling
baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang
menerimanya.
1.5 Teladan dari Makna Al-Karim
Selanjutnya, berikut ini beberapa
pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui dan memahami makna nama Allah
Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara ini merupakan tujuan yang sesungguhnya bagi
seorang muslim ketika memahami nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar
nama al-Karîm benar-benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan
perbaikan ibadah dan akhlak seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan memahami makna nama Allah
Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dalam diri
seorang muslim, diantaranya:
1. Menanamkan sifat mulia dalam
diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencintai orang yang bersifat
mulia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah
berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah orang yang
mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifat-sifat
Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla
mencintai orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya”[10] .
2. Menanamkan sifat pemurah dalam
diri seorang muslim. Karena diantara makna al-Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu
Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pemurah. Dan Allah Azza
wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirman:
هَا
أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ
يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ
الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ
قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا
أَمْثَالَكُمْ
“Ingatlah,
kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah.
Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia
hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling
niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan
seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38]
3. Menumbuhkan rasa cinta yang
dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jalla . Karena Allah Azza
wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat tanpa batas
kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab
Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-Qur’ân adalah kalam Allah
Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaikat yang mulia
kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan
malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril. Barang
siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa
Jalla berfirman :
مَنْ
كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ
وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ
لِلْكَافِرِينَ
“Barang
siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril
dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”.
[al-Baqarah/2:98]
6. Wajibnya mencintai para rasul
Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seorang diantara mereka,
maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan ayat di atas.
7. Menumbuhkan sifat suka
memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf,
karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu
berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla Maha Pemurah
terhadap hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla malu mengembalikan tangan hamba yang
diangkat saat berdoa dalam keadaan kosong. Karena nama Allah al-Karîm
bergandengan dengan nama Allah Azza wa Jalla al-Hayiyyu sesuai dengan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
إِنَّ
اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي
إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ
يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
خَائِبَتَيْنِ.
“Sesungguhnya
Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila seseorang mengangkat kedua
tangannya kepada-Nya mengembalikannya dalam keadaan kosong lagi merugi”. [HR.
Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albâni]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menghafal kata-kata Asma’ul Husna
amat besar faedahnya bagi Umat Islam dan berpahala membacanya bila dilandasi
keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dari itu, memahami dan makrifat
terhadap makna hakiki yang terkandung di dalamnya akan membawa kearah
pengalaman dan penghayatan, atau dengan kata lain mendarah daging.
Saran
Beribadahlah kepada Allah
berdasarkan Asma`ul Husna ini. Karena
DiaMaha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar,
beribadah dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai umat Muslim sudi kiranya
Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”,atau mampu melaksanakan
kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami
maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itusemua insya Allah dapat memperoleh
curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/2718-penjabaran-makna-nama-allah-azza-wa-jalla-al- karim.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/02/asmaul-husna-al-karim-dan-penjelasannya.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/09/al-karim-yang-maha-mulia- dermawanatau.html
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/asmaul-husna-al-karim.html
http://rahmarosalianas.blogspot.co.id/2014/10/makna-asmaul-husna-al-kariim-al-mumin.html
Comments
Post a Comment