HUBUNGAN EKONOMI BUDAYA POLITIK DENGAN PARIWISATA


A. manusia sebagai sosial budaya
Hakekat Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal dan pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Manusia dikatakan makhluk sosial karena :
-Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
-Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
-Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
-Potensi manusia akan berkembang bila manusia hidup ditengah-tengah manusia.

Hakekat Manusia sebagai Makhluk Budaya
Manusia sebagai makhluk berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakekatnya adalah sesuatu yang baik, benar, dan adil, maka hanya  manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar “Manusia Berbudaya”.
-Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh umat manusia.
-Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar.
-kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Rumusan masalah:
-Mengapa Manusia disebut sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya?
-Apakah definisi manusia sebagai makhluk sosial dan budaya?
-Bagaimanakah perwujudan masyarakat Indonesia sebagai makhluk sosial yang berbudaya
Pembahasan
-Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya
-Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi          jasmani maupun potensi rohani serta potensi lainnya.
-Manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi :
-Kesadarann akan ketidakberdayaan manusia bila seorang diri.
-Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
-Penghargaan akan hak-hak orang lain.
-Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial hendaknya manusia memiliki kepribadian. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang dibangun oleh perasaan, pengetahuan, dan dorongan.

Manusia Sebagai makhluk sosial
Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai makhluk sosial (ditengah keluarganya). Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta.
Meskipun banyak spesies berprinsip  manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari  yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan, serta  identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.



Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera.      Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

