Bahan Makanan Dari Ikan
BAHAN MAKANAN DARI
IKAN
Ikan adalah anggota vertebrata
poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan
menggunakan insang. Ikan dapat ditemukan di berbagai ekosistem, ada perairan
tawar, payau dan laut. Beberapa spesies ikan sudah dapat dibudidayakan sehingga
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan ikan. Daging sebagai bahan olahan
ialah, bagian lunak di tubuh hewan yang terbungkus kulit dan melekat pada
tulang yang menjadi bahan olahan pangan. Sebagai sumber olahan pangan, berdasarkan
warna dasar bahan pangan daging dapat dibedakan menjadi 2, yaitu daging
berwarna putih dan daging berwarna merah. Daging berwarna putih biasanya lebih
cenderung berasal dari unggas contohnya ayam, sedangkan yang berwarna merah
berasal dari hewan berkaki empat seperti sapi, kerbau, dan kambing.
1. Jenis Ikan
1). Ikan perairan tawar
Ikan perairan tawar adalah ikan
yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai
dan danau. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan
perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya.
Jenis-jenis ikan air tawar sebagai bahan pangan adalah ikan lele, mas, gurame,
bawal dan sebagainya. Kandungan gizi ikan air tawar hampir menyerupai dengan
ikan air laut.
2). Ikan perairan payau
Ikan periran payau adalah ikan
yang hidupnya di perairan payau, dimana perairan payau merupakan pencampuran
antara perairan tawar dan perairan laut seperti muara. Kadar garam dalam
perairan tersebut berkisar 5-29 ppm. Jenis-jenis ikan air payau yang sering
dikonsumsi sebagai bahan pangan seperti: Ikan Bandeng, ikan kakap dan lain
sebagainya.
3). Ikan perairan laut
Ikan perairan laut adalah ikan
yang hidup di laut dengan salinitas di atas 30 ppm. Ikan laut sangatlah banyak
jenis dan ukurannya, dari mulai ukuran terkecil sampai ukuran yang besar.
Kandungan gizi ikan laut pun sangatlah lengkap dan baik untuk kesehatan.
Jenis-jenis ikan laut yang sering dikonsumsi adalah seperti Ikan Tuna, Ikan
Tenggiri, Ikan kembung, dan lain sebagainya.
Kandungan gizi beberapa jenis ikan
konsumsi dapat dilihat pada tabel berikut.
Manfaat Ikan
Kandungan gizi ikan kaya akan
manfaat bagi tubuh karena merupakan sumber protein bagi tubuh. Kandungan gizi
yang terdapat pada ikan segar dan manfaatnya antara lain:
Omega 3, untuk proses
perkembangan otak pada janin dan penting untuk perkembangan fungsi syaraf dan
penglihatan bayi.
Mengandung serat protein yang
pendek sehingga mudah dicerna.
Kaya akan asam amino seperti
taurin untuk merangsang pertumbuhan sel otak balita.
Vitamin A dalam minyak hati ikan
untuk mencegah kebutaan pada anak.
Vitamin D dalam daging dan minyak
hati ikan untuk pertumbuhan dan kekuatan tulang.
Vitamin B6 untuk membantu
metabolisme asam amino dan lemak serta mencegah anemia dan kerusakan syaraf.
Vitamin B12 untuk pembentukan sel
darah merah, membantu metabolisme lemak, dan melindungi jantung juga kerusakan
syaraf.
Zat besi yang mudah diserap oleh
tubuh.
Yodium untuk mencegah terjadinya
penyakit gondok dan hambatan pertumbuhan anak.
Selenium untuk membantu
metabolisme tubuh dan sebagian antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal
bebas.
Seng yang membantu kerja enzim
dan hormon.
Fluor yang berperan dalam
meguatkan dan menyehatkan gigi anak
HASIL OLAHAN IKAN
A. KAKI NAGA IKAN
Produk ini merupakan jenis olahan
bentuk jelly (fish jelly) yang telah berkembang dan telah diperdagangkan secara
komersial di pasar lokal dengan bahan baku dari ikan atau udang.
B. NUGGET IKAN
Nugget ikan merupakan salah satu
bentuk olahan dari ikan yang dicelupkan ke dalam batter kemudian dilumuri
tepung roti dan digoreng cepat.
