Naskah Drama 5 Orang Cerita Rakyat Nusantara
Narator:
Pada zaman dahulu kala di sebuah wilayah Timur pulau Jawa,
disebutkan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden
Putra. Raja Raden Putra adalah seorang penguasa yang kaya raya. Ia memiliki
sebuah kegemaran, yakni menyabung ayam. Dalam memerintah sebuah kerajaan
tersebut, ia didampingi oleh seorang permaisuri dan juga beberapa selir. Dari
beberapa rang selirnya, tersebutlah bahwa terdapat seorang selir yang memiliki
perangai yang buruk yakni iri dan juga dengki serta memiliki hasrat untk
merampas kedudukan seorang permaisuri. Dalam upaya untuk merebut posisi
permaisuri tersebut, maka dengan tega selir itu memfitnah permaisuri.
Adegan 1
Tabib:
Mohon maaf yangmulia Tuan Putri. Apakah gerangan yang
membuat yangmulia memanggil hamba ke istana?
Selir:
Wahai Tabib, aku begitu menginginkan posisi seorang
permaisuri. Aku sudah penat dan bosan selama ini menjadi selir raja. Maka dari
itu aku bermaksud ingin melenyapkan permaisuri itu dari istana!
aku hendak berpura-pura sakit dan aku inidin agar konspirasi
ini ditujukan kepada permaisuri. Aku ingin membuat semua orang membenci
permaisuri karena telah meracuni aku sehingga aku sakit. Kau Tabib, harus turut
membantu melancarkan rencanaku. Kau paham?
Tabib:
Hamba paham dan siap untuk melaksanakan titah yangmulia Tuan
Putri.
Selir:
Baguslah kalau kau telah paham dan akan menuruti perintahku.
Baiklah, segera lancarkan rencana pertamaku. Kabarkan kepada sang Raja kalau
aku jatuh sakit.
Tabib:
Baiklah yangmulia Tuan Putri. Perintah anda akan segera
hamba lakukan.
Narator:
Tak lama dari persekongkolan jahat tersebut, Tabib istana
bergegas untuk mengabarkan kepada baginda raja bahwa selir jatuh sakit.
Sementara itu, selir sedang bermain peran sebagai seorang selir yang merasa
sakit yang disebabkan oleh keracunan.
Adegan 2
Tabib:
Mohon maaf baginda raja. Hamba hendak mengabarkan sesuatu
yang penting untuk baginda raja ketahui. Berita tersebut adalah salah seorang
selir yangmulia ada yang sedang jatuh sakit. Hamba rasa, yangmulia tuan putri
jatuh sakit karena keracunan.
Raja:
Apa maksudmu? Salah satu selirku jatuh sakit setelah meminum
minuman yang diberikan permaisuriku?
Tabib:
Hamba tak berani mengatakannya yangmulia raja, tapi
sepertinya benar begitu adanya.
Raja:
Apa yang kau katakakan? Apa benar yang telah kau beritakan
ini tabib?
Tabib:
Hamba tak berani membohongi yangmulia raja. Yang hamba
beritakan ini adalah sebuah kebenaran.
Raja:
Wahai selirku, benarkah engkau seperti yang dikabarkan Tabib
itu? benarkah permaisuriku telah meracunimu?
Selir:
(sambil merintih menahan kesakitan) Benar yangmulia baginda
raja. Hamba merasa sakit disekujur tubuh hamba setelah meminum minuman yang
diberikan oleh permaisuri kepadaku. Tabib istana mengatakan, minuman tersebut
telah dibubuhi racun sebelum saya meminumnya.
Raja:
(marah) Permaisuri memang benar-benar sangat keterlaluan!
Tega sekali ia meracuninya. Pengawal! Segera panggilkan permaisuri untuk
menghadapku seat ini juga!
Pengawal:
Baiklah. Tuanku Baginda raja. Perintah tuanku baginda akan
segera hamba kerjakan.
Narator:
Tak perlu waktu yang lama, pengawal telah tiba dengan
membawa permaisurinya ke hadapan baginda raja
Pengawal:
Tuanku Baginda. Permaisuri telah hamba bawa ke hadapan
tuanku.
Permaisuri:
Mohon maaf baginda raja, apa yang membuat tuanku memanggil
memanggil hamba ke hadapan tuanku?