B. hubungan ekonomi budaya politik dengan pariwisata
PARIWISATA
Budaya sangat erat kaitannya dengan pariwisata. Mengapa demikian ? karena bisa kita lihat dari definisi Budaya yang merupakan simbol masyarakat sekitar yang di dalamnya terdapat makna yang mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta, karya manusia. Sedangkan Pariwisata merupakan rangkaian perjalanan yang di lakukan oleh seseoarang atau kelompok orang diluar tempat tinggalnya yang bersifat sementara untuk berbagai tujuan (seperti berlibur, menikmati keindahan alam dan budaya, bisnis, dll). Kemudian dari pengertian masing – masing diatas dapat kita ketahui bahwa hubungan antara Budaya memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya dengan Pariwisata.
Adanya Budaya di tempat pariwisata itu akan dapat memberikan nilai lebih bagi wisatawan yang datang untuk berkunjung ke tempat tersebut. Sehingga dapat juga kita simpulkan bahwa pariwisata budaya merupakan aktivitas pertukaran informasi dan simbol – simbol budaya yang di dalamnya terdapat tempat, tradisi, kesenian, upacara, dan identitas yang lainnya yang terdapat di tempat tersebut untuk dapat dinikmati oleh setiap wisatawan yang datang berkunjung.
Hubungan Budaya dengan Pariwisata
Budaya sangat mempengaruhi prospek dari kegiatan pariwisata, budaya mencerminkan keadaan sosial dan alam suatu wilayah yang akan menjadi destinasi pariwisata. Budaya Indonesia misalnya, budaya Indonesia sangat beragama, maka dari itu keragaman budaya Indonesia menjadikan daya tarik tersendiri untuk para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Budaya tidak akan pernah lepas dengan pariwisata ,karena budaya ada sangkut pautnya dengan pariwisata yaitu tanpa adanya budaya kegiatan pariwisata tidak akan menarik lagi , akan terasa hambar dikarenakan budayalah yang menarik perhatian para wisatawan tersebut . dengan adanya budaya jugalah mereka mengetahui seluk beluk serta kebiasaan daerah yang mereka kunjungi dan apabila ada budaya yang menurut mereka unik akan memberi rasa puas tersendiri untuknya . sehingga mereka akan didorong rasa ingin tahu untuk mengunjungi negara-negara yang memiliki budaya yang khas contohnya seperti di Indonesia.
budaya dan pariwisata saling memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. dengan budaya yang dimiliki oleh daerah-daerah tertentu, maka aspek pariwisata akan berkembang melalui kebudayaan itu sendiri. dimana aspek pariwisata juga bberperan terhadap kebudayaan. dengan adanya pariwisata maka keanekaragaman kebudayaan khususnya di Indonesia akan dapat secara luas di kenal oleh masyarakat domestik maupun mancanegara, sehingga dapat menambah devisa negara.
Pariwisata sendiri bertujuan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Pengembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Pariwisata itu sangat bergantung pada budaya yang dimiliki setiap daerah. Seperti halnya Indonesia yang memiliki berbagai ragam kebudayaan. Misalnya sebuah tarian, sejarah suat tempat, Rumah adat, candi, prasasti, kebiasaan masing – masing daerah, dsb. Unsur – unsur kebudayaan itulah yang harus ditonjolkan dan harus digali lebih dalam laggi. Karena itu akan berdampak pada besar kecilnya prosentase angka wisatawan yang berkunjung untuk berwisata ke Indonesia. Semakin banyak budaya yang ada di Indonesia, semakin banyak pula Tourism yang berwisata ke Indonesia.
Pariwisata dan budaya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, diantara keduanya membentuk hubungan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme). Pariwisata tanpa adanya budaya dari masyarakat hanya akan menjadi suatu kegiatan “jalan-jalan” biasa, sehingga dalam perkembangannya bisa saja periwisata di daerah tersebut tidak dapat berkembang karena terlalu monoton. Begitu juga dengan budaya, budaya tidak akan bisa diketahui oleh masyarakat luas tanpa adanya kegiatan pariwisata. Budaya di suatu daerah bisa menjadi suatu ikon pariwisata yang akan menjadi daya tarik wisata. Jadi hubungan diantara pariwisata dan budaya bisa menimbulkan berbagai keuntungan, yaitu meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja , budaya di daerah tersebut semakin terkenal di mata nasional maupun internasional, dan secara tidak langsung budaya di daerah tersebut bisa semakin lestari.
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu (Spillane,1987:21).
Dalam teori evolusionisme multilinier mengemukan bahwa proses perkembangan berbagai kebudayaan itu memperlihatkan adanya beberapa proses perkembangan yang sejajar. Kesejajaran itu terutama nampak pada unsur yang primer sedangkan unsur kebudayaan yang sekunder tidak nampak perkembangan yang sejajar dan hanya nampak perkembangan yang khas. Proses perkembanan yang tampak sejajar mengenai beberapa unsur kebudayaan primer disebabkan oleh karena lingkungan tertentu memaksa terjadinya perkembangan ke arah tertentu.
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap budaya lokal, dimana terlihat pada pariwisata dapat memacu motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, Dapat mengetahui budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain yang di hasilkan oleh masyarakat lokal. Dan berpengaruh negatif, yang terlihat pada maysyarakat yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola hidup instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan kerajinan modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan kerajinan tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.
EKONOMI DAN PARIWISATA
Hubungan Ekonomi dengan Pariwisata
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Industri pariwisata menghasilkan manfaat ekonomi yang besar baik bagi Negara tuan rumah, maupun Negara asal para turis. Salah satu motivasi utama sebuah Negara mempromosikan dirinya sebagai Negara dengan tujuan wisata adalah timbul kemajuan dalam ekonomi, terutama bagi Negara-negara berkembang. Bersamaan dengan dampak lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga terjadi dengan berbagai keuntungan dan kerugian. Dapak besar pariwisata terlihat dari data World Tourism Organization, pada tahun 2000, 698 juta orang melakukan perjalanan ke luar negeri dan menghabiskan lebih dari 478 juta US dollar. Gabungan dari pendapatan pariwisata internasioanl dengan pendapatan transportasi maka menghasilkan lebih dari 575 juta US dollar, yang membuat pariwisata menjadi penghasil ekspor terbesar di dunia diikuti oleh produk otomotif, bahan kimia, minyak bumi, dan makanan. Namun, banyak kerugian tersembunyi dari pariwisata yaitu, adanya dampakdampak pada ekonomi yang tidak diharapkan oleh penduduk setempat. Seringkali keuntungan pariwisata sebuah Negara maju lebih tinggi dari Negara berkembang. Padahal Negara berkembang lebih membutuhkan pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat pariwisata. Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai alasan muncul antara lain, karena adanya transfer besar-besaran pendapatan pariwisata dari Negara tuan rumah, kemudian kurang diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri.
Sisi Negatif Pariwisata di Bidang Ekonomi • Leakage Leakage (kebocoran) dalam dunia pariwisata berarti pendapatan yang dihasilakan oleh pariwisata suatu Negara yang hilang atau terpakai untuk keuntungan Negara lain. Leakage terjadi melalu 6 mekanisme berbeda, yaitu: a. Barang dan Jasa Banyak Negara harus membeli barang dan jasa demi memuaskan pengunjungnya. Ini juga termasuk dengan bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut, misalnya cendra mata. Hal ini merupakan masalah yang signifikan, karena beberapa Negara harus mengimpor kurang lebih 50% dari Negara lain untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. b. Infrasruktur Banyak Negara yang tidak mempunyai kemampuan domestic untuk melakukan pembangunan yang berhubungan dengan pariwisata, seperti hotel, Bandar udara, dan lainnya. Akibatnya Negara harus mengunakan kemampuan Negara asing yang berujung pada leakage. c. Faktor Produksi Luar Negeri Negara-negara kecil seringkali membutuhkan investasi Negara asing untuk memulai usaha pariwisata mereka. Dengan demikian, keuntungan pariwisata bisa berkurang dan menjadi milik investor asing.
Kepentingan Promosi Banyak Negara menghabiskan sejumlah uang untuk iklan dan promosi. Lewat iklan dan promosi-promosi dapat meningkatkan volume turis yang berkunjung ke Negara. Namun juga merupakan kerugian karena harus mengeluarkan biaya ke pasar Negara luar. e. Transfer Harga Banyak perusahaan asing yang memanipulasi harga produk mereka untuk mengurangi pajak dan kewajiban lainnya. Di Negara-negara berkembang, banyak investor asing yang terlibat dalam industri pariwisata yang melakukan hal ini sehingga mengurangi pendapatan Negara. f. Pembebasan Pajak Negara dengan industri pariwisata yang kecil mungkin harus memberikan pembebasan pajak atau penawaran lain untuk menarik para investor. Meskipun hal ini dapat meningkatkan pariwisata Negara, namun dapat menjadi sumber kerugian bagi Negara.
Sebuah studi pariwisata mengenai leakage di Thailand memperkirakan bahwa 70% dari total uang yang dihabiskan wisatawan di sana, akhirnya tidak menjadi milik Thailand karena diambil oleh biro perjalanan asing, maskapai penerbangan, perusahaan makanan dan miuman impor, serta hotel. Kebocoran ini tidak hanya terjadi pada Negara berkembang. Negara maju seperti Australia juga mengalami leakage akibat pendatang dari Jepang. Meskipun mereka merupakan pendatang terbanyak ke Australia, namun biasanya mereka datang lewat biro perjalanan Jepang, mengunakan hotel milik Jepang, dan usaha-usaha lainnya. Sebagai akibat dari efek leakage, industri pariwisata di negara maju sering jauh lebih menguntungkan per dolar yang diterima dari pariwisata di negara-negara yang lebih kecil. Kepulauan, khususnya, menderita kebocoran yang signifikan. Di negara-negara seperti Turki dan Inggris, manfaat bagi ekonomi dari pariwisata adalah dua kali jumlah dolar yang dibelanjakan oleh wisatawan. Di tempat-tempat yang lebih kecil, seperti Mikronesia dan Polinesia, untung yang diperoleh adalah setengah jumlah dolar yang dihabiskan. Beberapa lokasi telah berhasil meniadakan pengaruh leakage hampir seluruhnya. New York City mengklaim bahwa mereka menghasilkan tujuh dolar bagi perekonomian lokal per dolar yang dihabiskan oleh wisatawan. Bagi banyak Negara, sumber kebocoran(leakage) tidak dapat dihindari. Hotel dan maskapai penerbangan asing sangat dibutuhkan bagi pariwisata. Namun, dengan mendorong keterlibatan dalam negeri dalam industri pariwisata, dapat mengurangi kebocoran. Negara juga dapat membatasi penggunaan mata uang asing, mengurangi efek dari transfer harga, dan sebagainya. Misalnya, suatu Negara mengharuskan pengunjung untuk memiliki sejumlah uang Negara tersebut sebelum masuk.
Enclave Tourism Yang dimaksud dengan enclave tourism adalah tujuan wisata yang mengatur wilayahnya sedemikian rupa, sehingga wisatawan dapat memenuhi seluruh keinginannya di situ tanpa pergi mengunjungi wilayah lain. Contohnya Sun and Sand Resort di Karibia. Bisnis lokak sering mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan lewat paket liburan. Dengan menyediakan berbagai fasilitas untuk memenuhui kebutuhan pelanggan, mereka dapat membuat pelanggan betah untuk tinggal di lokasi mereka, misalnya resort atau kapal pesiar. Sayangnya, dengan begitu, tidak banyak kesempatan bagi masyarakat lain untuk memperoleh pendapatan dari para turis. The Organization of American States (OAS) mengadakan survey di industri pariwisata Jamaika, hasilnya adalah industri yang tergolong enclave tourism mendapatkan pendapatan terbesar, yang berdampak pada berkurangnya pendapatan bagi akomodasi lainnya. Industri kapal pesiar juga menjadi contoh lain bagi enclave tourism. Pada tahun 1999, total penumpang kapal pesiar secara internasional adalah 8,7 juta orang. Itu tidak termasuk kapal pesiar yang melewati sungai. Pada banyak kapal, terutama di Karibia (tujuan pelayaran yang paling populer di dunia dengan 44,5% dari penumpang kapal pesiar), tamu didorong untuk menghabiskan sebagian besar waktu dan uang mereka di atas kapal, dan kesempatan untuk menghabiskan di beberapa pelabuhan atau persinggahan kerap dibatasi.
Dampak Negatif Lainnya a.Biaya Infrastruktur Pengembangan pariwisata dapat menyebabkan pemerintah dan pembayar pajak setempat mengeluarkan uang yang lebih banyak. Pengembangan fasilitas seperti tempat-tempat hiburan, hote, bandara, dan juga penawaran-penawaran yang digunakan untuk menarik investor, menggunakan biaya yang sangat besar. Dengan demikian, pemerintah pada akhirnya mengurangi anggaran pada bidang-bidang penting lainnya, seperti kesehatan dan pendidikan. b.Kenaikan Harga Peningkatan permintaan untuk layanan dan barang dari wisatawan akan menimbulkan kenaikan harga yang berpengaruh negatif terhadap penduduk lokal yang pendapatan tidak meningkat secara proporsional. San Francisco State University study Belize menemukan bahwa, sebagai konsekuensi dari pengembangan pariwisata, harga untuk penduduk setempat meningkat sebesar 8 % . Pengembangan Pariwisata dan kenaikan terkait permintaan real estate dapat secara dramatis meningkatkan biaya bangunan dan nilai tanah . Hal ini tidak hanya membuat masyarakat lokal kesulitan, terutama di negara berkembang, untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sehari-hari, juga dapat mengakibatkan dominasi oleh orang asing di pasar tanah dan migrasi yang mengikis kesempatan ekonomi bagi penduduk setempat. Di Kosta Rika , hamper 65 % dari hotel yang aada merupakan milik asing.
Ketergantungan Ekonomi Masyarakat Setempat pada Pariwisata Diversifikasi dalam suatu perekonomian memang baik, namun jika suatu negara atau wilayah tergantung untuk kelangsungan ekonomi pada satu industri, dapat menempatkan tekanan besar terhadap industri ini serta orang yang terlibat untuk melakukan dengan baik . Banyak negara , khususnya negara berkembang dengan sedikit kemampuan untuk mengeksplorasi sumber daya lainnya, telah menggunakan pariwisata sebagai cara utama untuk meningkatkan perekonomian . Di Gambia , misalnya, 30 % dari tenaga kerja langsung maupun tidak langsung bergantung pada pariwisata. Sebenarnya, bergantung pada pariwisata bukan merupakan solusi yang cukup baik, apalagi dalam perekonomian, karena sangat beresiko. Bencana alam seperti gempa bumi atau puting beliung, dapat merusak sumber pariwisata. Sehingga bergantung pada pariwisata bukan satu-satunya jalan. d. Jenis Pekerjaan Musiman Masalah yang dihadapi pekerja musiman adalah: Ketidakamanan pekerjaan (sekaligus pendapatan). Tidak ada jaminan pekerjaan dari satu musim ke musim berikutnya. Kesulitan dalam mendapat pelatihan, tunjangan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta pengakuan atas pengalaman mereka.
Sisi Positif Pariwisata di Bidang Ekonomi • Menghasilkan Devisa Negara Pengeluaran pariwisata menghasilkan pendapatan bagi perekonomian Negara tuan rumah dan dapat merangsang investasi yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Beberapa negara berusaha untuk mempercepat pertumbuhan ini dengan mengharuskan pengunjung untuk membawa sejumlah mata uang asing saat mereka berkunjung. Indikator penting dari peran pariwisata internasional adalah pembangkit penghasilan devisa Negara. • Kontribusi Pendapatan Pemerintah Kontribusi langsung diperoleh dari pajak penghasilan pekerja pariwisata, dan pebisnis pariwisata. Serta secara langsung dari para turis lewat pajak keberangkatan. Kontribusi tidak langsung diperoleh dari pajak dan pungutan wajib barang dan jasa yang disediakan untuk turis. WTO memperkirakan, keseluruhan pajak langsung, tidak langsung, dan pajak personal pada tahun 1998 adalah sejumlah 800 miliar US dollar dan menjadi dua kali lipat pada tahun 2010.
Peningkatan Lapangan Kerja Perluasan yang cepat dalam sektor pariwisata telah meningkatkan jumlah lapangan kerja. Contohnya, pada tahun 1995, akomodasi hotel saja telah mempekerjakan 11.3 juta pekerja di seluruh dunia. Pariwisata dapat menghasilkan pekerjaan secara langsung lewat hotel, restoran, took cendra mata, dan sebagainya. Pariwisata juga menghasilkan pekerjaan secara tidak langsung lewat penyedia barang dan jasa yang dibutuhkan untuk kepentingan bisnis pariwisata. Secara keseluruhan, pariwisata menyumbang 7% lapangan pekerjaan di seluruh dunia. • Pendorong Investasi Infrastruktur Pariwisata dapat mendorong pemerintah local untuk mengembangkan infrastruktur seperti, jalan raya, air bersih, listrik, dan sebagainya. Dengan meningkatnya fasilitas pariwisata, secara otomatis juga meningkatkan kualitas hidup bagi penduduk setempat. • Kontribusi bagi Ekonomi Lokal Karena lingkungan adalah aset dasar dari industri pariwisata, pendapatan pariwisata sering digunakan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari wilayah yang dilindungi. Selain itu, pendapatan pariwisata juga dihasilkan lewat pekerja informal (contohnya: pedagang kaki lima, pramuwisata informal, pengemudi becak). Sisi positif dari pekerja informal adalah, akan ada pendapatan bagi masyarakat setempatyang terlibat dalam pariwisata.
Hubungan periwisata dengan aspek ekonomis, pariwisata dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, jika di dalam industri tertentu ada suatu produk tertentu, di dalam industri pariwisata yang disebut produk tertentu tersebut adalah kepariwisataan itu sendiri. Seperti halnya di suatu industri ada konsumen, ada permintaan, ada penawaran, dimana produsen mempunyai tugas untuk menghasilkan suatu produk agar dapat memenuhi permintaan. Pada industri pariwisata konsumen yang dimaksud adalah wisatawan. Wisatawan mempunyai kebutuhan dan permintaan-permintaan yang harus dipenuhi dan pemenuhan kebutuhan tersebut dengan sarana uang.
Pariwisata merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam ekonomi. Secara mikro dijelaskan perkembangan pariwisata meningkatkan pendapatan daerah setempat. Munculnya komunitas pedagang di sekitar lokasi untuk menambah pendapatan dan meningkatkan jumlah pengunjung, karena merupakan salah satu fasilitas yang tersedia dan mudah dijangkau.