C. STICK IKAN TENGIRI
Stick adalah makanan ringan
(makanan camilan) yang digoreng dengan rasa asin/gurih, teksturnya keras dan
renyah, berbentuk batang panjang dan mengembang dengan warna kuning kecoklatan.
Pada umumnya, stick yang beredar
di pasaran kaya akan kandungan karbohidrat tapi kandungan proteinnya sangat
rendah. Untuk itu, dibuat diversifikasi produk perikanan yaitu stick ikan
tengiri. Stick ikan ini menggunakan bahan dasar tepung terigu dan tepung ikan
(berasal dari ikan tengiri) sebagai sumber proteinnya.
D. KERUPUK IKAN GABUS
Kerupuk merupakan salah satu
makanan ringan yang sangat disukai oleh masyarakat, baik dikonsumsi sebagai
lauk makan nasi ataupun dimakan sebagai makanan ringan. Kerupuk yang beredar di
pasaran pada umumnya kaya akan unsur karbohidrat, tetapi miskin akan unsur
protein. Sebagai sumber protein, pada pengolahan krupuk biasanya ditambahkan
daging ikan, salah satunya adalah ikan gabus.
Ikan gabus merupakan salah satu
ikan air tawar yang mempunyai kandungan gizi tinggi. Komposisi kimia daging
ikan gabus per 100 g bahan adalah air 69 g, kalori 74 kal, protein 25,2 g,
lemak 1,7 g, karbohidrat 0 g, Ca 62 mg, P 176 mg, Fe 0,9 mg, vitamin A150 SI
dan vitamin B1 0,04 mg (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006). Daging ikan gabus
memiliki rasa yang cukup lezat, berwarna putih dan daging ikan relatif lunak
karena mengandung sedikit jaringan ikat (tendon) sehingga lebih mudah dicerna
oleh tubuh.
Selain kandungan proteinnya yang
tinggi yaitu sebesar 25,2 g, ikan gabus juga mempunyai kandungan albumin yang
tidak ditemukan pada ikan lainnya seperti ikan lele, ikan nila, ikan mas, dan
ikan gurami. Fraksi protein yang terdapat pada ikan cod, ikan haddock, ikan hiu
dan ikan gabus mengandung 16-22% albumin.
E. NUGGET IKAN
Nugget adalah sejenis makanan
yang dibuat dari daging giling atau daging cacah yang diberi bumbu, dan
dibentuk dalam cetakan tertentu, kemudian dikukus, dipotong-potong sesuai
ukuran, dipanir, dibekukan, dan sebelum mengonsumsi dilakukan penggorengan.
Nugget ikan merupakan bentuk
olahan dari surimi dengan penambahan bumbu, tepung tapioka yang dicelupkan
kedalam adonan batter kemudian dilumuri dengan tepungn roti dan digoreng.
Masyarakat pada umumnya telah mengenal nugget karena rasanya yang erat dan cara
pengolahannya yang cukup sederhana.
Ciri khas nugget ini adalah
memiliki tekstur yang elastis dan kenyal. Sifat elastis nugget ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain jenis ikan, tingkat kesegaran ikan, pH dan
kadar air daging ikan, pencucian, umur ikan, suhu dan pemanasan serta jenis dan
konsentrasi zat tambahan.
Tujuan dari diversifikasi produk
ikan khususnya pembuatan nugget adalah untuk menambah nilai ekonomis dan nilai
yang dari produk hasil perikanan.
F. LEMPER IKAN
Lemper adalah sebangsa panganan
yang terbuat dari ketan dan biasanya berisi abon atau suwiran daging ayam, dan
terbungkus oleh daun pisang. Pembuatan lemper mencakup persiapan daging ayam
dan mengetim ketan (bisa dengan santan). Selanjutnya daging ayam yang sudah
disuwir dibungkus dengan ketan, lalu ketan ini dibungkus dengan daun pisang,
selanjutnya dikukus.
G. EMPEK-EMPEK IKAN
Ikan yang dimanfaatkan secara
komersial pada umumnya memiliki nilai ekonomis, sedangkan sebagian besar belum
dimanfaatkan secara optimal. Contohnya ikan belut, karena bentuknya yang
menyerupai ular atau daging cucut yang kandungan ureanya tinggi sehingga dalam
kondisi segar tidak disukai konsumen dan belum dimanfaatkan menjadi berbagai
produk olahan. Ikan dapat dilakukan diversifikasi produk olahan diantaranya
adalah empek-empek.