Baca Juga: Contoh
Karangan Eksposisi tentang Pendidikan Karakter pada Anak Indonesia
Raja:
Apa benar kau tidak tahu apa yang terjadi? Engkau telah
kelewat keterlaluan wahai permaisuri! Benarkan kau dengan sengaja membubuhkan
racun pada minuman selir?
Permaisuri:
Ampuni hamba baginda. Hamba tak tahu menahu soal itu. Dan
hamba tidak melakukan seperti yang dituduhkan kepada hamba, ini fitnah.
Raja:
Sudahlah, tak perlu berkelit. Tabib yang menagatakan hal
tersebut. Dan aku sangat mempercayainya. Pergilah! Aku tidak mau melihat
wajahmu lagi! Pengawal!
Pengawal:
Hamba disini siap melaksanakan perintah, Baginda.
Raja:
Segera bawa segera permaisuri ke tengah hutan dan bunuhlah
ia!
Permaisuri:
Apa yang kau perintahkan kepada pengawal baginda? Apa kau
tidak kasihan padaku?( sambil menangis), Ampuni hambamu ini tuanku raja!
Sungguh hamba tidak melakukannya.
Raja:
Pengawal! Segera bawa pergi permaisuri jauh ke tengah hutan!
Aku tak sudi melihat wajahnya lagi!
Pengawal:
Baiklah tuanku Baginda.
Ayo cepatlah, permaisuri. Mohon maafkan atas kelancangan
hamba. Hamba hanya menjalankan perintah dari tuanku raja.
Narator:
Akhirnya pengawal pun membawa permaisuri ke luar istana
menuju hutan. Namun diluar dugaan, para pengawal tidak tega untuk membunuh sang
permaisuri yang ternyata sedang mengandung.
Adegan 3
Pengawal:
Tuanku permaisuri, Tenanglah. Hamba dengan sadar mengetahui
konspirasi busuk yang dilakukan oleh selir dan tabib istana. Hamba tidak akan
membunuh tuanku permaisuri, namun hamba juga tak mampu melawan perintah raja.
Hamba akan meninggalkan permaisuri di tengah hutan ini.
Hamba akan berbohong kepada raja dengan mengatakan bahwa
hamba telah selesai membunuh Tuanku Permaisuri.
Permaisuri:
Terimakasih banyak pengawalku yang baik hati. Tak ku sangka
engkau masih setia kepadaku.
Pengawal:
Terima kasih kembali dan maafkan hamba yangmulia permaisuri.
Sekarang hamba harus segera kembali ke istana dan meninggalkan permaisuri. Jaga
diri anda permaisuri!
Permaisuri:
Baiklah, Terimakasih kebaikanmu pengawal.
Narator:
Begitu pengawal sampai di istana, dengan sigap pengawal
menghadap sang raja
Adegan 4
Pengawal:
Ampun tuanku baginda raja. Perintah dari tuanku baginda raja
sudah selesai hamba kerjakan.
Raja:
Apa bukti yang menunjukkan engkau telah menjalankan
perintahku?
Pengawal:
Lihatlah pedang hamba yang berlumuran darah ini wahai raja,
ini adalah darah dari permaisuri.
Raja:
Baiklah, aku percaya padamu. Kau telah menjalankan
perintahku dengan sangat baik.
Narator:
Begitu mendengar pengawal menyampaikan laporannya, baginda
raja dan selir merasa sangat puas dan begitu senang karena menyangka bahwa
permaisuri telah mati terbunuh.
Setelah beberapa bulan lamanya, permaisuri akhirnya
melahirkan banyi yang diakandungnya. Seorang bayi laki-laki telah rahir dari
rahimnya. Bayi laki-laki tersebut diberi nama dengan nama yang baik yaitu
Cindelaras. Seiring berjalannya waktu, Cinde Laras tumbuh dan berkembang
menjadi seorang anak yang cerdas dankuat. Ia sangat suka bermain-main di hutan.
Suatu ketika ia menemukan sebuah benda yang setelah diketahui adalah sebutir
telur ayam.
Adegan 5
Cindelaras:
ibunda…..! lihatlah kemari! Aku menemukan sebuah benda aneh
yang menyerupai telur ayam.
Permaisuri:
Wah… itu memang telur ayam anakku. Cobalah kau rawat telur
ayam ini hingga menetas. Siapa tahu nanti akan memberikan manfaat untuk kita
Cindelaras:
Baiklah bunda. aku akan merawat telur ayam ini dengan cara
yang baik.