POLITIK DAN PARIWISATA
Hubungan Politik dengan Pariwisata
Mengapa politik dikatakan berpengaruh terhadap pariwisata dan perekonomian?
Dalam dunia politik, suatu negara sangat terikat dengan hubungan kerjasama antar negara. banyak negara yang menjalin hubungan kerjasama dalam hal pariwisata. sehingga keadaan politik dapat mempengaruhi dunia pariwisata. sedangkan pariwisata merupakan pendapatan terbesar negara. sehingga perekonomian negarapun terpengaruhi bila perkembangan pariwisata terhambat oleh kondisi polik tak mendukung. butuh keseimbangan antara politik dengan pariwisata bila perekonomian ingin meningkat.
Ada beberapa perilaku wisatawan yang perlu dicermati dalam bisnis. Pertama adalah mereka ingin menikmati alam, keindahannya, panorama pantai, gunung, dan danau. Kedua selain hal tersebut mereka akan menggunakan waktunya juga untuk menikmati kreasi budaya (culture) dan peninggalan bersejarah di suatu daerah tertentu dan negara tertentu.
Perilaku wisatawan perlu menjadi perhatian karena strategi pengembangan pariwisata bermula dari hal tersebut. Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka wewenang untuk mengembangkan wisata menjadi terletak di daerah dan tidak terpusat di Jakarta saja. Ada otonomi untuk mengembangkan pariwisata di daerah masing-masing. Daerah dapat mempromosikan sendiri wilayahnya untuk menjadi tujuan wisata sesuai dengan keunggulan daerahnya masing-masing. Keadaan pariwisata akan mempengaruhi bisnis perhotelan di Indonesia.
Kondisi politik yang tenang dan stabil merupakan prasyarat perkembangan usaha dan bisnis. Dalam kondisi yang tidak aman dan nyaman untuk investasi tentu saja investor tidak akan datang. Hal ini sejalan dengan kondisi wisatawan manca negara. Keamanan suatu daerah atau negara dana stabilnya kondisi politik akan mendukung kedatangan dan hadirnya wisatawan.
saat kepemimpinan orde baru dengan keadaan politik relatif stabil sampai dengan tahun 1998, maka jumlah kunjungan wisatawan juga stabil tanpa ada penurunan. Akan tetapi pada saat kondisi politik yang chaos pada masa terjadinya kerusuhan massal tahun 1998, banyak wisatawan membatalkan kunjungannya ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia sehingga terjadi konstraksi pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia.
Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan betapa kondisi politik dalam negeri yang baik disertai dengan tingkat keamanan yang memadahi maka akan mempengaruhi perkembangan bisnis pariwisata dan bisnis turunannya seperti hotel, restoran dan jasa transportasi.