Empek-empek merupakan salah satu
jenis makanan tradisional yan gpopuler dan berasal dari Palembang. Produk
empek-empek sangat digemari karena rasanya yang khas di samping itu, harganya
relatif murah, sehingga menjadikan empek-empek sebagai makanan yang berpotensi
untuk dikembangkan sebagai salah satu usaha.
Prinsip pengolahan empek-empek
hampir sama dengan pengolahan bakso tetapi pelengkap makannya yang berbeda.
H.RESOLES IKAN GABUS
Dengan berkembangnya produk
olahan dalam bentuk makanan olahan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat
terhadap ikan dan secara tidak langsung kebutuhan gizi dapat tercukupi. Selain
itu dengan adanya pengembangan produk olahan dapat meningkatkan nilai ekonomi
masyarakat karena produk olahan yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai
peluang bisnis, seperti home industry atau industri dalam skala besar. Salah
satu hasil olahan ikan gabus yang dapat dijadikan sebagai produk olahan ikan
adalah resoles ikan gabus.
Resoles terdiri dari bahan kulit
dan isi sehingga dapat digolongkan ke dalam kue dadar. Disebut dadar karena
cara pengolahan adonan kulit diproses dengan didadar yang terbuat dari campuran
tepung terigu, telur, air serta bahan makanan lain yang dituangkan dalam wajan
datar panas, kemudian diisi dengan adonan isi dan digulung.
Ikan gabus merupakan salah satu
ikan air tawar yang mempunyai kandungan gizi tinggi. Komposisi kimia daging
ikan gabus per 100 g bahan adalah air 69 g, kalori 74 kal, protein 25,2 g,
lemak 1,7 g, karbohidrat 0 g, Ca 62 mg, P 176 mg, Fe 0,9 mg, vitamin A150 SI
dan vitamin B1 0,04 mg.
Selain kandungan proteinnya yang
tinggi yaitu sebesar 25,2 g, ikan gabus juga mempunyai kandungan albumin yang
tidak ditemukan pada ikan lainnya seperti ikan lele, ikan nila, ikan mas, dan
ikan gurami. Fraksi protein yang terdapat pada ikan cod, ikan haddock, ikan hiu
dan ikan gabus mengandung 16-22% albumin.
Albumin digunakan untuk
meningkatkan tekanan osmotik plasma, menghindari timbulnya sembab paru – paru,
gagal ginjal, sirosis hati, penyakit gastrointestinal dan carrier faktor
pembekuan darah. Albumin mampu mengikat toksisitas logam berat dan obat –
obatan yang tidak mudah larut seperti aspirin dan obat tidur, mencegah sel
darah merah pecah dan pengangkut molekul–molekul kecil melewati plasma dan
cairan utama ekstrasel.
I.
DENDENG BELUT
Ikan belut merupakan salah satu
ikan air tawar yang mempunyai ukuran panjang mencapai 60 cm dan beratnya
mencapai 600 gram. Bentuknya menyerupai ular sehingga kurang disukai oleh
konsumen mastarakat. Salah satu bentuk olahan yang dapat dilakukan pada belut
adalah dengan pengolahan dendeng belut.
Dendeng belut adalah bentuk
olahan semi basah yang dilakukan dengan perendaman atau pembaceman dalam
larutan bumbu, yaitu gula merah, bawang putih, bawang merah, garam dan ketumbar
selama 24 jam kemudian dilakukan proses pengeringan dan daya awetnya cukup lama
dan rasanya manis gurih.
MUTU IKAN DAN HASIL OLAHAN NYA
SERTA PERUBAHANNYA SETELAH PENGOLAHAN
1. Pengaruh suhu pada penyimpanan
ikan dan hasil olahannya
Pendinginan adalah metode
penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan yaitu -2 sampai 100C. Meskipun
air murni membeku pada suhu 00C, tetapi beberapa ada yang tidak membeku sampai
-20C atau di bawahnya (Winarno dan Fardiaz 1973). Penyimpanan dengan suhu
pendinginan yang dapat menghambat pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme
namun tidak dapat membunuh seluruh bakteri atau mikroorganisme yang ada pada
ikan. Penyimpanan pada suhu beku memungkinkan untuk dapat membunuh seluruh
bakteri yang ada pada ikan karena dengan suhu beku seluruh kadar air ikan
menjadi membeku sehingga tidak ada aktivitas mikroorganisme.