Baca Juga: Contoh
Pidato Tentang Teknologi Masa Kini dalam Bahasa Indonesia
Narator:
Setelah beberapa hari berlalu, telur Cindelaras pun akhirnya
menetas dan tumbuh menjadi seekor anak ayam jantan yang gagah. Ayam itu dengan
sangat cepat berkembang dan tumbuh besar. Hampir sama seperti kebiasaan
ayahanda Cindelaras, ia sangat menyukai sabung ayam. Ia pergi menelusuri banyak
desa untuk bertanding sabung ayam. Ayam jago milik cindelaras sangat gagah,
kuat, dan selalu bisa memenangkan pertarungan melawan ayam-ayam jago yang
lainnya. Nama Cindelaras pun akhirnya menjadi terkenal karena ayam jagonya.
Adegan 6
Pengawal:
Tuanku baginda raja. Hamba mendengar sebuah kabar angin
bahwa ada seorang anak laki-laki yang mempunyai ayam jago yang begitu luar
biasa. Ayam jago miliki bocah misterius itu selalu memenangkan pertandingan
dengan ayam jago yang lain.
Raja:
Apa yang kau katakan itu sungguhan? Pemilik ayam jago yang
hebat itu masih seorang bocah? Dari mana bocah tersebut berasal?
Pengawal:
Berdasarkan berita yang hamba terima, bocah itu berasal dari
di hutan.
Raja:
Wah, aku jadi tambah penasaran dibuatnya. Pengawal! Besok
pagi-pagi bawa bocah itu kemari dan suruh ia untuk menghadapku!
Pengawal:
Baiklah tuanku baginda raja. Perintah baginda raja, akan
segera hamba jalankan.
Narator:
Keesokan harinya, pengawal tealh berhasil menemukan bocah
tersebut dan kemudian membawanya ke hadapan raja.
Raja:
Hei anak kecil, di mana ayam jago milikmu yang katanya
selalu menang dalam segala pertandingan sabung? Ayo, sekarang juga keluarkan
ayam jagomu. lawan ayam jagoku sekarang juga!
Cindelaras:
Baiklah baginda raja. Hamba akan mengabulkan permintaan
baginda raja, asalkan baginda raja bersedia memenuhi persyaratan yang hamba
ajukan.
Raja:
Baiklah. Apa Syarat yang engkau ajukan?
Cindelaras:
Syarat yang aku ajukan ialah jika hamba bisa menang dalam
pertandingan melawan tuanku, maka tuanku raja harus rela mengikhlaskan setengah
dari kerajaan untuk diberikan kepadaku.
Raja:
Anak ini sangat cerdas dalam mengajukan persyaratan (berkata
dalam hati). Ayam-ayam jagoku adalah ayam jago terbaik yang perah ada. Hal yang
mustahil ayam jago milikmu akan menang. Baiklah bocah, aku menyetujui
persyaratanmu! Lalu bagaimana jika ayam jagomu yang kalah?
Cindelaras:
Baiklah baginda raja, apabila ayam jago hamba yang kalah,
leher hamba siap dipancung.
Raja:
Baiklah, bagaimana kalau kita mulai saja pertandingan kita?
Cindelaras:
Baiklah, tuanku baginda raja.
Narator:
Lalu mulailah pertandingan sabung ayam yang begitu
sengitnya. Ayam jago milik sang raja melawan ayam jago miliki Cindelaras. Raja
telah berupaya untuk memilihkan ayam jagonya dengan kondisi terbaik yang ia
miliki untuk melawan ayam jago milik Cindelaras.
Raja:
Ditengah-tengah pertandingan, sang raja berdecak kagum. Raja
mengakui bahwa benar kabar burung yang menyebutkan bahwa ayam jago milik bocah
tersebut sangatlah hebat. Tak butuh waktu yang lama, ayam jago milik raja pun
dikalahkan oleh ayam jago milik cindelaras.
Narator:
Semua penduduk kerajaan yang melihat pun ikut terkejut dan
berdecak kagum. Keterkejutan mereka bertampa pada saat ayam jago milik Cinde
Laras berkokok dan berbunyi …
Ayam:
Kukuruuyuuuk…! Akulah ayam jagonya Cindelaras, yang hidup
dan besar di hutan, dan Ia adalah anak seorang Raden Putra!
Baca Juga: Pengertian
dan 91 Contoh Kata Baku dan Tidak Baku
Narator:
Ayam itu berkokok dengan suara lantang dan berulang-ulang.