C. hubungan pariwisata dengan ekonomi kreatif
Mari Elka Pangestu merupakan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini. Mari menjelaskna kalau kerajinan tangan, seni pertunjukan dan kuliner merupakan hasil dari ekonomi kreatif. Untuk meningkatkan ekonomi pariwisata Mari memakai prinsip TTI, Tourism,-Trade-Investment. Dengan contoh sederhana, jika seseorang berwisata ke Indonesia kemudian menyukai pakaian batik indonesia dia akan membeli dan membawa pulang batik tersebut kenegaranya sebagai oleh-oleh dan memperkenalkan ke orang-orang di negaranya. Kemudian batik tersebut ditanggapi dengan positif, dan si wisatawan tersebut mulai berfikir untuk berinvestasi di indonesia.
Itulah erat kaitannya dunia pariwisata dengan peningkatan perekonomian bangsa, apalagi ditunjang dengan perkembangan ekonomi kreatif.

D. Mengetahui kebudayaan di daerah pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping sektor migas.
Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II Pasal 3, yang menyebutkan “Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan “industri pariwisata” dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahtraan masyarakat dan Negara” (Yoeti, 1996: 151).
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, dikatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah:
(1)Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
(2)Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.
(3)Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.
Dalam tujuan di atas, jelas terlihat bahwa industri pariwisata dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan meningkatkan devisa negara (state revenue). Dengan kata lain, segala usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial dengan tujuan utama mendatangkan devisa negara.
Di samping itu, pengembangan kepariwisataan juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini berarti, pengembangan pariwisata di Indonesia tidak telepas dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk mendukung pariwisata tersebut. Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat menarik. Keragaman budaya ini dilatari oleh adanya agama, adat istiadat yang unik, dan kesenian yang dimiliki oleh setiap suku yang ada di Indonesia. Di samping itu, alamnya yang indah akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.
Kebudayaan Indonesia agar bisa dinikmati sebagai daya tarik bagi wisatawan memerlukan sarana pengungkap. Artinya, agar orang lain memahami kebudayaan Indonesia diperlukan suatu alat pengungkap yang mampu mendeskripsikan kebudayaan itu secara utuh. Alat pengungkap kebudayaan itu tiada lain bahasa, yang dalam hal ini adalah bahasa Indonesia.
Kebudayaan dalam arti luas sebagai hasil cipta karsa dan karya manusia tentu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, pesatnya perkembangan pariwisata di Indonesia juga membawa implikasi terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia termasuk perkembangan bahasa Indonesia sebagai sarana pengungkap kebudayaan Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, dalam tulisan ini akan dikaji hubungan antara pariwisata, kebudayaan, dan bahasa serta permasalahannya. Untuk melengkapi pembahasnnya tersebut digunakan Bali sebagai contoh kasus.
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai “sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara, dan dilestarikan”. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik manusia. (Nababan, 1984: 49)
Berdasarkan definisi di atas, jelas sekali terlihat bahwa antara manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Demikian juga antara manusia Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan manusia Indonesia di samping hidup dalam satu kesatuan wilayah masyarakat etnik, juga hidup dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia. Dalam kaitan ini, mereka menjunjung kebudayaan yang satu, sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara, yaitu kebudayaan nasional Indonesia (Geriya, 1996: 71).
Lebih lanjut dijelaskan secara formal normatif sistem budaya Indonesia menata keseluruhan manusia dan masyarakat Indonesia. Ada dua fungsi sistem budaya Indonesia yang amat penting, yaitu: sebagai pemberi identitas dan sebagai komunikasi yang menyatukan dan mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.
Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti: kepercayaan, kesenian, dan sebagainya” Misalnya, Kebudayaan Cina, Kebudayaan Indonesia, dan Kebudayaan Jawa. (Poerwadarminta, 1983: 157). Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan hanyalah manusia yang mempunyai kebudayaan. Hal ini disebabkan manusialah makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi untuk mengasilkan kebudayaan.
Di samping dua pengertian di atas, pengertian kebudayaan juga dapat dipandang dari sudut Ilmu Antropologi. Dalam hal ini, kebudayaan (budaya) diartikan sebagai “keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan kesemuanya tersusun dalam kehidupan bermasyarakat”. (Koentjaraninggrat Ed., 1985: 77).
Budaya dalam hal ini dipahami sebagai tingkah laku yang dipelajari dan dilakukan oleh sekelompok orang, budaya diperoleh dari orang lain dengan dipelajari dari masyarakatnya. Kebudayaan itu juga mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku, dan materi yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksudkan dengan kebudayaan adalah suatu hasil cipta karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Batasan ini lebih ditekankan pada kenyataan bahwa manusialah yang mampu menghasilkan kebudayaan, karena manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi.

