Tekanan Osmotik Pada Makanan
Tekanan Osmotik Pada Makanan
Tekanan osmotik adalah gaya yang
diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput
semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang
dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat
terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan
π = MxRxT
Keterangan :
π = tekanan osmotik
M = molaritas larutan
R = tetapan gas ( 0,082 )
T = suhu mutlak
Larutan yang mempunyai tekanan
osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan
Hipertonis.Larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis.
MANFAAT TEKANAN OSMOTIK DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
BIDANG INDUSTRI MAKANAN
Industri makanan ringan baik
skala rumah tangga maupun pabrik sering memanfaatkan konsep tekanan osmotik
pada pengawetan selai dan jeli.Gula dalam jumlah yang banyak ternyata penting
dalam proses pengawetan karena gula membantu membunuh bakteri yang bisa
mengakibatkan botulisme. Bila sel
bakteri berada dalam larutan gula hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel
cenderung untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat. Proses ini yang disebut krenasi (crenation),
menyebabkan sel mengerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi. Keasaman alami
buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri.
Dalam industri makanan tentunya
dikenal berbagai cara atau teknik pengawetan makanan, salah satunya teknik
pengawetan jeli dan selai yang menggunakan gula sebagai bahan pengawetnya.
Proses pengawetan jeli dan selai yang memakai gula ternyata menggunakan konsep
tekanan osmotik didalamnya.
Osmosis adalah proses perpindahan
pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah atau pelarut murni
melalui membran semipermeabel menuju larutan yang memiliki konsentrasi lebih
tinggi hingga tercapai kesetimbangan laju pelarut. Pada proses osmosis,
molekul-molekul pelarut bermigrasi dari larutan encer ke larutan yang lebih
pekat hingga dicapai keadaan kesetimbangan laju perpindahan pelarut di antara
kedua medium itu.
Tekanan yang diterapkan untuk
menghentikan proses osmosis dari larutan encer atau pelarut murni ke dalam
larutan yang lebih pekat dinamakan tekanan osmotik larutan, tekanan osmotik larutan
berbanding lurus dengan konsentrasi molar zat.
Jika dua jenis larutan yang
konsentrasinya berbeda dimasukkan ke dalam wadah kemudian kedua larutan itu
dipisahkan dengan selaput semipermeabel.
a)Larutan dan pelarut dipisahkan
oleh membrane semipermeabel. Molekul pelarut lebih banyak bergerak menuju
larutan.
b)Akibatnya, volume larutan
meningkat dan perbedaan tinggi cairan yang terbentuk pada kesetimbangan membuat
tekanan yang disebut tekanan osmosis
Gula merupakan bumbu dapur yang
bisa berperan sebagai bahan pengawet makanan alami. Jika garam digunakan untuk
mengawetkan daging dan ikan, maka gula digunakan untuk mengawetkan buah-buahan.
Contohnya selai dan jeli.
Dalam Industri makanan ringan
baik skala rumah tangga maupun pabrik, ternyata sering memanfaatkan konsep
tekanan osmosis pada pengawetan selai dan jeli yang mengandung sari buah
didalamnya. Mengingat salah satu fungsi
gula yaitu sebagai bahan pengawet buah-buahan, gula dalam jumlah yang banyak
ternyata penting dalam proses pengawetan karena gula membantu membunuh bakteri
yang bisa mengakibatkan botulisme (keracunan makanan).
Bila sel bakteri berada dalam larutan gula
hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung untuk bergerak keluar
dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat.
Proses ini yang disebut krenasi (crenation), menyebabkan sel mengerut
dan akhirnya tidak berfungsi lagi. Keasaman alami buah-buahan juga menghambat
pertumbuhan bakteri.
Suatu larutan dikatakan
hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibandingkan
larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan pembanding akan bersifat
hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil.
Sel bakteri yang berada dalam
larutan gula hipertonik, akan terus-menerus mngeluarkan air intrasel keluar
dari sel menuju ke larutan gula hipertonik tersebut. Sel bakteri pun akan
mengerut, mengalami dehidrasi, dan bahkan dapat mati, ini yang disebut dengan
krenasi (crenation),
maka dari itu proses pengawetan
makanan dapat terjadi karena dengan adanya tekanan osmotik dapat membuat
makanan awet terhindar dari bakteri pengrusak zat-zat yang ada didalam makanan.
Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri.
Mengapa bahan makanan lebih awet
jika direndam dengan larutan garam dan gula?
Bahan makanan lebih awet jika
direndam dengan larutan gula/garam
Osmosis yang terjadi juga bisa
kita amati pada peristiwa lainnya. Pada pengawetan bahan makanan dengan larutan
gula/garam yang dilakukan di rumah merupakan contoh lain dari penerapan tekanan
osmotik.
a. Larutan gula
Penambahan gula adalah suatu
proses pengolahan yang dilakukan dengan cara pemberian gula dengan tujuan untuk
mengawetan karena air yang ada akan mengental pada akhirnya akan menurunkan
kadar air dari bahan pangan tersebut. Konsentrasi gula yang ditambahkan minimal
40% padatan terlarut sedangkan di bawah itu tidak cukup untuk mencegah
kerusakan karena bakteri, apabila produk tersebut disimpan dalam suhu kamar
atau normal (tidak dalam suhu rendah). Contoh makanan dengan pengawetan
pemanisan adalah manisan buah. Perendamanan manisan tersebut akan membuat kadar
gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang. Hal tersebut membuat
larutan gula menjadi larutan hipertonik karena konsentrasi gula lebih tinggi
dari konsentrasi pelarutnya. Apabila terdapat bakteri di larutan hipertonik,
maka air akan keluar dari sel bakteri menuju larutan yang lebih pekat yaitu
larutan gula. Karena cairan dalam tubuh
bakteri yang berkonsentrasi rendah dan pelarutnya (air) keluar dari tubuh
bakteri sehingga sel bakteri mengkerut dan kehilangan fungsinya. Proses ini
disebut krenasi. Akibat dari proses krenasi, bakteri akan menjadi rusak dan
hancur, sehingga bahan makanan yang dicampurkan dengan larutan gula dapat
terhindar dari bakteri yang merusak isi kandungan bahan makanan tersebut,
sehingga makanan itu tidak cepat membusuk/basi.
b. Larutan garam
Garam dapur (NaCl) sejak lama
sudah digunakan sebagai bahan penambah rasa dan bahan pengawet. Sehingga garam
banyak digunakan dalam industri pangan termasuk juga dalam pengawetan ikan.
Garam dengan konsentrasi rendah berfungsi sebagai pembentuk cita rasa,
sedangkan dalam konsentrasi cukup tinggi mampu berperan sebagai pengawet. Garam
akan terionisasi dan menarik sejumlah molekul air, peristiwa ini disebut
hidrasi ion. Jika konsentrasi garam makin besar, maka makin banyak ion hidrat
dan molekul air terjerat. Aktivitas garam dalam menarik air ini erat kaitannya
dengan peristiwa plasmolisis, dimana air akan bergerak dari konsentrasi garam
rendah ke konsentrasi garam tinggi karena adanya perbedaan tekanan osmosis.
Efek pengawetan garam (NaCl)
karena kekuatan ion Cl sebagai pengawet, reaksi oksidasi reduksi dan reaksi
enzymatis. Kelarutan NaCl dalam air menyebabkan kelarutan O2 dalam air menurun,
menyebabkan denaturasi protein sehingga aktifitas enzym berkurang. Garam
berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu.
Efek dari garam sebagai pengawet
adalah sifat osmotiknya yang tinggi sehingga memecahkan membaran sel mikroba,
sifat hidroskopisnya menghambat aktifitas enzym proteolitik dan adanya ion Cl
yang terdisosiasi. Bila mikroorganisme ditempatkan dalam larutan garam pekat
(30-40%), maka air dalam sel akan keluar secara osmosis dan sel mengalami
plasmolisis serta akan terhambat dalam perkembangbiakannya. Sehingga dengan
peristiwa tersebut larutan garam dapat menghambat pembusuk makanan.
Comments
Post a Comment