Penyimpanan bahan makanan pada
suhu rendah dan beku dapat mengakibatkan perubahan mutu. Pendinginan dapat
berpengaruh terhadap rasa, tekstur, dan nilai gizi serta sifat-sifat lainnya
(Winarno dan Fardiaz 1973). Perubahan mutu ikan bisa terjadi ketika ikan telah
didinginkan atau diturunkan suhunya setelah disimpan pada suhu beku atau suhu
dingin karena seluruh tubuh ikan membeku dan ketika diturunkan suhunya daging
ikan menjadi rusak karena pengaruh suhu.
2. Pengaruh kemasan pada
penyimpanan ikan dan hasil olahan
Perlakuan kemasan sangat
berpengaruh terhadap terjadinya perubahan-perubahan mutu pada ikan. Pada ikan
yang tidak dikemas terutama pada suhu ruang terjadi perubahan berat. Ikan yang
tidak dikemas akan sangat dipengaruhi oleh udara dan suhu disekitarnya. Hal ini
dikarenakan proses respirasi pada ikan yang tidak dikemas tetap berlangsung dan
tidak dapat dihambat. Kadar air ikan akan menguap karena pengaruh suhu dan
kelembaban disekitarnya sehingga berat ikan semakin berkurang, serta akan
terjadi perubahan tekstur pada ikan menjadi kaku. Mikroorganisme juga akan
dapat berkembang dengan baik dan akan menguraikan protein pada ikan sehingga
akan menyebabkan perubahan bau pada ikan.
Ikan yang dikemas hanya dapat
menghambat namun tidak dapat menghentikan proses respirasi. Karena kadar air
ikan tetap menguap namun tertahan dalam kemasan sehingga ikan menjadi lunak dan
berair. Mikroorganisme juga masih bisa berkembang bila tidak didukung dengan
suhu rendah atau beku sehingga ikan menjadi sedikit berlendir akibat penguraian
ikatan-ikatan protein pada ikan.
3. Perubahan–perubahan ( warna,
aroma, tekstur dan tingkat kesegaran) yang terjadi pada penyimpanan ikan disuhu
ruang dan faktor yang mempegaruhi perubahan tersebut.
Perubahan warna pada ikan menjadi
pucat disebabkan oleh adanya penguraian kandungan protein pada ikan oleh
bakteri proteolitik sehingga daging ikan menjadi denaturasi dan warna ikan
menjadi tidak segar.
Ikan bandeng segar memiliki
tekstur yang kenyal, elastis dan tidak meninggalkan bekas ketika ditekan.
Setelah penyimpanan, terjadi perubahan tekstur pada ikan menjadi lebih keras,
kaku, dan tidak elastis dan tekstur ikan juga berubah menjadi lebih lunak dan
tidak elastis. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan suhu serta perlakuan
kemasan yaitu ada yang dikemas dan ada yang tidak dikemas. Suhu dingin dan beku
menyebabkan ikan menjadi keras dan kaku sedangkan bila dikemas pada suhu ruang
ikan menjadi lunak dan berair dan bila tidak dikemas ikan menjadi kaku dan
tidak elastis.
Perubahan bau yang menimpang
menjadi busuk pada ikan terjadi karena enzim yang ada pada ikan terdenaturasi
serta terurai sehingga asam amino dan protein pada ikan diubah menjadi gas
amoniak yang merupakan indikator terjadinya pembusukan pada ikan. selain itu,
juga adanya aktivitas mikroorganisme yang mempercepat terjaidnya pembusukan
pada ikan.