E. Tantangan kendala dan peluang pembangunan pariwisata
A.      HAKIKAT PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
Arah pembangunan kepariwisataan saat ini telah mengalami pergeseran ke arah pariwisata yang berbasis komunitas dan bersandar kepada ekonomi berbasis kerakyatan serta menekankan pemeliharaan lingkungan hidup secara cermat.  Sekalipun di sisi lain pembangunan kepariwisataan itu sendiri tidak akan pernah terlepas dari sisi mobilitas perpindahan regional, nasional, maupun global sehingga menempatkan aktivitas kepariwisataan sebagai salah satu pilar ekonomi negara yang sarat dengan muatan politik, budaya, dan hubungan internasional.
Secara faktual pembangunan kepariwisataan nasional masih dapat dikatakan bersifat sentralistik, dimana akumulasi perencanaan yang masih sentralistik tersebut memberikan gangguan tehadap kemandirian dalam perencanaan pembangunan kepariwisataan di daerah. Namun dengan dikeluarkan dan berlakunya Undang-Undang  Otonomi Daerah, secara tidak langsung akan memberikan peluang awal kepada daerah berupa kesempatan untuk secara bebas melahirkan strategi pengembangan yang bercirikan kepada karakter sumber daya pariwisata yang dimiliki.  Kemampuan konversi sumber daya pariwisata seyogyanya dapat disesuaikan dengan isu-isu yang berkembang baik pada tatanan lokal, nasional, maupun global.  Perubahan struktur otoritas negara dalam pengelolaan kepariwisataan serta adanya otonomi daerah merupakan isyarat bagi daerah untuk melakukan re-orientasi dan mengkonfigurasi ulang kemampuan pengelolaan secara lebih nalar, transparan, dan berani.  Karena rekonfigurasi sumber daya pariwisata menuntut adanya perubahan perilaku pengelolaan termasuk perubahan perilaku birokrasi, peraturan, dan organisasi.
Kompleksitas yang tinggi dalam sektor kepariwisataan sebagai service based industry terlihat dari banyaknya titik singgung dengan sektor-sektor lainnya (multi dimensional) serta banyaknya stakeholder yang terlibat dalam berbagai tingkatan menuntut integritas stakeholder untuk dapat mengarahkan dan mempercepat pencapaian sasaran guna memberikan dampak positif bagi pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.  Sehingga dengan demikian perlu untuk mengatur posisi dan peran setiap stakeholder dengan jelas.  Di sinilah dituntut kemampuan pemerintah daerah dalam mengatur mekanisme kepariwisataan melalui penetapan kebijakan dan arah strategi yang tepat.
Desentralisasi kebijakan yang memberikan kebebasan kepada daerah untuk melakukan perencanaan kepariwisataan seharusnya akan mampu menciptakan kemampuan lokal dan tampilnya produk-produk yang bericirikan daerah (customize product).  Hal ini dapat direspon positif dalam pelaksanaan program otonomi daerah di Indonesia, dimana masyarakat harus berlaku proaktif terhadap langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dengan menyadari keuntungan yang dapat diterimanya dan dapat mengoptimalkan setiap kesempatan.
Berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembangunan kepariwisataan pada era otonomi daerah antara lain berupa minimnya kemampuan daerah untuk menciptakan komunikasi perwilayahan regional, apalagi pada taraf internasional yang dapat memperburuk kemampuan daerah tersebut dalam mendongkrak pertumbuhan kunjungan wisatawan.  Selain itu pemerintah sebagai pembuat kebijakan menghadapi banyak permasalahan akibat kebijakan-kebijakan yang ditetapkan serta diimplementasikan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip penciptaan produk wisata yanf berkesinambungan, serta dapat menimbulkan konflik antar komponen dalam sistem kepariwisataan seperti pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat setempat.  Terganggunya sinergitas pembangunan kepariwisataan daerah ini terwujud akibat peraturan-peraturan yang belum transparan dan tidak kompetitif.  Dimana kondisi ini kurang mampu memberikan rangsangan terhadap minat swasta untuk mengembangkan dan merencanakan produk wisata di daerah.
Isu-isu lain yang terjadi dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia akan diuraikan dalam ilustrasi berikut yang disadur dari RIPPNAS dimana mengisyaratkan hal-hal antara lain :
1.      Pengembangan pariwisata saat ini baik pada skala lokal maupun nternasional, secara geografis sangat terkonsentrasi pada beberapa propinsi. Hal ini dibuktikan dengan semua indikator kegiatan kepariwisataan memperlihatkan bahwa aktivitas pariwisata umumnya terkonsentrasi pada daerah DKI Jakarta, karena merupakan gerbang utama menuju Indonesia dan perannya sebagai pusat bisnis, individual tourism, maupun MICE.  Kemudian Riau Kepulauan dengan pengembangan yang demikian pesat di pulau Batam dan Bintan sebagai dampak kemajuan Singapura.  Serta propinsi Bali yang merupakan konsentrasi atraksi wisata alam dan kebudayaan.
2.      Hingga saat ini Indonesia belum berhasil mengembangkan produk-produk wisata berskala luas yang diadaptasi dari permintaan potensial, meskipun kepariwisataan lokal terkadang telah menjadi pertimbangan dalam penetapan kebijakan dan program-program kerja.
3.      Kondisi manajemen pengembangan pariwisata institusional memiliki kelemahan koordinasi beragam pelaku dan level kualitas stafnya.  Kelemahan profesionalisme pejabat khususnya pada tingkat daerah sebagian disebabkan kesukaran mengatasi perubahan pesat industri pariwisata.
4.      Permasalahan-permasalahan yang bersifat teknis yang sebenarnya merupakan salah satu faktor pendukung penting proses kegiatan pariwisata masih banyak memiliki kelemahan yang menghambat pengembangan pariwisata.  Dimana permasalahan-permasalahan yang bersifat teknis, komersial dan hukum tersebut menjadikan minimnya penerbangan dari Eropa dan Amerika singgah di Indonesia.
5.      Sumber daya manusia di sektor pariwisata yang masih memiliki kelemahan kualifikasi dan profesionalisme, disamping belum meratanya persebaran tenaga kerja.
6.      Minimnya perhatian perguruan-perguruan tinggi negeri utama di Indonesia terhadap problematika pembangunan pariwisata yang terlihat dari minimnya riset-riset aplikasi, riset performance maupun riset dasar yang dilakukan.