Setiap orang yang melihat peristowa adu ayam tersebut terkejut bukan kepalang.
Baginda rajapun demikian terkejut. Selanjutnya rajapun memanggil Cindelaras
Adegan 7
Raja:
Hai anak kecil! kemarilah!
Cindelaras:
Baiklah, tuanku baginda raja.
Raja:
Siapakah nama engkau? Dan Di mana engkau tinggal?
Cindelaras:
Namaku Cindelaras, tuanku yang mulia baginda raja. Hamba
tinggal bersama dengan ibu hamba di tengah hutan
Raja:
Siapakah nama ibu engkau?
Cindelaras:
Ibu hamba dahulu adalah seorang permaisuri dari kerajaan
ini, tuanku baginda baginda raja.
Raja:
Apa aku tak salah dengar dengan apa yang kau katakan?
Cindelaras:
Hal itu benar adanaya, tuanku baginda raja.
Narator:
Cinde Laras lalu memberitahu nama ibunya kepada sang raja,
dan rajapun terkejut bukan main.
Raja:
Mungkinkah benar ia anakku (bergumam)?
Anak ini berasal dari hutan, namun jika diperhatikan saat ia
datang ke istana, tingkah polahnya tidak lain seperti anak bangsawan
Pengawal:
Mohon maaf tuanku baginda raja. Dahulu ketika tuanku baginda
raja memerintahkan saya untuk membunuh yangmulia permaisuri, ketika itu
permaisuri yang sedang mengandung. Saya tidak sampai hati membunuh permaisuri.
Hamba kasihan terhadap permaisuri, karena sesungguhnya hamba tahu akan sebuah
kebenaran bahwa permaisuri hanyalah seorang korban fitnah yang dilakukan oleh
selir yang ingin menjadi permaisuri.
Raja:
Apa yang kau katakan tadi sungguh-sungguh pengawal? (Raja
terkejut)!
Pengawal:
Hamba berkata benar baginda.
Narator:
Mendengar semua keterangan dari pengawal, Raden Putra amat
sangat marah.
Raja:
Pengawal, tunggu apa lagi cepat tunjukkan di mana permaisuri
sekarang berada!
Pengawal:
Baiklah tuanku Baginda raja. Perintah baginda akan segera
hamba jalankan!
Raja:
Kemarilah anakku Cindelaras, ajaklah aku bersamamu dan
tunjukkanlah dimana tempat tinggalmu berada!
Narator:
Beberapa saat kemudian, sampailah baginda raja, pengawal dan
juga Cindelaras di tengah hutan. sesampainya di depan rumah tua, ibu cindelaras
sedang membersihkan halaman, baginda raja langsung mengenalinya dan kemudian
memanggilnya,
Adegan 8
Raja:
Permaisuriku, apakah benar itu kau? Maafkan atas semua
salahku padamu.
Permaisuri:
(terkejut) Engkau kah itu tuanku baginda raja?? mengapa
engkau bisa mengetahui tempat tinggal hamba?
Raja:
Aku datang ke sini berkat putramu, putra kita. Permaisuriku,
maafkanlah aku. Aku telah mendengar semua kebenarannya dari pengawal. Aku
begitu menyesali perbuatanku. Marilah kita pulang ke istana kembali
permaisuriku. Bersama denga putra kita tercinta Cindelaras.
Narator:
Permaisuri terdiam dn menagis haru setelah mengetahui apa
yang sedang terjadi.
Permaisuri:
Baiklah Tuanku baginda raja. Aku juga telah lama
memaafkanmu. Marilah kita memulai kehidupan kita dengan membuka lembaran
kehidupan yang baru lagi
Raja:
Terimakasih banyak permaisuriku. Sungguh kau adalah wanita
yang sangat lembut dan baik hati. Aku begitu menyesal telah membuatmu
menderita.
Narator:
Di akhir cerita sang Raja dan juga permaisuri bersama dengab
putranya Cindelaras kembali menuju ke istana. Raja membaiat kedudukan
permaisuri dan menjatuhkan hukuman kepada selir yang licik itu. Semenjak saat
itu baginda raja, permaisuri dan juga Cindelaras hidup bahagia di istana.
Setelah baginda raja meninggal dunia, Cinde Laras meneruskan tahta kerajaan menggantikan
ayahnya menjadi raja.
Comments
Post a Comment