Ikan yang disimpan pada suhu
ruang hanya dapat bertahan selama 1 hari karena proses respirasi tidak
terhambat dan aktivitas mikroorganisme juga tumbuh dengan baik. Hal ini
terlihat pada uji H2S terbentuk warna coklat akibat adanya proses pembusukan
pada ikan. Nilai WHC yang sangat rendah juga menunjukan bahwa ikan sudah tidak
segar dan sudah membusuk karena besarnya luas area basah yang disebabkan
rendahnya kemampuan daging ikan dalam mengikat air. Semakin luas area basah,
nilai WHC akan semakin rendah serta kemampuan ikan dalam mengikat air akan
semakin berkurang
4. Tanda dan jenis kerusakan yang
terjadi selama penyimpanan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Kerusakan pada ikan dan
produk-produk ikan yang kami amati secara umum terutama disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri pembusuk. Tanda-tanda kerusakan pada ikan karena mikroba
adalah:
a. adanya bau busuk karena gas
amonia, sulfida atau senyawa busuk lainnya, perubahan bau busuk (anyir) ini
lebih cepat terjadi pada penyimpanan di suhu ruang dengan perlakuan tanpa
kemasan sehingga langsung kontak dengan udara yang menyebabkan bau busuk.
b. terbentuknya lendir pada
permukaan ikan,
c. adanya perubahan warna, yaitu
kulit dan daging ikan menjadi kusam atau pucat,
d. adanya perubahan daging ikan
menjadi tidak kenyal, tidak elastic, kaku, keras (pada suhu dingin dan beku)
dan berair (dalam kemasan pada suhu ruang).
5. Perlakukan yang terbaik untuk
penyimpanan ikan dan hasil olahan
Penyimpanan terbaik adalah
penyimpanan suhu beku dengan dikemas. Namun penyimpanan yang saya lakukan tidak
membuat ikan menjadi tetap segar dan dapat mempertahankan mutu ikan tetap baik,
karena proses thawing (pendinginan kembali pada suhu normal) tekstur ikan
menjadi rusak dan setelah diuji H2S terbentuk warna coklat dan pada nilai WHC
terlalu rendah.
Untuk hasil olahan berupa ikan
teri asin penyimpanan terbaik ialah dalam bentuk kemasan karena mutu ikan asin
dapat dipertahankan dari pengaruh suhu dan kelembaban.
Penurunan Mutu dan Proses Pembusukan
Ikan
Komoditas pangan secara umum
mempunyai sifat mudah mengalami kerusakan (perisable). Demikian juga dengan
ikan, ikan secara alami mengandung komponen gizi seperti lemak, protein,
karbohidrat dan air yang sangat disukai oleh mikroba perusak sehingga ikan
sangat mudah mengalami kerusakan bila disimpan pada suhu kamar.
A. Proses Penurunan Mutu
Secara umum ikan diperdagangkan
dalam keadaan sudah mati dan seringkali dalam keadaan masih hidup. Pada kondisi
hidup tentu saja ikan dapat diperdagangkan dalam jangka waktu yang lama.
Sebaliknya dalam kondisi mati ikan akan segera mengalami kemunduran mutu.
Segera setelah ikan mati, maka
akan terjadi perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya pembusukan.
Perubahan-perubahan tersebut terutama disebabkan adanya aktivitas enzim,
kimiawi dan bakteri.
Enzim yang terkandung dalam tubuh
ikan akan merombak bagian-bagian tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa
(flavor), bau (odor), rupa (appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas
kimiawi adalah terjadinya oksidasi lemak daging oleh oksigen. Oksigen yang
terkandung dalam udara mengoksida lemak daging ikan dan menimbulkan bau tengik
(rancid) .
Perubahan yang diakibatkan oleh
bakteri dipicu oleh terjadinya kerusakan komponen-komponen dalam tubuh ikan oleh
aktivitas enzim dan aktivitas kimia. Aktivitas kimia menghasilkan komponen yang
yang lebih sederhana. Kondisi ini lebih disukai bakteri sehingga memicu
pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.
Dalam kenyataannya proses
kemunduran mutu berlangsung sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling kait
mengait, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara
bersamaan.
B. Perubahan-perubahan Ikan
Setelah Ikan Mati
- Hyperaemia
Hyperaemia merupakan proses
terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses
selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan.
Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas suatu organisme.
Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan substrat yang baik
bagi pertumbuhan bakteri.
- Rigor Mortis
Seperti terjadi pada daging sapi
dan daging hewan lainnya, fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan
setelah mati. Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh
ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau
dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan
sebagai segar.
- Autolysis
Fase ini terjadi setelah
terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas
kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin
meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan
substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
- Bacterial decomposition
(dekomposisi oleh bakteri)
Pada fase ini bakteri terdapat
dalam jumlah yang banyak sekali, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri
ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar.