B.     LIBERALISASI PERDAGANGAN
Dinamisasi berbagai sektor dalam kehidupan masyarakat dunia telah menjadikan globalisasi sebagai keadaan yang tidak dapat dihindarkan.  Kondisi global pertama kali mewarnai sistem perekonomian masyarakat Uni Eropa, dengan terjadinya pemberlakuan mata uang tunggal pada tanggal 1 januari 1999.  Dalam skala regional yang lain juga mengikuti ASEAN dengan AFTA, atau wilayah Amerika Utara dengan NAFTA.  Secara multilateral WTO (World Tourism Organization) yang telah berfungsi dengan efektif semenjak tahun 1995 diharapkan akan mampu mencapai liberalisasi penuh atas sistem perdagangan global pada tahun 2015. Lembaga ini akan memainkan peranan penting sebagai institusi pemecahan masalah, yang menghendaki adanya transparansi dan nondiskriminatif perdagangan.  Sehingga sudah saatnya diperlukan pembenahan-pembenahandalam aturan main yang transparan yang dikeluarkan sehubungan dengan investasi dalam perdagangan.
Secara spesifik, sektor kepariwisataan mulai terikat dengan tahapan liberalisasi sesuai dengan Persetujuan Umum Perdagangan dan Jasa GATS (General Agreements in Trade and Services) yang di dalamnya juga termasuk jasa pariwisata.  Dalam persetujuan tersebut dijelaskan bahwa investor asing dapat melakukan investasi penuh (100%) PMA untuk Indonesia Timur, Kalimantan, Bengkulu, Jambi, dan Sulawesi.  Para tenaga kerja asing diperbolehkan untuk menjadi manajer dan tenaga pelaksana.  Kondisi ini jelas merupakan tantangan yang sangat besar mengingat sumber daya manusia pariwisata profesional dan mandiri masih sangat terbatas di negara kita.
Selain itu perkembangan kepariwisataan global telah memberikan inspirasi kepada pelaku bisnis kepariwisataan berskala besar.  Berbagai strategi dan format bisnis seperti joint venture (hotel grup Accor Asia), akuisisi, afiliasi, aliansi strategis (Delta - Virgin Atlantic, Delta – Singapore Airlines – Swiss Air, dll), serta franchising – licensing (Hotel Chain Holiday Inn World Wide), maupun merger dilakukan oleh perusahaan perusahaan industri kepariwisataan pada skala besar seperti Shangrila Group, Air Tour Group, British Airways dan lain-lain.  Dimana format-format bisnis tersebut dilakukan untuk mempercepat jalur distribusi, meminimalkan biaya, dan memberikan berbagai kemudahan bagi konsumen.   Fenomena di atas memunculkan pertanyaan yang serius bagi kita semua apakah hal tersebut dapat dilakukan oleh pelaku bisnis pariwisata tingkat lokal yang pada umumnya masih merupakan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dengan daya saing rendah.


C.     PERUBAHAN POLA KONSUMSI WISATAWAN
Dalam kurun waktu 10 – 20 tahun terakhir ini dapat kita saksikan fenomena perubahan sistem sosio-ekonomi-kultural di kalangan masyarakat, terutama masyarakat Eropa dan Amerika yang berkembang dengan demikian pesatnya dalam berbagai aspek kehidupan.  Fenomena tersebut ditandai dengan dominasi high tech, fiksi ilmiah, sensitivitas terhadap lingkungan serta berbagai bentuk ketidakpastian (uncertainty dan confussion).  Kondisi tersebut merupakan realita kehidupan manusia saat ini. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, fenomena ini akan mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia, seperti gaya hidup, pola berpikir, sikap, perilaku, dan lain-lainnya.
 Fenomena yang disebut sebagai gejala post modernism juga mengakibatkan munculnya perilaku yang lebih fashionable terhadap konsumsi wisatawan.  Sehingga pola konsumsi mulai berubah ke jenis aktivitas wisata yang lebih tinggi levelnya, yang meskipun santai namun dengan selera yang lebih meningkat.  Wisatawan era post modernism tidak lagi terfokus hanya ingin bersantai dan menikmati sun, sea, sand.  Dimana konstelasi kemajuan ekonomi dan kebudayaan dianggap akan menciptakan kompensasi klasifikasi pelayanan yang lebih tematis dan spesifik.  Sebagai contoh seorang wisatawan posmo akan menganggap bahwa kunjungan ke pertambangan batubara sebagai suatu pengalaman yang eksklusif, lain halnya dengan wisatawan non posmo yang tidak menganggap hal tersebut sebagai pengalaman baru bagi masyarakatnya.
Perubahan pola konsumsi ini perlu segera disikapi dengan berbagai strategi pengembangan produk wisata maupun promosi baik dari sisi pemerintah maupun swasta.  Dari sisi pemerintah perlu dilakukan perubahan skala prioritas kebijakan sehingga peran sebagai fasilitator dapat dioptimalkan untuk mengantisipasi hal ini.  Di sisi lain ada porsi kegiatan tertentu yang harus disiapkan dan dilaksanakan oleh swasta yang lebih memiliki sense of business karena sifat kegiatannya yang lebih berorientasi ke arah bisnis.
Pemberlakuan Undang-Undang otonomi daerah juga mengakibatkan kebutuhan kegiatan pemerintahan daerah yang memiliki wewenang lebih tinggi dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya masing-masing.  Contoh sederhana dalam hal ini adalah pembagian upaya promosi dimana ditempuh langkah-langkah untuk pemerintah pusat melakukan country image promotion, daerah melakukan destination promotion, sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing.  Sedangkan kalangan industri atau swasta melakukan promosi terhadap produk wisata masing-masing pelaku industri pariwisata.   

D.     STUDI KEPARIWISATAAN
Salah satu bentuk kelemahan sumber daya manusia di bidang pariwisata Indonesia saat ini adalah tingginya ketergantungan kepada tenaga kerja profesional asing, terutama pada level atas.  Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja profesional lokal (terutama pada level top manajemen) masih belum memadai dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan industri. Secara gamblang fenomena tersebut dapat diarahkan kepada belum optimalnya kemampuan lembaga-lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan di Indonesia dalam menghasilkan tenaga kerja-tenaga kerja profesional dan pakar-pakar yang menguasai kepariwisataan sebagai suatu bidang kajian ilmiah.
Studi kepariwisataan merupakan suatu bidang kajian ilmiah yang masih terhitung muda usia, seperti yang dinyatakan Cooper (1994) dengan memberikan beberapa bukti nyata bahwa studi kepariwisataan masih berada dalam masa-masa awal perkembangannya antara lain belum adanya kesepakatan dari para pakar di Indonesia dan dunia dalam mendefinisikan kajian kepariwisataan.  Pada beberapa perguruan tinggi terkemuka di dunia, misalnya di Amerika Serikat seperti Cornell University dan Michigan State University, kepariwisataan ditempatkan sebagai bagian dari hospitality.  Sementara pada perguruan tinggi lainnya semisal University of Hawaii at Manoa, pariwisata ditempatkan di bawah payung industri perjalanan.  Di Indonesia, seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 dengan jelas tercantum bahwa pariwisata merupakan payung dari segala fenomena yang timbul akibat pergerakan manusia dengan berbagai macam tujuan seperti berlibur, usaha dan bisnis, maupun tujuan-tujuan lainnya.  Hal ini berari belum ada kesepakatan pada tingkat internasional mengenai definisi kajian ilmiah kepariwisataan tersebut, dan berdampak kepada belum disepakatinya paradigma dan materi studi kepariwisataan yang bersifat baku dan dapat diterima oleh banyak pihak.  Toleransi terhadap berbagai kajian-kajian baru maupun pendekatan-pendekatan dalam membahas kepariwisataan masih sangat besar.
Selain itu karena usianya yang masih relatif muda, bidang kajian pariwisata masih dianggap baru sehingga wilayah cakupan kajiannya masih terbentang luas dan masih banyak yang belum terjamah sama sekali.  Hal ini diperparah dengan rendahnya apresiasi dari dunia akademik Indonesia terhadap bidang kajian keilmuan kepariwisataan.
Isu lain yang berkembang dalam studi kepariwisataan Indonesia antara lain adalah minimnya pakar-pakar dan sarjana-sarjana yang giat melakukan riset-riset dan menulis mengenai aspek-aspek dalam kajian kepariwisataan.  Dan beberapa tulisan yang dipublikasikan ternyata juga belum mampu mengungkapkan fenomena aktivitas kepariwisataan secara komprehensif.  Pada aspek mahasiswa dapat dilihat minat yang tinggi untuk mengikuti pendidikan tinggi kepariwisataan, yang terbukti melalui tingginya pertumbuhan jumlah program studi dan mahasiswa kepariwisataan pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia.  Namun sayangnya para mahasiswa ini lebih menyukai untuk melakukan hal-hal praktis dan berorientasi kerja, dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.  Kenyataan ini membuktikan bahwa sebagian besar kaum muda Indonesia yang memilih pariwisata sebagai jalur karir terhenti pada jenjang pendidikan profesional yang rendah dan memiliki kemampuan melakukan penelitian yang sangat terbatas.           

E.     PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Melihat data yang dikeluarkan oleh World Tourism Organization (WTO) yaitu dikenali empat Negara yang masuk ke dalam kelompok besar penyumbang wisatawan dunia yaitu : Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris yang memberikan kontribusi sebanyak 41% dari pendapatan pariwisata dunia.  Apabila melihat sisi teknologi, maka keempat negara ini juga merupakan negara-negara terbesar pengguna teknologi canggih, terutama teknologi informasi dan komunikasi.  Kurang lebih 79% pengguna internet dunia adalah masyarakat yang berasal dari kelompok empat negara tersebut.
Apakah kedua hal tersebut (wisatawan terbesar, dan pengguna internet terbesar) memang berkorelasi secara positif atau tidak, hingga saat ini penulis belum menemukan satu penelitian yang membahas hal tersebut.  Namun juka ditelaah dengan logika sederhana, bisa saja ada korelasi yang erat antara penggunaan teknologi informasi dengan peningkatan jumlah wisatawan di suatu negara.  Teknologi informasi, komunikasi dan internet bukan saja hanya merupakan temuan teknologi, melainkan merupakan sarana untuk mendidik manusia untuk menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata) yang diinginkannya, sehingga mampu memberikan kemudahan-kemudahan bagi individu yang berniat melakukan perjalanan wisata.  Mereka tidak sabar untuk menunggu informasi yang biasanya diberikan oleh agen-agen perjalanan maupun organisasi lainnya.  Mereka lebih senang mencari sendiri informasi mengenai segala hal menyangkut rencana perjalanan yang akan dilakukan, karena diyakini bahwa produk yang dipilih merupakan produk yang terbaik.
Penting untuk memahami bahwa wisatawan saat ini lebih menyukai mencari informasi sendiri mengenai produk wisata dari pada hanya menerima yang diberikan oleh agen perjalanan.  Karena produk dan jasa dalam sektor pariwisata tidak muncul (exist) pada saat transaksi berlangsung (pada saat membeli paker perjalanan), dan yang dibeli oleh wisatawan hanya merupakan informasi mengenai perjalanan tersebut.  Wisatawan hanya membeli ”hak” untuk melakukan perjalanan, menggunakan jasa penerbangan, penginapan, dan aktivitas di objek wisata.  Berbeda dengan transaksi produk berupa barang, dimana sebelum keputusan untuk membeli dilakukan, pembeli dapat melihat sampel produk yang akan dibeli, wisatawan tidak bisa melihat sampel atas produk wisata yang akan dibelinya.
Sehingga dengan hadirnya teknologi informasi dan internet, segala informasi yang dibutuhkan dalam melakukan perjalanan wisata telah tersedia dalam berbagai bentuk format digital.  Wisatawan sekarang dapat berhubungan langsung dengan sumber informasi tanpa melalui perantara (agen perjalanan, relasi, iklan, brosur, dan lain-lain)
Bagaimana pelaku sektor pariwisata di daerah menyikapi perkembangan teknologi informasi tersebut merupakan hal yang penting dalam pembangunan kepariwisataan di daerah.  Haruslah diyakini bahwasanya internet merupakan saluran atau media yang sangat ampuh untuk mempromosikan daerah tujuan wisata, dengan biaya yang relatif sangat murah.  Dan yang perlu diperhatikan dalam berpromosi menggunakan media internet adalah kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan juga kesiapan produk wisata itu sendiri.  Karena sekali wisatawan mendapatkan infomasi yang keliru, maka keunggulan dan kecanggihan teknologi informasi sebagai media promosi akan menjadi sia-sia saja.