Bakteri menyebabkan ikan lebih
rusak lagi, bila dibandingkan dengan autolisis.
Bakteri adalah jasad renik yang
sangat kecil sekali, hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang sangat kuat dan
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah:
Pseudomonas, Proteus Achromobacter, Terratia, dan Elostridium.
Selama ikan masih dalam keadaan
segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu. Akan tetapi jika ikan mati,
suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan bakteri-bakteri tersebut segera
menyerang. Segera terjadi pengrusakan jaringan-jaringan tubuh ikan, sehingga
lama kelamaan akan terjadi perubahan komposisi daging. Mengakibatkan ikan
menjadi busuk. Bagian-bagian tubuh ikan yang sering menjadi terget serangan
bakteri adalah :
Seluruh permukaan tubuh,
Isi perut,
Insang.
Beberapa hal yang menyebabkan
ikan mudah diserang oleh bakteri adalah sebagai berikut:
Ikan segar dan kerang-kerangan
mengandung lebih banyak cairan dan sedikit lemak, jika dibanding dengan jenis
daging lainnya. Akibatnya bakteri lebih mudah berkembang biak.
Struktur daging ikan dan
kerang-kerangan tidak begitu sempurna susunannya, dibandingkan jenis daging
lainnya. Kondisi ini memudahkan terjadinya penguraian bakteri.
Sesudah terjadi peristiwa rigor,
ikan segar dan kerang-kerangan mudah bersifat alkaline/basa. Kondisi Ini
memberikan lingkungan yang sesuai bagi bakteri untuk berkembang biak.
C. Penurunan mutu ikan oleh
pengaruh fisik
Penurunan mutu ikan juga dapat
terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan
berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang
dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena penanganan yang kurang baik.
Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi lembek.
Hal-hal ini dapat disebabkan
karena:
Ikan berada dalam jaring terlalu
lama, misal dalam jaring trawl, penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat
menyebabkan kepala atau ekor menjadi luka atau patah.
Pemakian ganco atau sekop terlalu
kasar, sehingga melukai badan ikan dan ikan dapat mengalami pendarahan.
Penyimpanan dalam palka terlalu
lama.
Penanganan yang ceroboh sewaktu
penyiangan, mengambil ikan dari jaring, sewaktu memasukkan ikan dalam palka,
dan membongkar ikan dari palka.
Daging ikan juga akan lebih cepat
menjadi lembek, bila kena sinar matahari.
D. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan
Cara Penangkapan
Ikan yang ditangkap dengan alat
trawl, pole, line, dan sebaginya akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan
dengan yang ditangkap menggunakan ill-net dan long-line. Hal ini dikarenakan
pada alat-alat yang pertama, ikan yang tertangkap segera ditarik di atas dek,
sedangkan pada alat-alat yang kedua ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan
terendam agak lama di dalam air. Kondisi ini menyebabkan keadaan ikan sudah
tidak segar sewaktu dinaikkan ke atas dek.
Reaksi Ikan Menghadapi Kematian
Ikan yang dalam hidupnya bergerak
cepat, contoh tongkol, tenggiri, cucut, dan lain-lain, biasanya meronta keras
bila terkena alat tangkap. Akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat mati,
rigor mortis cepat terjadi dan cepat pula berakhir. Kondisi ini menyebabkan
ikan cepat membusuk.
Berbeda dengan ikan bawal, ikan
jenis ini tidak banyak memberi reaksi terhadap alat tangkap, bahkan
kadang-kadang ia masih hidup ketika dinaikkan ke atas dek. Jadi masih mempunyai
banyak simpanan tenaga. Akibatnya ikan lama memasuki rigor mortis dan lama pula
dalam kondisi ini. Hal ini menyebabkan pembusukan berlangsung lambat.
Jenis dan Ukuran Ikan
Kecepatan pembusukan berbeda pada
tiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimia ikan. Ikan-ikan yang kecil
membusuk lebih cepat dari pada ikan yang lebih besar.
Keadaan Fisik Sebelum Mati
Ikan dengan kondisi fisik lemah,
misal ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur lebih cepat membusuk.
Keadaan Cuaca
Keadaan udara yang panas berawan
atau hujan, laut yang banyak bergelombang, mempercepat pembusukan.
Comments
Post a Comment