F. Gejolak politik berpengaruh terhadap kunjungan wisata
Keadaan politik dapat mempengaruhi dunia pariwisata, sedangkan pariwisata merupakan pendapatan terbesar negara. sehingga perekonomian Negara pun terpengaruhi bila perkembangan pariwisata terhambat oleh kondisi politik tak mendukung. butuh keseimbangan antara politik dengan pariwisata bila perekonomian ingin meningkat.
Diberlakukannya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah, maka wewenang untuk mengembangkan wisata menjadi terletak didaerah dan tidak terpusat di ibu kota saja. Ada otonomi untuk mengembangkan pariwisata di daerah masing-masing. Daerah dapat mempromosikan sendiri wilayahnya untuk menjadi tujuan wisata sesuai dengan keunggulan daerahnya masing-masing. Keadaan pariwisata akan mempengaruhi bisnis perhotelan di Indonesia.
Kondisi politik yang tenang dan stabil merupakan prasyarat perkembangan usaha dan bisnis. Dalam kondisi yang tidak aman dan nyaman untuk investasi tentu saja investor tidak akan datang. Hal ini sejalan dengan kondisi wisatawan manca negara. Keamanan suatu daerah atau negara dan stabilnya kondisi politik akan mendukung kedatangan dan hadirnya wisatawan.

Dampak positif pariwisata dari aspek politik :
a. Saling berkunjung dan saling mengenal penduduk merupakan kunci mempererat persatuan dan kesatuan
b. Dengan lebih banyak mengenal kekayaan dan keindahan tanah air melalui kunjungan wisata akan menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan negara yang pada gilirannya tumbuh rasa cinta terhadap tanah air.
c. Memelihara hubungan baik internasional dalam pengembangan pariwisata mancanegara terjadi saling kunjungan antar bangsa sebagai wisatawan, sebagaimana halnya dalam pariwisata nusantara, akan terjadi pula kontak-kontak langsung yang akan menumbuhkan saling pengertian terhadap perbedaan dan akan menumbuhkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan saling menghormati.

Dampak negatif pariwisata dari aspek politik :
Banyaknya peluang & pemanfaatan wisatawan mengundang perilaku yang tidak bertanggung jawab misalnya : pemerasan, perjudian, prostitusi, pencurian, pengedaran barang barang terlarang, penipuan dan lain-lain.

Contoh nyata dalam aspek politik:
Kondisi politik yang tenang dan stabil merupakan prasyarat perkembangan usaha dan bisnis. Dalam kondisi yang tidak aman dan nyaman untuk investasi tentu saja investor tidak akan datang. Hal ini sejalan dengan kondisi wisatawan mancanegara. Keamanan suatu daerah atau Negara merupakan dana stabilnya kondisi politik akan mendukung kedatangan dan kehadiran wisatawan.
Saat kepeminpinan orde baru dengan keadaan politik realif stabil sampai dengan tahun 1998, maka jumlah kunjungan wisatawan juga stabil tanpa adanya penurunan. Akan tetapi pada saat politik yang tidak stabil pada masa terjadinya kerusuhan masal tahun 1998, banyak wisatawan yang membatalkan kunjungannya ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia.
Saat keadaan politik suatu Negara aman dan tentram maka permintaan daya tarik wisata disuatu daerah akan meningkat seperti kunjungan turis domestik dan mancanegara yang setiap tahun bertambah ke Bali. Namun pada saat kondisi politik suatu Negara tidak aman atau tentram maka terjadilah penurunan permintaan atau kunjungan seperti pada saat Bom Bali di Tahun 2002 dimana kunjungan turis ke Bali menurun dikarenakan kondisi politik pada saat itu yang tidak aman bagi para turis.
Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan betapa kondisi politik dalam negeri yang baik disertai dengan tingkat keamanan yang memadai maka akan mempengaruhi bisnis pariwisata dan bisnis turunannya seperti hotel, restoran dan jasa transportasi.

G. Dukungan pemerintahan terhadap pariwisata berkaitan dengan budaya
Pariwisata di Indonesia adalah salah satu aspek yang  sangat berpengaruh bagi berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari masyarakat kecil hingga masyarakat kalangan atas.
Negara Indonesia yang  terdiri dari beribu-ribu pulau,beragam bahasa dan kebudayaan menjadikan Indonesia kaya akan sumber daya alam yang  didalamnya berpotensi  untuk dijadikan sebagai objek wisata.
Untuk membangun dan mengembangkan  pariwisata di Indonesia,diperlukan dukungan dari berbagai pihak.melihat latar belakang dunia pariwisata yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan untuk masyarakat maka dalam  mengembangkan pariwisata harus melibatkan peran masyarakat sebagai partisipan dan pemerintah sebagai motor penggeraknya.
Berikut adalah bidang-bidang kehidupan yang  berkaitan dengan  dunia Pariwisata:
1.       Bidang  Sosial
“Bhineka tunggal ika” demikian semboyan Negara Indonesia yang secara tersirat menggambarkan betapa erat ikatan sosial  antar masyarakat Indonesia.  Dalam keanekaragaman budaya tersebut  terdapat nilai-nilai sosial yang harus dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi.budaya merupakan aspek soaial yang menjadi bagian dari pariwisata.untuk itu peran pemerintah dalam bagian ini yakni menggerakan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan rakyat yang berguna bgi masyarakat banyak  sekaligus dapat mempererat ikatan keakraban antar sessama.
Sebagai contoh: kegiatan festival tarian Jember,lomba mendayung ,kkegiatan-kegiatan wisata pantai seperti Sail Banda,visit manado,kegiatan-kegiatan survey lokasi pantai oleh tim-tim riset.
2.       Bidang  Ekonomi
Dampak periwisata terhadap bidang ekonomi cukup berpengaruh bagi pembangunan Indonesia. Mulai dari pendapatan perorangan hingga pendapatan daerah dan pendapatan nasional.dalam hal ini peranan pemerintah diperlukan dalam mendukung masyarakat melalui kegiatan-kegiatan perekonomian pelatihan-pelaatihan bisnis bagi masyarakat menengah kebawa,menyediakan modal dan peluang usaha bagi para pengusaha,dan membangun periwisata indonessiaa agar lebih menarik perhatian wisatawaan-wissatawan dengan demikian bidang pariwisata dapat berpotensi dalam mendukung kemajuan Negara Indonesia.
3.       Bidang Pendidikan
Di era globalisai ini,pertukaranunsur-unsur ilmiah,budaya dan keagamaan merambat dengan sangat cepat mengingat dunia yang seakan-akan sudah tidak berbatas akibat kemajuan dan kecanggihan teknologi.untuk itu generasi muda perlu dididik  guna menjadi generasi yang berakhlak dan berbudi pekerti yang baik.berkaitan dengan dunia pariwisata,pemerintah diharapkan menyediaka sarana-sarana belajar,mendukung  kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti study tour,magang,kursus bahasa asing dll.

Demikianlah penjelasan tentang peran pemerintah dalam pengembangan  pariwisata di Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

SKENARIO PENERIMAAN TAMU DENGAN PERJANJIAN

Naskah Drama Siti Nurbaya dalam Bahasa Minang

CONTOH DIALOG RAPAT 6 ORANG TENTANG PRODUK BARU